"Kak Arka, sadar." Aku berbisik di telinga Kak Arka.
Mata Kak Arka terbelalak lebar, lantas ia menarik tubuhnya dengan cepat dan bangkit dengan posisi tegak dan tak goyah, seakan ia tidak habis mengalami apa-apa. Bahkan, ia langsung membentuk kuda-kuda dengan tangan dan kakinya.
"Hah?! Gimana bisa?!" seru lelaki di paling pinggir. "Lo?!" Ia menudingku. "Lo siapa?"
Aku pun perlahan bangkit mengikutinya, tapi aku berdiri lebih ke belakang untuk memberinya ruang. Aku rasa, ia mampu menyelesaikan masalah ini sendirian. Jadi, aku menggeleng sambil mengangkat kedua tanganku setinggi telinga. Aku tidak akan ikut campur, meski aku harus waspada pada salah satu dari empat orang itu yang sudah membuat Kak Arka pingsan.
Kak Arka mengangkat tangan kanannya ke depan tubuhku. "Jangan libatin dia. Urusan kalian sama gue." Sebenarya, aku sudah tahu bahwa Kak Arka punya punggung yang lebar, tapi kali ini aku terkejut dan kagum melihatnya.
"Loh? Jangan gitu, dong. Kita seneng-seneng aja," ujar lelaki yang maju mendekat dengan santai.
"ANYAAAA!!"
Tubuhku membeku, dan kepalaku spontan menoleh ke belakang, ke arah suara itu berasal. Itu Val. Dan, setelahnya aku mendengar perlawanan dari dalam rumah tempat Val dan Galen berada. Mereka membawa banyak pasukan.
"Waktu berhenti 5 menit dalam radius 30 meter."
Selain aku, semua orang berhenti bergerak, bahkan waktu pun benar-benar berhengi. Aku tak mendengar suara apapun kecuali detak jantung dan nafasku sendiri. Waktu lima menit itu lama, dan itu akan menguras tenagaku sampai lima menit itu berakhir. Dan, jika ada orang luar yang masuk dalam radiusku, kekuatanku mungkin akan tak bekerja pada orang itu. Jadi, aku harus cepat.
"Nullify." Aku menyentuh Kak Arka dan berbisik di telinganya.
"Hah?!"
"Kita nggak punya waktu. Cuma 5 menit. Kita bawa Val dan Galen pergi dari sini," kataku dengan Bahasa Isyarat, lantas menarik tangannya dan mengajaknya untuk berlari.
"Kamu pakai kekuatan kamu?"
Aku mengangguk, tapi tak menanggapi lebih. Kami benar-benar tak punya banyak waktu sekarang. Waktu yang kami punya tinggal 4 menit.
Val dan Galen jelas dalam kesulitan. Ada lima lelaki yang mengerubungi mereka. Dua di antaranya menahan tubuh Val, memisahkan Val dengan Galen. Tiga lainnya mencoba menyibukkan Galen agar tidak bisa menyelamatkan Val. Galen memang memiliki kekuatan Synesthesia, tapi bukan itu kekuatannya yang sebenarnya. Ia mengendalikan gelombang suara. Suara apapun yang ada di sekitarnya, dapat ia kendalikan dengan beragam hasil, seperti ledakan yang sedang ia coba buat di sana.
"Nullify untuk Val dan Galen."
Dhum!!
Aku menutup tingaku saat ledakan itu terbentuk. Itu bagian dari Galen, jadi aku tak bisa menghentikan ledakannya. Dua orang di depan Galen terpental dengan luka bakar, satu lainnya jatuh tak begitu jauh dari kaki Galen.
"Eh?" gumam Galen.
"Kenapa ini?" tanya Val.
"Udah, lah. Entar aja. Kita nggak punya banyak waktu. Kita pergi dari sini," kata Kak Arka sambil menarik Galen yang malah sibuk memainkan tubuh kaku dua orang yang tadi mencoba memisahkannya dengan Val. "Val, ada mobil nganggur, 'kan?"
"Ada. Ayo!"
Kami pun berlari meninggalkan ruang tengah dengan membawa barang-barang penting kami, tapi aku meninggalkan tas berisi obat-obatanku di kamar Val. Yah, itu nanti saja. Saat ini yang lebih penting adalah keselamatan kami semua. Toh, aku masih punya inhaler di dalam saku jaketku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Silent: The Cursed Voice [HIATUS]
Ficção CientíficaWaktu itu umurku masih 3 tahun saat Perang Dunia III terjadi. Papa dan Mama meninggal dalam insiden itu, tepat di depan mataku dan Kak Rafa. Dan, pada insiden itu, aku hampir kehilangan kepalaku. Sebuah tebasan menggorok leherku, memutus pita suara...