AL|10

17.4K 1.6K 127
                                    

Pengumuman olimpiade sudah diberitahukan lima menit yang lalu. Aldo menghela napas kecewa saat nama Pancasila berada diurutan kedua, dengan Garuda diurutan pertama. Bukan hal aneh tapi selama tiga kali dia mengikuti olimpiade selama tiga kali pula ia mendapat peringkat kedua bersama Asilla.

Di sampingnya kini berdiri seorang Rahaldian Adijaya bersama partnernya Askara Senjana Wiragantara. Sepasang peserta yang selalu membawa pulang piala serta piagam bertuliskan 'Juara Satu'.

"Selamat ...." Rahaldian atau akrab disapa Aldi mengulurkan tangannya dan disambut dengan baik oleh Aldo dan Asilla. Tatapan Aldo beralih pada siswi mungil di samping Aldi. Ia menaikkan sebelah alisnya saat cewek itu mengerjap  berkali-kali.

"Aldo," ujarnya seraya mengulurkan tangannya dan disambut dengan gugup oleh gadis itu. "Nama lo?"

"Ara ...."

Aldo tampak mengangguk beberapa kali dan tersenyum tipis kala Ara menatapnya takut. Baiklah, ternyata tidak semua gadis menyukainya.

Tatapan Asilla mengarah kepada Ara, ada sedikit rasa iri ketika tidak bisa mengalahkan gadis itu.

"Asilla."

Ara mengangguk, lalu menatap Aldi. "Hm, Aldi." Ara terdiam sebentar, "Ara keluar sebentar boleh tidak?"

Aldi menunduk, netra hitamnya bertubrukan langsung dengan netra hitam milik Ara.

"Ngapain?"

Ara memalingkan wajahnya mengarah ke tembok, sebenarnya ia tidak nyaman saat Asilla terus menatapnya. Ia tidak nyaman, apa lagi ada kobaran api di sana, yang menunjukkan rasa iri dan pastinya sering ia temukan di Garuda.

"Mau ... mau ke toilet, iya ke toilet!" ujar Ara terbata-bata.

Aldi mengangguk membuat Ara menunduk lalu melewati mereka.

"Anaknya emang pendiam gitu," ujar Aldi seperti mengetahui pemikiran Aldo dan Asilla. "Tapi aslinya baik kok, apalagi kalo udah dekat."

"Lo dekat sama dia?"

Aldi mengatupkan bibirnya kala Asilla bertanya demikian. Cowok itu menggeleng lalu menghela napas panjang.

"Gue duluan." Aldo melenggang pergi membuat Asilla mencebik kesal. Cowok itu bahkan tidak mengajaknya sama sekali.

Aldo melangkah melewati koridor, padahal dia sudah memantapkan hati untuk membawa piala juara satu untuk istrinya, Aletta. Mengingat soal Aletta, Aldo merogoh sakunya, ia tersenyum manis saat banyak pesan masuk dari gadis itu.

|Aletta|

Nanti, kalo balik jangan lupa beliin pembalut ya!

Setelah membalas pesan untuk mengiyakan, cowok itu kembali berjalan. Ia mengedarkan pandangannya dan menemukan siswi bernama Ara tadi tengah duduk di lorong dekat laboratorium. Tanpa pikir panjang, ia menghampiri gadis itu lalu duduk di sampingnya.

Tidak ada percakapan diantara keduanya, gadis bernama Ara itu sama sekali tidak menggubris kehadiran cowok itu.

"Lo emang pendiam gini?"

ALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang