Bab 17 Pergi

2.3K 270 26
                                    

Selamat membaca ❤

Adam Pov

Sudah satu bulan berlalu tapi aku belum menemukan istriku. Dia pergi atas kesalahanku sendiri. Menyesal jelas aku menyesal. Tapi semuanya sudah terjadi, keluarga besarku tidak ada yang mau membantuku. Mereka juga kecewa terhadap apa yang aku lakukan pada Maitha.

Saat ayahku mengatakan bahwa Maitha dirumah sakit aku langsung menemuinya. Tapi aku tidak mendapati di rumah sakit.

"Mom di mana istriku," Aku masuk ke ruang rawat Maitha yang tadi babah sebutkan. Bukan menjawab tapi mommy malah menampar ku.

Plak....

"Mommy benar-benar kecewa sama kamu Adam." Mommy sangat marah padaku, baru kali ini dia semarah itu padaku selama aku hidup menjadi anaknya.

"Maafkan aku mom,"

"Jangan minta maaf sama mommy, minta maaflah pada Maitha."

"Iya aku akan minta maaf padanya tapi di mana dia?" Saat aku masuk ruangan ini Maitha sudah tidak ada.

"Terlambat ayah mertuamu sudah membawanya pergi dari Jakarta,"

"Enggak... kemana Maitha pergi."

"Mommy tidak tahu. Kamu tahu sendiri bagaimana sifat Martin. Sekali kamu menyakiti Maitha, mungkin selamanya kamu tidak akan pernah bertemu dengannya lagi."

"Mom bantu aku bertemu dengan istriku." Tapi mommy tidak menghiraukanku dia pergi begitu saja dari hadapanku.

"Wah ternyata aku tidak perlu memukuli mu lagi adik ipar," Marvel masuk ke ruangan ini.

"Dimana Maitha?" Tanyaku to the point.

"Yang pasti dia di tempat aman." Ujar Marvel santai

"Izinkan aku bertemu dengannya,"

"Dia tidak ingin bertemu denganmu," setelah itu Marvel pergi.

"Kemana aku harus mencarinya,"

"Arghhh "

"Maitha dimana kalian,"

Semenjak hari itu sampai sekarang aku belum tahu dimana Maitha. Setiap hari aku hanya bisa menghirup aroma tubuhnya dari pakaian dia yang masih ada di apartmentku. Beberapa hari lalu aku menemukan buku diary Maitha dan sebuah foto USG yang kuyakin itu anak kami. Usia kandungan Maitha sudah tiga bulan tapi dia tidak pernah bilang kalau dia sedang hamil. Aku sempat curiga atas perubahan bentuk tubuhnya, tapi dia selalu mengelak jika ku tanya apakah dia sedang hamil atau tidak. Dia selalu bilang kalau nafsu makannya bertambah.
Apakah dia takut bilang padaku kalau dia sedang hamil. Mungkin karena dulu aku pernah bilang belum ingin memiliki anak. Ya Tuhan maafkan hambamu.

Sejak Dania pergi kemudian Maitha masuk ke dalam hidupku, sejak saat itu aku mulai ada rasa padanya, tapi aku sangsi akan perasaan ku saat itu. Hatiku masih di bayang-bayang oleh Dania, karena sepenuhnya aku belum bisa melupakannya. Jujur Maitha punya ciri khas tersendiri dan aku menyukainya. Secara fisik tubuhnya lebih besar dari Dania walau dia masih delapan belas tahun mungkin karena gen keluarga San Roman sangat lekat dengannya.

Kalau ada yang tanya apakah aku senang akan punya anak jawabanku pasti Iya. Dulu waktu Maitha keguguran bayi kami aku sempat schok mendengar berita itu. Aku memang menyuruhnya minum obat pencegah hamil, karena aku masih ingin meyakinkan perasaan ku padanya. Tapi aku tahu walaupun minum obat itu kemungkinan dia hamil bisa terjadi. Dan kalau itu terjadi dengan senang hati aku akan menerima anak kami. Tapi saat itu pikiranku kalut, aku takut terjadi sesuatu pada Maitha, dan setelah dia sadar aku ingin mengutuk mulutku yang mengatakan aku tidak menginginkan bayi itu. Sangat berbalik dengan hatiku yang sangat sedih kehilangan bayi kami, aku hanya tidak ingin di salahkan karena tidak bisa menjaga anak dan istriku. Dan memang kenyataannya aku tidak bisa menjaga mereka untuk yang kedua kalinya anakku pergi sekarang.

Selama menikah hampir tujuh bulan dengan Maitha aku sudah yakin kalau Maitha sudah masuk ke dalam hatiku. Tapi aku tidak pernah bilang cinta sama dia. Untuk apa? Menurutku itu tidak penting, ya aku memang bukan laki-laki romantis seperti laki-laki lain, selama berhubungan dengan Dania pun aku tidak pernah mengucapkan kata cinta. Sangat menggelikan bagiku kalau setiap saat harus mengucapkan kata itu. Tapi soal perasaan aku tidak main-main, Maitha membuatku cepat mengganti posisi Dania di hatiku dengannya. Walau ya seperti itu tadi aku tidak pandai mengungkapkan perasaan cintaku selama ini.

Pertemuanku dengan Dania di Korea meyakinkan semuanya. Aku sempat kaget ternyata dia pergi karena ulah adikku. Aku memang marah pada Asgar, tapi aku sadar mungkin ini memang jalan hidup kami. Aku akan mengalah pada adikku, karena memang aku lihat Dania juga mencintainya di tambah dengan kehadiran putri mereka.

"Apa kamu mencintai istrimu?" Tanya Dania waktu itu

"Bagaimana kalau aku masih mengharapkanmu," aku hanya ingin tahu perasaannya padaku sekarang.

"Kak aku tunggu di mobil ya," kata Maitha saat itu dia memilih pergi sepertinya tidak mau mendengarkan pembicaraan kami. Aku pun mengangguk.

"Maaf Dam. Mungkin ini memang takdir kita, selama apapun kita menjalin hubungan, kalau bukan takdir kita untuk bersama, kita tidak akan bersama," ku tatap wajah Dania, sudah tidak ada lagi cinta di matanya untukku. Begitupun denganku, saat bersama Dania sekarang aku tidak merasakan kehangatan seperti dulu lagi.

"Ya mungkin memang bukan takdir kita untuk bersama. Aku doakan semoga kalian bahagia. Aku tidak akan meminta maaf karena telah memukulimu Asgar, karena kau pantas mendapatkan." Sekarang ku tatap wajah adik keduaku.

"Iya kak. Maafkan aku telah merusak hubungan kalian."

"Seperti yang Dania bilang tadi ini semua jalan hidup kita. Boleh aku menggendong keponakan cantikku," lalu ku ambil keponakanku dari ibunya. Lucu sekali dia. Aku juga membayangkan bisa segera menggendong bayi kami. Wajahnya benar-benar duplikat Asgar. Tak ku sangka Dania menjadi ibu dari keponakanku.

Setelah kembali ke tanah air aku memang mendiamkan istriku, aku ingin meyakinkan perasaanku seratus persen pada Maitha, dan aku menang telah jatuh cinta dengannya.

Malam itu aku memang banyak kerjaan, sebelum pulang ke rumah aku bertemu teman lamaku dia yang membuatku mabuk malam itu, dan tanpa sadar saat pulang kerumah aku malah memperkosa istriku dan hampir membuatnya kehilangan bayi kami. Seandainya aku tidak bertemu dengan temanku, malam itu aku ingin berkata jujur pada Maitha aku juga sudah membeli cincin untuknya. Tapi semua tinggal rencana. Sekarang aku tidak tahu di mana dia berada. Ya Tuhan izinkan hamba memperbaiki segalanya, pertemukanlah kembali hamba dengan istri hamba. Dan seperti biasa malam ini aku akan tidur sambil mendekap baju Maitha dan menggenggam foto USG bayi kami. Hanya dengan dua benda itu aku bisa tidur nyenyak, karena sejak Maitha pergi aku tidak bisa tidur.

Bersambung

Typo bertebaran

9 April 2021

Thb


My Baby Father  (Aldama Family Seri 4)(ebook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang