Aku menatap Iqbaal di kursi kemudinya. Cowok itu tetap melajukan mobilnya, padahal biasanya aku akan turun di pertigaan kemudian berjalan menuju sekolah. Aku mengeryit bingung.
"Pertigaannya kelewatan tau." kataku menatapnya.
"Lagian semua udah tahu, apalagi yang mau disembunyiin?" katanya santai.
Aku menghela napas pelan. Ya, itu ada benarnya. Lagi pula sebentar lagi juga masuk, jadi aku gak usah lari-lari dan nyuruh pak satpam nahan gerbang. Mataku membulat—menyadari sesuatu, mampus! Cari mati kamu Nay. Aku melupakan fans-fans Iqbaal yang tidak suka padaku. Semoga aku bisa sampai kelas dengan keadaan hidup.
Mobil Iqbaal berhenti di tempat biasa cowok itu memarkirkan mobilnya. Seperti biasa, kumpulan cewek-cewek happines club sudah bergerombol mengantri menanti kehadiran Iqbaal sambil mengagumi pentolan sekolah yang lain. Siapa lagi kalau bukan Nadhif, Kevin, Rama? Mereka bertiga selalu begitu, nongkrong dulu di parkiran sambil nunggu bel masuk sekalian nunggu Iqbaal atau salah satu dari mereka yang terakhir berangkat. Setia kawan bangetkan? Mungkin semua itu mereka lakukan supaya ketika berjalan di koridor karismanya makin memancar karena bersatu, mulai dari si ceria playboy cap badak Kevin, si ramah malaikat tak bersayap Rama, si kutub yang misterius Nadhif, dan si rese Iqbaal, itu menurutku tapi kalau menurut yang lain mungkin Iqbaal disebut si charming. Yaa, begitulah Cika tiap kali cerita.
Aku tersentak kaget begitu Iqbaal menyuarakan suaranya. "Woi! Turun kali udah sampe." katanya sewot menatapku yang sudah mengalihkan atensiku dari jendela kaca mobil.
Aku berdecak. "Sans aja gak usah ngegas!" kemudian meraih tasku. Bersiap turun. Sebelum itu aku merapalkan doa. Meminta perlindungan kepada Tuhan dari gerombolan cewek-cewek pecinta Iqbaal. Aku menarik napasku dalam kemudian menghembuskannya.
Iqbaal keluar dulu dari mobilnya, membuat semua bertriak histeris. Beberapa bahkan lari, ngasih hadiah. Heran deh, Iqbaalkan udah punya Nay! Eh! Maksudnya Iqbaal tuh udah punya tunangan. Masih aja diarepin. Hehhe, kalau aku jadi tuh cewek-cewek happines club daripada duitnya buat beliin hadiah Iqbaal yang nasib terakhirnya di tong sampah atau buat Alvian, alangkah lebih baik duitnya ditabung buat traveling. Bisa membahagiakan diri sendiri lagi.
Semua pandangan yang tadinya fokus pada Iqbaal kini teralihkan padaku yang turun dari mobilnya. Buru-buru aku menuju kelas, meninggalkan Iqbaal yang masih dikerubuti fansnya. Begitu aku melangkahkah kaki, Bisik-bisik menyebalkan mulai terdengar di koridor. Heran deh itu bibir atau cabe rawit? Pedes-pedes amat? Aku mencoba tersenyum, tidak menghiraukan mereka. Pun aku sudah berjanji pada diriku, untuk tidak memasukan omongan mereka dalam hati, tetaplah kuat, dan jadi diri sendiri. Kalau perlu dilawan, jangan lemah. Toh ga salah, jadi ngapain takut?
"Mukanya tebel amat kaya tembok."
"Liat deh! Nay malah dadah-dadah, dia pikir kita merhatiin dia karena suka gitu?"
"Sok cantik banget."
"Gue denger dia nerima tunangannya karena rumahnya disita."
"Berarti, demi uang?"
"Miskin, mau gimana tetep aja missqueen."
"Matre banget"
"Kasian Iqbaal tunangan sama cewek matre."
Aku menyunggingkan senyum pada mereka yang bisik-bisik dan menatapku tajam. "Kenapa? Mau minta tanda tangan?" tanyaku, mereka malah pergi.
"Kok kabur? Gak jadi tanda tangannya? Selfie juga boleh kok." kekehku menatap punggung mereka.
"Hai Nay!" sapa entahlah aku tidak tahu menepuk punggungku. Akupun tersenyum dan melambaikan tanganku.
"Hai!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Nyonya [IDR]
FanficSetiap anak perempuan dalam hidupnya pasti pernah memimpikan dirinya menjadi seorang putri di sebuah kerajaan. Memakai mahkota di kepalanya, memakai gaun cantik, dan memakai sepatu bagus, yang nantinya mengantarkannya bertemu dengan seorang pangeran...