1.3 Rahasia yang Terbongkar

36 4 0
                                    

Aku mengeratkan peganganku pada tali ranselku, ketika tatapan-tatapan menyudutkan dan bisikan-bisikan kurang mengenakan terdengar di telingaku. Ini pasti karena kabar aku adalah tunangan Iqbaal tersebar. Aku memejamkan mataku, menekan bibirku—menahan semua emosi yang hadir mengukung diriku. Mereka pikir aku senang sekali apa bertunangan dengan cowok rese seperti Iqbaaal? Ck!

"Oh, jadi dia yang dijodohin sama Iqbaal?"

"Bukannya dia yang baru pindah kemarin?"

"Sok cantik gak si?"

"Cantikan si Zea, kok Iqbaal mau aja?"

"Apa keluarga Iqbaal rabun, bisa-bisanya jodohin anaknya sama Kanaya."

"Jujur gak suka gue lihatnya."

"Gue jadi Kanaya sadar diri dulu deh."

Begitulah kiranya bisikan-bisikan kurang mengenakan yang aku dapatkan pagi ini. Yang aku bisa cuma berjalan menunduk, menguatkan diri, untuk tidak terpancing emosi. Sabar Nay, badai pasti berlalu! Tenang, oke?

Aku menarik napasku begitu sampai di ambang pintu kelas. Apa anak kelasku juga akan seperti siswa-siswi di sepanjang koridor tadi? Membeciku, karena mengetahui fakta itu. Aku memejamkan mataku, menggeleng—menyangkal prasangka buruk yang berputar di kepala.

Aku duduk di bangkuku. Mendapati Jani dan Cika yang ternyata juga sudah duduk di bangkunya. Mereka asik mengobrol. Seperti biasa, aku tersenyum ikut bergabung dalam obrolan mereka. Namun, reaksi yang aku dapatkan adalah penolakan. Jani dan Cika bangkit dari duduknya. Meninggalkan aku tanpa satu patah katapun. Apa semenyebalkan itu diriku karena harus jadi tunangan Iqbaal? Sampai dua orang yang aku kira ada di pihakku juga pergi. Yang bisa aku lakukan kini cuma menatap punggung mereka berdua yang tertelan pintu, tersenyum miris pada nasib yang menimpaku. Eyang harus tanggung jawab! Coba aja kalau gak ada janji-janji segala jodohin cucu! Hidup Nay bakalan tenang dan damai.

👑👑👑

Rama menatap punggung Kanaya yang duduk sendiri di sudut kantin, ia merasa kasihan pada cewek itu. Bukan salah Kanaya, ia jadi tunangan Iqbaal. Kenapa semua menghakiminya? Bagi Rama, Kanaya tak kalah cantik dengan primadona sekolah, terutama hati dan sifat cewek itu yang menyenangkan—sampai membuatnya jatuh hati. Orang-orang belum kenal saja, siapa Kanaya sebenarnya.

Awal mendengar kabar itu, rasanya ada rasa sesak menjalar di dadanya. Baru ia akan berjuang untuk cewek itu, tapi sebelum benar-benar memulai rencananya harus kandas lebih dulu. Ia tak mungkin memperjuangkan cintanya. Lebih-lebih karena Kanaya adalah calon tunangan sahabatnya. Jadi, Rama putuskan untuk mengubur perasaannya, meskipun sulit ia akan berusaha.

Lama Rama menatap punggung itu. Ia menghembuskan napasnya sedikit kasar, ketika mendengar bisikan-bisikan sok tahu dari orang-orang. Rama tahu, Kanaya pasti tidak nyaman dengan semua ini. Rama yang niatnya akan pergi dari tempat ini menjadi urung. Dia bahkan memilih menghampiri cewek itu untuk duduk menemaninya makan. Entahlah, hatinya memintanya begitu. Ia tak tega meninggalkan Kanaya. Persetan dengan niatnya yang ingin melupakan perasaannya. Setidaknya Kanaya tahu, kalau dia tidak sendirian. Masih ada Rama di sisinya.

👑👑👑

Aku mengalihkan atensiku dari sepiring kentang goreng yang tengah aku makan, begitu ada seseorang yang duduk mengisi bangku depanku. Adalah Rama, cowok itu tersenyum. Aku mengedarkan pandanganku.

"Gue sendirian, kalau lo cari Iqbaal." katanya tersenyum.

Aku tersenyum, menggeleng. Siapa juga yang cari-cari itu cowok? Kemudian melanjutkan acara makanku.

Little Nyonya [IDR]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang