❄️Selamat Membaca❄️Fokus pada satu tujuan dan kamu akan bahagia. Sebaliknya, jika kamu fokus pada dua tujuan berarti kamu harus siap kehilangan salah satu dari mereka.
"Aletta dari tadi nangis. Kasihan." adu Dandi pada Aldo saat Aldo memasukkan susu ibu hamil ke dalam lemari. Ia menoleh pada Dandi lalu menghela napas panjang. "Kalau ada masalah, dibicarain baik-baik. Lo bukan bocah lagi, udah mau punya anak. Udah tahu istrinya cengeng malah kayak gitu,"
Aldo mengembuskan napas berat, "Nyatanya semua gak segampang lo bicara."
Dandi menarik kursi lalu duduk dan menopang dagunya di atas meja memperhatikan Aldo yang tengah menuangkan air panas ke dalam gelas yang sudah berisi bubuk susu. "Gue jadi mau nikah, terus punya anak sama Caca. Gue suka kalau tiap bangun pagi ada istri di samping,"
Aldo tersenyum kecil menanggapinya. Ia memang baru dekat dengan Dandi, tapi mereka sudah seperti sudah berteman lama saja. Baru kali ini Aldo berteman kecuali bersama Afin, Gery dan Nanda. Aldo yang irit berbicara tentu adalah hal yang paling tidak disukai siapa pun. Tapi berbeda dengan Dandi, cowok itu seakan punya banyak kosakata untuk mengajak Aldo berbicara.
"Bahagia gak lo sama Aletta? Manjanya pasti kebangetan," cibir Dandi.
"Bukannya cewek manja yang disukai cowok?" Aldo bertanya pada Dandi membuat Dandi mengangguk antusias.
"Apalagi kalau selalu bergantung sama kita," Dandi menambahkan membuat Aldo mengangguk kecil.
Aldo menepuk pelan pundak Dandi lalu berjalan menuju ruang keluarga dengan segelas susu di tangannya. Ia menatap pintu berwarna coklat di depannya lalu mendorongnya pelan. Dadanya berdebar tidak karuan saat melihat Aletta tertidur sangat lelap. Mungkin karena terlalu lelah menangis.
Tidak tega membangunkan, Aldo menaruh susu itu di atas nakas dan duduk di tepi kasur. Hatinya menghangat ketika menyentuh pipi Aletta.
Aletta sangat cantik. Bagaimana mungkin Aldo tega mengkhianatinya? Semua yang ada pada Aletta adalah hal yang tidak bisa Aldo temukan pada siapa pun. Manjanya Aletta, cengeng dan selalu membuatnya pusing adalah hal yang sekarang menjadi kesukaannya.
Lalu bagaimana perempuan secantik dan semanis Aletta hanya seorang anak angkat di keluarga Arland? Aldo bahkan tidak mengerti serapat apa mereka menyembunyikannya dari Aletta. Perihal mirip ... Aletta memang tidak mirip dengan siapa pun. Bahkan bola matanya berwarna hitam pekat, sangat berbeda jauh dari Rey yang mengikut Abrian dan Fanesha.
Tapi kenapa Aletta tidak pernah menyadarinya? Istrinya itu juga tidak memiliki marga Arland di belakang namanya.
Lalu jika bukan merupakan keluarga Arland, kenapa Abrian menikahkan mereka? Jelas saja, Abrian tidak punya hak atas itu.
Aldo menggeleng pelan lalu berbaring di samping Aletta. Cowok itu menyikap kaos yang digunakan Aletta hingga sebatas dada memperlihatkan perut Aletta. Ia mengusap perut itu dengan lembut dan menarik Aletta ke dalam pelukannya. Sudah cukup ia menyakiti istrinya itu, Aldo tidak mau lagi.
Ia tidak akan mau kehilangan Aletta.
***
"CCTV menunjukkan tepat pukul sembilan lewat lima puluh enam. Ada Nona Bella juga di sana. Non Ale enggak jadi masuk dan berlari keluar setelah mendengar keributan dari dalam." Pria dengan setelan hitam formal menunjukkan layar komputernya kepada Rey yang sedari tadi sibuk mencerna apa yang terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
AL
Teen FictionAldo Ganendra Maheza dan Aletta Anaya "Untuk cinta yang memenangkan ego." ****