Kak Arka adalah Hybrid? Apa GEMS tidak tahu? Atau, GEMS sudah tahu namun merahasiakannya? Atau, apakah ada mata-mata Neo Extreme yang memang memasukkan Kak Arka untuk menghancurkan GEMS dari dalam?
Drap! Drap! Brak!
Kegaduhan itu terdengar dari luar Ruang Elemen, tepatnya dari lantai atas. Aku mendongak, menatap langit-langit seakan dapat melihat menerawang. Aku bergeser, lalu menyentuh dinding dan melihat penerawangan dengan Psikometri. Mataku terbelalak lebar. Sepertinya, aku benar-benar harus pergi dari sini.
Banyak orang yang mendarat di atas gedung ini, turun menggunakan tali dari sebuah helikopter besar. Sekitar 10 orang berseragam dan bersenjata. Tapi, aku yakin mereka adalah Manusia Super, entah Murni atau Buatan. Tapi, dalam situasiku sekarang, melawan mereka sendirian sangat tidak menguntungkan untukku. Aku hampir mencapai batasku.
"Tel -"
Dhuarr!!
Aku berjongkok dan spontan melindungi Arthur dengan tubuhku, memeluknya dengan sangat erat. Bangunan bergetar hebat seperti diguncang gempa skala besar. Beberapa bagian bangunan hancur runtuh oleh guncangan akibat suara ledakan yang datang dari atas. Mereka seperti ingin menguburku di bangunan ini, padahal mereka membutuhkan kekuatanku. Atau, ini hanya gertakan mereka saja?
Drrk!
Suara retakan itu datang dari atas. Aku mendongak dan melihat retakan pada langit-langit. Aku pun berdiri dan bergegas menjauh. Aku yakin, langit-langit akan runtuh. Otakku saat itu tak bisa dipakai untuk berpikir sesaat. Bukannya langsung berteleportasi, aku malah berlari menjauh dan membiarkan mereka menyergapku seperti ini.
Sepuluh orang berseragam, bersenjata, dan memiliki kekuatan super itu kini berdiri di hadapan kami. Mereka mengangkat senjata api mereka ke hadapanku. Aku pun tak bisa sembarangan bergerak, tak bisa juga sembarangan bersuara. Mereka tahu kekuatanku, tahu bahwa ini kelemahanku. Satu suara yang aku keluarkan, mereka pasti akan melepaskan tembakan. Meski tidak untuk membunuh, tapi bisa membuatku pingsan. Mereka pasti akan membawaku saat itu.
Well, kalau hanya aku, tidak masalah. Tapi, saat ini ada Arthur yang harus aku jaga. Jangan sampai Arthur pun jatuh ke tangan mereka. Arthur adalah Nobles, meski kekuatannya belum bangkit sepenuhnya. Aku yakin itu. Tapi, jika Neo Extreme tahu, Arthur akan dalam bahaya.
"Jangan melawan dan ikut dengan kami," kata seorang lelaki yang maju beberapa langkah dari barisannya. Hanya dia yang menurunkan senapannya. "Kami tidak akan melukai kalian selama kalian mau menurut dengan baik."
Aku menggeleng. Tentu saja aku tidak akan mau menurut.
"Kami hanya ingin suaramu, Lavanya. Kamu bisa tinggalkan anak itu dan biarkan teman-temanmu yang mengambilnya. Kami janji, kami tidak akan menyentuh anak itu."
Manis sekali mulutnya itu, dan itu terdengar menjijikkan.
"Kalau kamu tidak mau menurut, terpaksa kami menggunakan kekuatan kami agar kamu menurut," ujarnya. Kali ini ia mulai mengancam. "Tapi, kami sungguh tidak mau menyakiti anak kecil sepertimu. Kalau kamu bukan Omnipotence, kami tidak akan datang dengan perlengkapan seperti ini."
Sepertinya, dia berpikir aku adalah anak kecil yang mudah dibujuk dan dibohongi dengan memberikan permen. Mereka jelas meremehkanku. Bahkan, kalau kuamati betul, pertahanan mereka tidaklah kuat.
Kalau bisa dan berani, aku ingin agar mereka mati sekarang juga. Satu kata yang menyelesaikan urusanku kali ini. Tapi, hal itu malah membuatku berdosa dan mengundang kesenangan untuk Neo Extreme. Kalau aku hanya membuat mereka pingsan atau tertidur, aku takut hal itu tak memberiku banyak waktu untuk pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Silent: The Cursed Voice [HIATUS]
Ficção CientíficaWaktu itu umurku masih 3 tahun saat Perang Dunia III terjadi. Papa dan Mama meninggal dalam insiden itu, tepat di depan mataku dan Kak Rafa. Dan, pada insiden itu, aku hampir kehilangan kepalaku. Sebuah tebasan menggorok leherku, memutus pita suara...