Bunker Hill Monument adalah sebuah bangunan memorial untuk mengingat masa perang revolusi dahulu. Kini, tempat tersebut telah menjadi tempat wisata di Boston, cukup terkenal. Sementara, Bunker Hill Museum adalah bangunan peninggalan sejarah yang di dalamnya terdapat diorama-diorama kejadian pada masa itu.
Tidak sampai di akhir perjalanan mengelilingi diorama di museum itu, terdapat sebuah pintu rahasia yang dipakai Bella untuk pergi ke ruang bawah tanah markas rahasia Neo Extreme. Dan, agar pintu itu terbuka, terdapat sebuah tombol rahasia di dinding kotak diorama. Tidak akan terlihat jika tidak benar-benar diperhatikan dan diraba. Apalagi, sudut tersebut tidak sepenuhnya tertangkap CCTV. Sungguh strategis.
Dan kini, kami sedang berdiri di depan diorama untuk menunggu White Cap datang. Kami tidak mungkin bergerak sendiri. Khawatir kami mengacaukan semuanya dan malah menelan korban jiwa. Kami cari amannya saja.
"Permisi, Nona Lavanya dan Tuan Arka," panggil sebuah suara perempuan dari arah belakang.
Kami berdua langsung membalikkan badan, lalu mendapati seorang perempuan dan seorang lelaki yang tampaknya sudah berumur 20-an. Mereka langsung menunjukkan tanda pengenal mereka sebagai agen White Cap. Mereka bernama Carmel dan Harold. Pada tanda pengenal mereka pun tertulis jelas kekuatan mereka dan level yang mereka miliki. Carmel adalah Pengendali Api Level 4, sedanhkan Harold adalah Pengendali Gravitasi Level 3.
"Oh, halo, Nona Carmel dan Tuan Harold," sapa Kak Arka ramah dan mengajak mereka berjabatan tangan.
Aku pun melakukan hal yang sama, tapi aku hanya tersenyum pada mereka dengan seramah mungkin.
"Bagaimana situasinya?" tanya Carmel.
Aku menatap Arka, memintanya menjelaskan menggantikanku. Aku tak mau menggunakan kekuatanku untuk mengaktifkan kemampuan Bahasa Isyarat pada Carmel dan Harold. Aku harus hemat tenaga untuk berhadapan dengan Bella dan Neo Extreme nanti.
"Sejauh ini aman. Dan, yang Anya lihat hanya setengah jalur bawah tanah," jawab Kak Arka. "Kami bermasud untuk menyergap masuk ke markas mereka. Tapi, kami yakin akan ada kegaduhan nantinya. Jadi, bisakah kalian mengamankan lokasi tanpa membuat panik orang-orang?"
"Sudah kami lakukan," jawab Harold. "Mungkin akan benar-benar bersih setelah 30 menit."
"Kami akan membantu kalian untuk masuk, jika kalian tidak keberatan," ungkap Carmel.
Aku sempat menatap Carmel, lalu aku menatap Kak Arka dan mengangguk. Aku tak masalah jika Carmel dan Harold ikut. Bukan masalah keselamatan mereka, karena mereka pasti bisa menjaga diri mereka sendiri. Tapi, lebih kepada kecurigaan. Dan, setelah aku memastikan, mereka dapat dipercaya.
For your information, aku sudah mengaktifkan kekuatan Pembaca Pikiran sejak memasuki museum ini. Aku harus berjaga-jaga pada sekitar. Tak mungkin kami masuk begitu saja jika ada kemungkinan adanya Neo Extreme yang membaur di museum ini untuk berjaga. Aku juga harus mengaktifkannya untuk memastikan siapa yang datang dan mengaku dari White Cap. Bisa saja ada musuh dalam selimut, bukan?
"Baiklah. Kalau begitu, kita masuk sekarang?" tanya Kak Arka.
"Apa kalian sudah menemukan caranya?" tanya Harold.
Aku mengangguk, lalu bergerak mendekati diorama. Aku meraba sebentar, lalu menemukan tombol itu, kemudian menekannya. Diorama bergeser dan sebuah jalan pun terbuka. Itu sebuah tangga yang menuju ke bawah tanah. Agak gelap, tapi ketika aku mulai melangkah ke anak tangga, sebuah lampu di kedua sisi tangga menyala. Jalan pun terlihat cukup jelas.
"Ini menakjubkan. Bagaimana mereka bisa membuat ini tanpa diketahui oleh pemerintah?" gumam Carmel.
"Pasti itu Manusia Super. Kalau lampu, mungkin dipasang setelah jalan ini jadi," jawabku dengan isyarat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Silent: The Cursed Voice [HIATUS]
Ficção CientíficaWaktu itu umurku masih 3 tahun saat Perang Dunia III terjadi. Papa dan Mama meninggal dalam insiden itu, tepat di depan mataku dan Kak Rafa. Dan, pada insiden itu, aku hampir kehilangan kepalaku. Sebuah tebasan menggorok leherku, memutus pita suara...