⑅˖4: Demam Tanpa Hujan🎻

90 42 82
                                    

"Giliran aku untuk bertanya, untuk apa ada asa di dada jika akhirnya tidak ada apa-apa di antara dua insan manusia?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Giliran aku untuk bertanya, untuk apa ada asa di dada jika akhirnya tidak ada apa-apa di antara dua insan manusia?"

-Hey, Geisa!

🎻♡

"Kalau gue minta lo jadi beautiful in white untuk gue. Bisa?"

Geisa mematung. "Ma-maksud lo?"

Laksa tidak menjawab, cowok itu mendekati Geisa yang salah tingkah. "Suatu saat lo akan tahu. Sekarang, biarin kayak gini."

Biarin kayak gini? Sejujurnya, Geisa tidak tahu apa arti dari tiga kata tersebut. Lalu, mengapa harus suatu saat nanti? Apa salahnya apabila sekarang? Ia pusing sendiri.

"Jangan dipikirin, sekarang gue pergi dulu. Nanti gue kembali."

Geisa ingin berujar tetapi lidahnya kaku. Sadar atau tidak, kepala menganggukkan membuat tangan Laksa menepuk pucuk kepalanya sekilas. Badan tegap Laksa menghilang di balik pintu ruang musik. Geisa menepuk-nepuk kepalanya, "lo gimana, sih, Gei! Harusnya geleng dong! Ngapain diem aja!"

Entahlah, tidak ada yang mengerti apa yang mendorong seseorang bersikap jauh dari keinginan. Mungkinkah, itu dorongan hati?

🎻♡


"Kan, harusnya lo jujur sama gue! Gue sih yakin seratus satu persen kalau itu cowok lo!"

"Udahlah, kan gue sekarang udah jujur."

"Tapi telat!"

Keduanya lantas terdiam dan memakan pesanan masing-masing. Geisa seolah kehilangan nafsu makannya, ia mengaduk-aduk mangkoknya tanpa minat. Ke mana Laksa?

Geisa melotot, terkejut mendengar batinnya sendiri. Ia menggeleng, mengusir pemikiran yang salah. Untuk apa memikirkan cowok sok care itu. Ia menahan napasnya sebentar, seenggaknya gue bersyukur karena seminggu belakangan nggak ada gangguan.

Ya, keadaan menjadi jauh lebih normal atau hanya perasaannya saja, kalau hatinya mencari keberadaan Laksa? Mungkin, Geisa sudah tidak waras. Ia berpikir menggunakan logika, hal ini bisa terjadi sebab hatinya sudah lama kosong. Ah, bukan! Bahkan tidak ada satupun yang berhasil mengisinya. Benar, bukan! Ia sudah tidak waras. Mengapa sekarang justru memikirkan masalah hati?

"Gue pergi duluan," kata Geisa tanpa menatap kedua temannya.

Anggi melempar tatapan bingung yang dibalas gelengan Salsa. "Aneh itu anak."

Hey, Geisa!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang