Bab 9 Mendekatinya

2.5K 256 19
                                    

Selamat membaca ❤

Kota Jeju-si

Seorang laki-laki berdiri di bawah pohon mengamati toko bunga di seberang jalan sana. Dia sudah melakukan hal ini sejak dua bulan lalu. Karena hanya dengan mengamatinya dari jauh dia bisa melihat wanita yang dia cintai sekaligus ibu dari calon anaknya.

Asgar sudah dua bulan ini juga dia ikut pindah ke Korea. Sejak kejadian malam itu Asgar menyuruh orang untuk mengikuti kemana mantan tunangan kakaknya itu pergi. Dia juga tahu kalau sekarang Dania sedang mengandung anaknya. Asgar belum berani menceritakan apa yang ia lakukan pada Dania, dia takut akan kemarahan orang tuanya dan terutama sang kakak. Bisa-bisa dia di  bunuh oleh Adam langsung. Dari kecil Asgar paling tidak berani dengan kakaknya itu, selain tubuhnya yang lebih besar, Adam mempunyai aura yang menyeramkan menurutnya.

Asgar beralasan pada orang tuanya bahwa dia akan membuka usaha di Korea dengan sahabatnya, sehingga Indah dan Hadi mengizinkan dia tinggal di Korea, tapi tetap harus pulang setidaknya dua bulan sekali atau Indah akan terus menghubunginya sampai dia pulang.

Asgar senang ternyata Dania mau mempertahankan anaknya, walau anak itu hadir dengan cara yang tidak di inginkan Dania. Asgar juga belum berani menampakkan diri di depan Dania, baginya cukup menjaga Dania dari jauh. Dan soal usaha dia memang membuka usaha disini dan bekerja sama dengan sebuah  perusahan elektronik di sini.

Jarak antara toko bunga tempat Dania bekerja memang tidak jauh dari apartment nya, jadi dia selalu berjalan kaki pulang pergi ke toko. Usia kandungannya sudah memasuki bulan ke empat, perutnya juga sudah mulai kelihatan. Di sini semua orang cuek, jadi tidak ada yang peduli dia hamil punya suami atau tidak.

"Dania awassss....." teriak seseorang di belakang Dania.

"Aaaaaa...." Dania melihat mobil begitu kencang.

"Ya Tuhan lindungilah anakku,"

Brukkkk

Dania merasakan dia terjatuh di tubuh seseorang, orang itu masih memeluk Dania erta. Dania merasa entah kenapa dia nyaman dalam pelukan orang ini, dan bau parfumnya orang itu juga menenagkan jiwanya.

"Anda tidak apa-apa, " tanya Dania kemudian dia mencoba bangun dan melihat orang yang menolongnya.

"Kalian tidak apa-apa?" Tanya orang itu balik.

"Asgar" seru Dania. Walau dia sangat benci dengan laki-laki ini, tapi Asgar sudah menyelamatkan dia dan anaknya, dan sekarang Asgar terluka.

"Kalian tidak apa-apa kan?" Tanya Asgar.

"Kamu?...." Dania masih menatap Asgar tidak suka. Walau bagaimana pun sekarang Dania berhutang nyawa pada Asgar dia akan membantu membersihkan luka Asgar.

Dengan senang hati Asgar ikut dengan wanita yang sebentar lagi akan menjadi ibu. Asgar menatap apartment Dania, lebih kecil dari apartment nya di Indonesia.

"Terimakasih telah menolongku,"kata Dania. Dia mulai membersihkan luka Asgar, kedua tangan Asgar luka-luka juga di bagian kakinya. Mere

"Kenapa kamu bisa ada di sini," tanya Dania, dia sudah selesai mengobati luka Asgar.

"Aku..." Asgar bingung harus berkata apa, bicara jujur atau berbohong pada Dania.

"Jangan bilang kamu mengikutiku"

"Maaf"

"Aku kan sudah bilang jangan menampakkan dirimu di hadapanku." Dania mulai emosi.

"Maaf, aku janji akan pergi setelah ini. Aku hanya ingin ucapkan terimakasih, karena kamu sudah mempertahankan anakku." Saat ini Asgara akan mengalah, dia tidak ingin membuat Dania stress.

"Dia anakku hanya anakku, kamu hanya penyumbang setetes sperma tidak lebih, jadi jangan pernah mengklaim dia anakmu."
Dania tidak tahan lagi menahan amarahnya. Tiba-tiba dia merasakan sesuatu di perutnya.

"Awwww " Asgar langsung menghampiri Dania dan menuntunnya untuk duduk.
Tanpa banyak kata Asgar mengelus perut Dania yang mulai buncit, Asgar  menyibakkan baju Dania sehingga tangan kekarnya menyentuh langsung kulit Dania.

"Kenapa ada yang sakit" Tanya Asgar, dia masih mengelus-ngelus perut Dania. Sang empu masih diam, Dania merasa ada kehangatan saat kulit tangan Asgar menyentuh kulitnya, mungkin karena ada ikatan darah antara anaknya dengan Asgar.

"Tunggu, berhenti" Dania menghentikan tangan Asgar tapi masih membiarkan tangan itu berada di atas perutnya.

"Coba rasakan, apakah itu tendangan pertamanya " Dania merasa terharu mendapatkan tendangan pertama dari bayinya.

"Ya aku juga merasakan nya," ujar Asgar, tangannya kembali mengelus perut Dania.

"Jangan nakal ya di perut mommy. Maafkan daddy harus pulang," Lalu Asgar mencium perut Dania.
Dania tidak berbicara apa-apa, dia memperhatikan Asgar yang sedang berbicara pada bayi mereka.

"Maaf kalau aku lancang"  Asgar bangun, dia tahu Dania tidak suka dia berada di sini. Jadi Asgar memutuskan untuk pulang.

"Ini kartu namaku dan nomor teleponku. Kamu bisa menghubungiku, kalau butuh sesuatu. Aku masih tinggal di Korea untuk saat ini." Asgar menaruh kartu namanya di atas nakas di ruangan itu.

Dania masih terdiam, dia sendiri tidak mengerti dengan perasaan nya saat ini. Dia benci Asgar tapi dia ingin Asgar tetap berada di sini sekarang. Dia gengsi menyuruh Asgar untuk menemaninya. Akhirnya dia hanya bisa melihat Asgar pergi.

"Kamu senang kan daddy mu ada di sini " Dania mengelus perutnya.

"Kamu sengaja ya, menendang untuk pertama kalinya di depan daddy mu, padahal mommy ingin merasakannya dari bulan-bulan kemarin, ternyata kamu nungguin daddymu datang,"  Dania masih berbicara dengan anaknya. Kemudian dia merasakan bayi nya bergerak lagi.

"Bulan depan kita cek ke dokter ya," Kemudian Dania bersiap-siap untuk makan malam. Sendiri,  ya sendiri dia sekarang. Dia belum menghubungi keluarga besarnya. Toh tidak ada yang peduli dengannya sekarang. 

Selesai makan malam Dania membersihkan dirinya lalu bersiap-siap untuk tidur, besok masih banyak kerjaan di toko.

"Mommy hanya punya kamu nak, sehat-sehat ya sayang, sampai waktunya kita bertemu." Ujar Dania sebelum memejamkan matanya.

Bersambung

Typo bertebaran mohon di koreksi

2 April 2021





My Baby Father  (Aldama Family Seri 4)(ebook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang