AL|51

13.7K 1.2K 321
                                    

Terima kasih buat semua dukungan kalian ya❤️
Follow Anadede_ buat pantau terus akun aku.

Follow igku ya!!!
@masna_mlg
@masna.mlg

Kalau difollow aku kasih double update😭

❄️Selamat Membaca❄️

Aku mencintaimu. Jika dengan cara menyakitimu adalah satu-satunya yang bisa aku lakukan? Apa harus apa?

Flashback.

Empat jam sebelum kejadian di rumah Disandra ....

Aldo melirik arlojinya yang sudah menunjukkan pukul empat sore. Embusan napasnya begitu berat saat pesanannya tidak kunjung diterima. Ia sekarang berada di warung bakso yang tengah berkembang pesat yang lokasinya tidak jauh dari sekolah. Sudah nyaris satu jam ia menunggu setelah menitipkan Aletta pada Caca.

Aldo ingin memperbaiki semuanya, ia tidak ingin Aletta salah paham sebab perasaannya pada Disandra hanya sebatas rasa sayang abang pada adiknya saja.

Aldo tidak pernah memiliki perasaan apapun pada wanita lain. Dari dulu, hanya ada nama Aletta di dalam hatinya.

Dan apa yang Gara katakan perihal ia yang merebut Aletta adalah benar. Gara yang lebih dulu mengenal Aletta dan karena Gara juga-lah Aldo mengenal Aletta dan menyukainya diam-diam.

Selama nyaris tiga tahun ia menyimpannya sendiri, merasa mencintai sendirian, dan mengagumi wanita itu tanpa henti hingga pada akhirnya Alfa menawarkan pernikahan padanya dan hal itu adalah kesempatan bagus untuknya memiliki Aletta sepenuhnya.

Di tengah pikirannya yang melayang pada saat awal pernikahannya dulu dengan Aletta, ia menggeleng pelan lalu menginstrupsi dirinya sendiri agar tidak melamun sebab warung yang ia datangi sangat ramai.

"Anjir! Lo emang gak ada akhlak Rey! Dia adik lo!!! Tega lo bunuh ponakan lo sendiri?!" Suara bariton pemuda yang berada tepat di meja nomor dua di pojok ruangan menggema hingga pengunjung kantin tampak menoleh pada dua orang pemuda di sana. Mereka berhadapan dan terhalang oleh meja.

Aldo mengerjap pelan. Ia sangat mengenal postur Rey meskipun abang iparnya itu memunggunginya.

"Suara lo, Bram!" peringat Rey kepada temannya itu yang masih dengan jelas Aldo dengar.

Bram mengangguk kecil. "Lo --- masih waras, kan?"

"Waras!"

Perihal penasaran memang tidak bisa diganggu gugat, Rey cuma punya Aletta karena Abrian dan Fanesha berasal dari keluarga tunggal dan keponakan yang dimaksud Rey ... bisa atau mungkin adalah istrinya. Pelan, setelah memberitahu pada wanita paruh baya yang masih sibuk menuang kuah bakso pada setiap pengunjung bahwa ia akan mengambil pesanannya sebentar lagi.

Aldo berusaha untuk tenang setelah duduk tepat di belakang meja milik Rey dan temannya. Ia benar-benar gugup sekarang karena ini pertama kalinya ia sengaja mendengar privasi orang lain.

"Tapi Aletta adik lo," kata Bram membuat Aldo semakin yakin mengenai spekulasinya. "Lo tega? Gimana kalau dia benci sama lo?"

Rey menggeleng santai. "Kalau rencana pertama berhasil, pasti gue gak bakal bunuh anaknya."

Bram menggeleng tidak percaya. "Tapi buat Aletta benci sama Aldo itu susah goblok! Mereka itu suami istri, udah terikat di hadapan Tuhan. Dan bisa-bisanya lo berpikiran kayak gitu?" ujar Bram tak habis pikir. "Lo jangan ketipu sama muka polosnya Aletta sama otak dia yang gak bisa dibanggakan. Benci gak mengukur itu, kalau sampai Aletta tahu, siap-siap bakal dibenci seumur hidup. Biasanya orang yang gak pernah benci sama orang lain sekalinya benci itu akibatnya bisa fatal."

ALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang