1.8 Niat Baik yang Gagal

55 5 4
                                    

Vila milik keluarga Iqbaal terlihat ramai tidak seperti biasanya. Dari pagi tadi banyak mobil keluar masuk, entah itu membawa bahan dapur untuk dimasak sang koki, membawa dekorasi untuk di pasang menghiasi seisi vila, juga beberapa membawa banyak hal lain untuk pertunangan Kanaya dan Iqbaal nanti malam.

Aku melihat pemandangan di luar dengan muka datar. Kan memang bukan ini yang sebenarnya aku inginkan. Bertunangan dengan cowok rese, nyebelin? Apakabar nanti hari-hariku? Aku meruntuki diriku sendiri. Kenapa tidak dibatalkan langsung saja Nay, make acara sebulan segala? Bukannya kalau lebih lama itu akan lebih menyakitkan?  Lebih banyak yang merasa terkhianati karena ternyata satu bulan yang kamu jalani itu cuma perjanjian? Kebahagiaan yang kamu berikan itu kebohongan?

Aku menggeleng tegas. Menyangkal suara-suara di otakku. Aku merasa ini yang terbaik. Seperti yang aku bilang sebelum membuat perjanjianku dengan Iqbaal hari itu; ini semua demi Opa, Eyang, dan orang yang menyayangiku selama ini. Ya, aku tahu ada sedikit kesalahan di sini, tapi setidaknya kita sudah menunaikan pertunangan kan? Seperti yang mereka inginkan? Meskipun akhirnya mungkin berpisah, bukan karena kematian, tapi memang karena takdir yang tak menyatukan. Nyatanya kita tidak cocok, juga Iqbaal dia punya cinta yang lain. Aku sendiri? Entahlah, belum bertemu cinta itu.

Ketukan pintu terdengar nyaring. Rupanya Asisten Jo dan para servant. Semuanya tersenyum menyapaku. Menatapku dengan tatapan gembira. Padahal aku sendiri tidak berantusias sama sekali untuk acara nanti malam.

"Baik, acara dimulai pukul 7 malam kalian temani Nona Nay dan buat Nona Nay jadi paling cantik malam ini."

Semua servant mengangguk.

Asisten Jo menatapku. "Saya permisi Nona Nay."

Aku menatap servant yang berdiri di depanku.

"Selamat atas pertunanganmu nanti malam Nona Nay." kata mereka serempak.

Aku hanya menghela napas panjang. Kemudian berdiri. "Jadi sekarang aku harus apa?"

Mereka langsung membawaku duduk di kursi yang berada di sudut ruangan. Kemudian mengeluarkan berbagai peralatan kecantikan. Entahlah saking banyaknya aku tidak bisa menyebutnya satu-satu.

"Kita mulai dari kuku." tukas salah satu servant.

👑👑👑

Pukul 7 malam tamu-tamu undangan sudah berdatangan. Lampu-lampu hiaspun sudah menyala terang di halaman belakang, tepatnya di taman vila keluarga Iqbaal. Taman vila itu disulap dengan begitu cantiknya, mulai dari bunga-bunga berbagai jenis dan warna yang dijajarkan di sepanjang jalan, juga pernak-pernik lain yang menambah kesan indah dan artistik ada di sana.

Aku menghela napas pelan menatap ke arah cermin, begitu anting di kuping kiriku sudah terpasang melengkapi yang ada di kuping kanan.

Para servant tersenyum karena mereka pikir Nona mereka sudah sempurna. Aura seorang putri dongeng ada padanya. Lihat gaun putih selutut sudah melekat di badannya dengan sempurna, meskipun modelnya sangat biasa dan simpel—polos dan berlengan, ditambah ornamen kancing putih yang menjadi pemanis, tapi gaun itu ditubuh Nonanya malah cocok. Gaun itu seperti menggambarkan tentang Nona mereka yang sederhana, polos, dan manis kadang-kadang.

"Sepertinya para tamu, tentunya Tuan Muda akan banyak memujimu malam ini Nona Nay."

Aku mengulum senyum tipis. "Pujian itu untuk kalian karena kalianlah yang membuat aku jadi seperti ini. Terima kasih yah?"

"Ngomong-ngomong apa Ibu, Ayah, dan Arven udah datang?"

"Mereka menunggumu di luar sepuluh menit yang lalu Nona Nay."

Little Nyonya [IDR]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang