"Le, udahan ya? Gue mau sekolah."
Aletta tetap menggeleng. Ia semakin mengeratkan pelukannya saat Aldo hendak beranjak. Perasaannya sedang tidak baik-baik saja, apa lagi mengetahui sang suami akan mengikuti olimpiade bersama Asilla, sahabatnya.
"Olimpiade bentar lagi mau dimulai, gue janji setelah selesai gue langsung pulang."
"Gak mau!"
"Terus maunya apa?" tanya Aldo berusaha tetap bersabar. Ia harus mengerti gadis itu yang ternyata sangat manja. "Hm?"
"Al gak boleh kemana-mana!"
Aldo mengembuskan napas berat. Mendongak lalu mengecup kening Aletta lama membuat perasaan Aletta menghangat. Perlakuan Aldo sangat manis dan pastinya mampu membuat dadanya berdebar.
"Gak boleh gitu, masa udah belajar tiga bulan tiba hari H malah gak jadi ikut?"
"Nanti gue kangen, gimana?" tanya Aletta seraya mengusap pelan rambut hitam legam Aldo. "Terus kalau gue mau makan? Mau minum? Siapa yang buatin? Al tega?"
Bola mata Aletta sudah berkaca-kaca membuat Aldo merasa bersalah. Hari ini SMA Pancasila memang diliburkan karena pertandingan olimpiade tahun ini Pancasila menjadi tuan rumah. Aldo membelai pipi Aletta lalu memberikan senyuman manisnya. Berusaha meyakinkan wanitanya itu kalau semua sudah akan baik-baik saja.
"Lo tau kenapa tadi gue bangun cepat?"
Aletta menggeleng membuat Aldo mengusap punggung gadis itu lembut.
"Makanya bangun dulu ... kita sarapan bareng."
"Gendong," tutur Aletta menengadahkan kedua tangannya ke arah Aldo membuat cowok itu terkekeh kecil dan akhirnya menyelipkan tangannya diantara tengkuk dan lutut Aletta.
Aletta mengalungkan tangannya di leher Aldo, menatap cowok itu tanpa henti.
"Liatin aja terus," gumam Aldo membuat Aletta menyengir tidak karuan. "Jangan ke mana-mana selama gue belum pulang, apa lagi jalan-jalan sama anak orang dan pulang malam." Aldo menuruni anak tangga terakhir. Ia mendudukkan Aletta di sofa lalu kembali menaiki anak tangga.
Sepuluh menit, Aldo sudah selesai dengan seragam putih abu-abunya. Tidak perlu mandi lagi, karena jam enam tadi dia sudah bangun lebih awal. Ia tersenyum kecil saat melihat Aletta duduk sembari menyandarkan kepalanya. Kedua mata gadis itu terpejam.
"Kenapa gak ambil sarapan sendiri?" tanya Aldo yang tahu-tahunya sudah duduk di samping Aletta dengan nampan berisi nasi dan lauk pauknya. Aletta mengerjapkan bola matanya lalu menggeleng. "Pemalas," gumam Aldo yang tentu saja bisa didengar oleh gadis itu.
"Aaaa ...." Aletta membuka mulutnya, menerima suapan yang diberikan Aldo padanya.
"Nanti beliin martabak ya? Udah lama gak pernah makan, biasanya dibeliin Abang," ujar Aletta setelah menelan suapan kelimanya. Aldo hanya mengangguk, menyuap Aletta sampai piring itu habis tidak bersisa. "Minum ...."
Aldo meraih gelas yang terletak di sampingnya dan memberikannya pada Aletta. Ia menatap Aletta dengan tatapan yang sulit diartikan membuat gadis itu menggaruk tengkuknya.
"Gue tau kalau gue cantik," ujar Aletta hendak beranjak namun dengan cepat Aldo menahannya dan mendudukkan Aletta di pangkuannya membuat gelas di tangannya nyaris terjatuh. "Untung gak jatuh," gumamnya sembari meletakkan gelas itu ke atas meja. Tempat semula bersama nampan.
KAMU SEDANG MEMBACA
AL
TeenfikceAldo Ganendra Maheza dan Aletta Anaya "Untuk cinta yang memenangkan ego." ****