Aku yang sudah mengenakan seragamku dengan lengkap keluar dari kamarku, bertepatan dengan Iqbaal yang keluar dari kamarnya. Tatapan kita beradu. Aku memasang wajah kesal mengingat kejadian kemarin malam. Dan cowok itu seperti biasa dengan mukanya yang menyebalkan.
"Apa lihat-lihat?" katanya bersedekap dada.
Aku diam saja berlalu dari hadapannya segera ke meja makan. Bergabung dengan keluarga Iqbaal untuk sarapan. Iqbaal mengekor di belakangku.
"Kamu sudah sembuh Nay perutnya?" tanya Oma diikuti tatapan Papah dan Mamah Iqbaal.
Aku melirik cowok itu sebentar. Kemudian mengulum senyum, pata-patah mengangguk memberi jawaban kepada Oma. Kalau aku baik-baik saja.
"Oh iya, nanti pulang sekolah kalian langsung ke butik aja ya buat bikin baju."
Aku cuma menganggukkan kepalaku, pun dengan Iqbaal. Sepertinya ia malah tidak mendengarkan sibuk dengan roti tawar berselai coklat dan segelas susu yang ada di depannya.
"Yuk berangkat?" katanya melirikku setelah melihat jam di pergelangan tangan.
"Itu Nay sarapannya belum habis. Kamu ini, kenapa si buru-buru?" tanya Mamah.
"Iqbaal ada tanding basket, makanya harus pagi berangkatnya."
"Nay, bisa kok makan ini di mobil." jawabku mengulum senyum.
Mamah menghembuskan napas. Mengangguk. Apa boleh buat? Iapun membiarkan kedua anak itu pergi meninggalkan meja makan.
Aku sedikit berlari mengikuti langkah Iqbaal yang lebar. Ck! Cowok itu, apa dia sekalipun tidak pernah menganggapku ada?
"Jalannya bisa cepat gak?" katanya melirikku sebentar.
Aku mengerucutkan bibirku. Ini aku sudah lari bukan jalan. Apa mata cowok itu buta? Tidak melihat aku yang tergopoh-gopoh lari mengikuti langkahnya ke halaman rumah—tempat mobil cowok itu berada.
Javas memberikan kunci mobil pada Iqbaal begitu melihat Iqbaal keluar rumah. Ia kemudian membungkuk sebentar lalu menegakan badannya kembali. Aku tersenyum menatap Javas, lalu bilang terima kasih.
"Buruan Nay!" teriak Iqbaal membuatku cepat-cepat melangkah masuk ke dalam mobil. Kenapa si harus buru-buru? Bukannya tanding nanti jam 09.00? Sekarangkan baru jam 06.15. Sekolah masuk aja jam 07.00 dan jarak sekolah dengan rumah paling memakan waktu 15 menit. Aku menaikan bahu mengikuti ucapan cowok itu. Daripada dia mengamuk. Begitulah sifat Iqbaal. Aku kira dia adalah manusia batu, si pendiam yang irit bicara, tipe-tipe dingin menyebalkan. Rupanya si bawel yang suka bertriak ini-itu, menyebalkan!
Aku masuk ke mobil. Duduk di samping Iqbaal. Cowok itu langsung menghidupkan mesin mobilnya. Menarik gas, melesat pergi menuju ke sekolah.
👑👑👑
Seperti kemarin aku turun dari mobilnya di pertigaan dekat sekolah. Tanpa satu patah katapun cowok itu langsung pergi menancap gas begitu aku keluar dari mobilnya. Aku menghembuskan napas pelan menatap kepergian mobil Iqbaal. Meruntuki diri karena menjadi manusia paling tidak beruntung di bumi. Aku menundukan kepala. Tali sepatuku lepas. Akupun mengikatnya kembali. Tepat saat aku membenarkan ikat tali sepatuku, sebuah mobil berhenti di samping kananku. Aku mendongak begitu sang empunya memanggil namaku.
"Rama?" ucapku kaget dengan cowok itu.
"Kok tumben gak pake sepeda Nay?" tanya Rama turun dari mobilnya.
Aku mengulum senyum. "Iya lagi di bengkel." jawabku bohong.
Rama mengangguk. "Yaudah bareng gue aja. Sekalian, daripada jalankan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Nyonya [IDR]
FanficSetiap anak perempuan dalam hidupnya pasti pernah memimpikan dirinya menjadi seorang putri di sebuah kerajaan. Memakai mahkota di kepalanya, memakai gaun cantik, dan memakai sepatu bagus, yang nantinya mengantarkannya bertemu dengan seorang pangeran...