Jam delapan tepat, aku berjalan menyusuri lorong untuk menuju kelas yang akan menerima lecture dariku pagi ini. Dengan bermodalkan mind map dan juga power point jaman kuliah dulu yang kutemukan hasil ngubek-ngubek boks lama di apart yang untungnya masih tersimpan dengan rapi –thanks to Stefan karena seingatku, dia yang waktu itu membantuku merapikan semua berkas-bekas lama ini ke dalam boks ketika aku sedang beres-beres isi gudang– aku berjalan pede menuju kelas. Membuat semua mahasiswa-mahasiswa di lorong yang ku lewati melihat kearahku.
Ada yang cuma ngeliatin dengan tampang heran karena mungkin tumben ada model Victoria's Secret yang mendadak catwalk disini, ada juga yang senyum-senyum, tapi banyak juga yang sampai manggil-manggil untuk menggoda. "Bu...", "Pagi bu...", "Misi, Bu...", "Mau kemana, Bu?", "Bu, sini aja bu, dikelas kita aja.". Gitu-gitu deh celotehan mereka yang tidak kuindahkan sama sekali dan hanya kubalas dengan senyuman tipis basa-basi. Abis nyebelin banget, ya. dasar ABG pada nggak tau sopan. Masa cakep-cakep gini di panggil Ibu? Kenapa juga gue dipanggil 'Ibu', sih? Emang tampang gue udah pantes di panggil Ibu? Jadi sedih aku tuh. Masih muda banget loh nih, guys. Please lah.
Dan setelah menaiki satu anak tangga lagi, aku pun akhirnya menemukan kelasku pagi ini. Berisik banget, sampai kedengeran dari luar. Lalu, saat aku membuka pintu, suara berisik barusan langsung berhenti dan mereka kompak memandang ke arahku yang berjalan memasuki kelas.
"Selamat pagi semuanya," sapaku sambil berjalan menuju meja dosen.
Dan aku menemukan Al disana. Di barisan paling depan, sedang melihat ke arahku sambil tersenyum lebar. Aku lalu menyambut eye contact Al dan membalas senyumnya walau tipis dan tidak kentara. Enggak enak kalau orang-orang tau kami saling kenal. Mending pura-pura enggak kenal aja dulu.
Aku lalu memperkenalkan diri terlebih dahulu sebelum memulai kelas. "Hai guys, perkenalkan, nama saya Yuki. Tapi kalian bisa panggil saya Miss Yuki or Kak Yuki, terserah kalian aja, asal bukan Ibu, gue monggo. Saya disini sebagai dosen tamu di kelas Pak Roy untuk hari ini."
"Untuk hari ini aja, Kak? Enggak untuk selama-lamanya?" suara salah satu mahasiswa terdengar dari ujung kelas. Ucapannya disambut persetujuan semua cowok-cowok dengan semangat.
"Kalau emang enggak mau jadi dosen tamu untuk selamanya, jadi tamu di hati aku untuk selamanya juga aku pasti terima, Kak!" satu lagi mahasiswa lain ikut nyeletuk dan kali ini dia mendapat cemooh dari semua teman-teman sekelasnya, termasuk Al. Tapi aku cuma tersenyum tanpa menghiraukan. Aku udah tau, yang namanya ngajar anak kuliahan pasti tidak luput dari ledekan ganjen mereka.
"Okay, enough with the introduction," aku mengambil setumpuk kertas yang kubawa kemudian meletakan kertas itu dimeja Al. Al menatapku sambil diam-diam tersenyum.
"Ini adalah mind map untuk pelajaran hari ini. Tolong di oper ke temennya, ya," pintaku pada Al yang dijawabnya dengan anggukan dan langsung melaksanakan perintah.
"Hari ini saya mau membahas tentang bahan yang Pak Roy titipkan, tentang Unfair conduct. Unfair conduct adalah faktor-faktor yang membuat sebuah kontrak menjadi cacat dan memampukan salah satu pihak untuk melarikan diri dari agreement yang sudah dibuat dengan pihak lain. Unfair conduct meliputi misrepresentation,..." aku mulai menjelaskan, sesuai dengan bahan yang aku sudah pelajari semalam.
Ternyata mengajar mereka nggak susah-susah banget. Semua langsung memperhatikan dengan baik. Selain itu juga semuanya pada mau menolong kalau aku butuh apapun, lagi. Misalnya pas aku mau menyambung laptop dengan LCD, semua langsung gerak cepat buat membantu sampai laptop bisa terpasang dengan sempurna. Begitu juga Al yang dari tadi terus menatapku. Ketika aku sedang memberikan kuis singkat juga, Al kadang-kadang melirikku, dan ketika pandangan kami beradu, dia tersenyum malu. Dia juga rajin banget seharian, kalau aku mengajukan pertanyaan, dia pasti langsung angkat tangan buat jawab. Ternyata Al rajin juga, ya. Walaupun kayaknya hari ini doang, sih.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Paradox of Enamor
Romance- Meaning: A logically self-contradictory statement of falling in and out love. - Setelah bersama-sama menjadi sepasang kekasih selama lima tahun, Yuki dan Stefan ternyata harus putus begitu saja dimalam dimana Stefan sebetulnya akan melamar Yuki. K...