Silent-03

153 56 1
                                    

Kata Galen, ia melihat suara jantung Val. Sejujurnya, aku terkejut saat ia berkata demikian, karena setajam itu Sinestesia miliknya sampai suara jantung pun ia tahu. Dan, menurutnya, jantung Val dari cepat menjadi lambat, dan lokasinya semakin jauh hingga warnanya mulai menghilang. Hal itu membuat kami langsung berlari mengikuti Galen.

Jujur aku tak paham dengan situasi ini.  Tapi, Bian dan Anta seperti tahu apa yang terjadi, karena mereka menunjukkan ekspresi yang sama dengan Galen. Aku tahu Val anak orang kaya, tapi aku tak tahu sekaya apa orang tuanya sampai ia diincar dan sepertinya sering mengalami hal seperti ini. Bahkan, aku agak sulit percaya bahwa seorang Manusia Super sampai dipekerjakan sebagai bodyguard pribadi untuk Val.

Seperti mengikuti arus, aku ikut berlari dengan kecepatan yang sama dengan ketiga lelaki berbadan tinggi dan berkaki jenjang itu tanpa merasa kesulitan, kecuali kenyataan bahwa paru-paruku begitu bobrok, bahkan beberapa saat sebelumnya sempat kambuh. Tapi, anehnya, di saat seperti ini, asma itu tak datang. Padahal, saat aku cemas dan takut, asma itu selalu datang. Jujur, saat ini aku memang cemas dan takut akan keselamatan Val.

Kini, kami berada di parkiran atas, sesuai dengan jalan yang diambil oleh Galen. Kami berada di tengah luasnya parkiran mobil yang cukup terisi penuh. Aku melihat Galen mengedarkan pandangannya, tapi ia terlihat seperti meragukan sesuatu. Apakah suara Val menghilang? Tidak mungkin, bukan? Jika iya, itu artinya Val sudah mati. Atau, ada sesuatu yang menghalangi kekuatan Galen.

"Guys, nyebar, please. Kayaknya mereka pake anti-kekuatan. Gue nggak bisa lihat," ujar Galen, terdengar frustasi. "Nya, lo nggak apa-apa? Lo bisa tunggu di dalem sampai bantuan dateng." Padahal, sedang dalam situasi seperti ini, tapi Galen masih memikirkanku.

Aku menggeleng cepat. Tak mau buang waktu mengetik di ponsel, aku melafalkannya tanpa suara, "Aku akan bantu nyari."

"Ta, lo sama Anya, ya." Galen menepuk pundak Anta, lantas pergi meninggalkanku dan Anta berdua saja, sementara Bian berlari ke arah yang berbeda dengan Galen.

Anta menggandeng tanganku lalu menarikku untuk berlari. "Sorry, Nya. Lo jadi terlibat gini. Nanti kami bakal jelasin semuanya. Tapi, ninggalin lo sendirian bukan pilihan yang tepat. Mereka pasti udah ngawasin kita, dan mereka pasti tahu lo temennya Val," jelasnya dengan suara bergetar karena sambil berlari.

Aku mengangguk, meski aku tahu ia tak akan melihatnya.

Memang, aku merasa kekuatanku seperti ditekan sejak memasuki parkiran yang cukup luas ini. Tapi, bukan berarti aku tak bisa menggunakan kekuatanku. Aku tak merasa begitu terbebani dengan adanya anti-kekuatan ini. Mungkin karena kekuatanku besar, jadi anti-kekuatan selevel ini tak akan berpengaruh. Tapi, tampaknya cukup mempengaruhi Galen yang berlevel 4.

Sambil berlari, kepala kami menoleh ke kanan dan kiri. Derap langkah lari kami menggaung di parkiran dengan atap rendah dan sekelilingnya setengah tertutup. Untunglah bukan parkiran basement. Tempat ini punya sirkulasi udara yang cukup, sehingga aku tak perlu cemas dalam bernapas. Namun, karena hari semakin gelap, tempat ini pun menjadi sulit untuk kami.

Kami bertemu perempatan, di mana sisi kiri adalah tempat Bian mencari, dan sisi kanan mengarah ke tanjakan menuju lorong lain dan tanjakan ke parkiran atas. Tapi, Anta tidak membawaku ke atas, melainkan ke lorong lainnya. Kami tetap berlari sambil melihat ke kanan dan kiri.

Anta terlewat, tapi untunglah aku sadar meski hanya sekilas. Aku berhenti menuruti langkahnya, membuatnya tertarik untuk berhenti berlari. Tanpa kata, Anta langsung mengikuti arahku menunjuk. Sebuah mobil Inova hitam keluaran lama. Kacanya gelap dari luar, tapi saat seberkas cahaya masuk, sekilas aku melihat beberapa orang di dalam sana. Dan, aku juga merasakan anti-kekuatan dari mobil itu.

Silent: The Cursed Voice [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang