1.0 Perkara Makan dan Kerinduan

41 6 4
                                    

Aku heran sekali dengan kebiasaan cowok itu. Kenapa si dia suka sekali membuatku menunggu, panas-panasan begini di pertigaan? Bilangnya cuma berapa menit, tahu-tahu lewatnya bermenit-menit. Aku berdecak pelan, bertepatan dengan mobil cowok itu yang berhenti di sampingku.

Aku yang bersedakap dada, seperti biasa menatap kesal ke arah Iqbaal yang membunyikan klaskon mobilnya. "Masuk buruan, lo mau semua orang tahu?"

Aku memutar mataku, menggerakan bibir mengikuti perkataannya.

"Bisa gak si, ga bikin gue nunggu? Panas tahu." tanyaku meliriknya di kursi kemudi.

"Ya kalau mau kebongkar bisa aja."

Aku memejamkan mataku. Benar juga apa yang Iqbaal ucapkan. Kita harus menunggu sekolah benar-benar sepi. Kalau tepat saat pulang sekolahkan pertigaan ramai. Pasti ada saja nantinya yang melihat kalau aku naik ke mobil Iqbaal. Terbongkar sudah semuanya. Dan hidupku tidak akan aman dan tentram karena diserang oleh penggemar cowok itu. Mungkin serangan itu berasal dari Cika juga. Aku menggeleng kuat. Tuhan Nay masih ingin hidup!

"Dari butik lo dijemput Asisten Jo." katanya membuat alisku mengeryit.

"Kenapa gak sama lo aja?"

Iqbaal tersenyum, cowok itu menaikan alisnya dan menatapku lekat. Ia kemudian menyelipkan anak rambutku ke telingaku. Membuatku diam sejenak, balik menatapnya.

"Kenapa lo masih pengen dekat gue lama?" tanyanya.

Aku membulatkan mataku. Iqbaal malah tertawa. "Sorry, urusan gue banyak. Bukan cuma lo." katanya tersenyum kemudian menginjak gas mobilnya, menyisakan keheningan selama perjalanan.

👑👑👑

Seperti yang dikatakan Iqbaal, Asisten Jo menjemputku di butik tepat saat aku selesai mengukur badanku. Begitu Asisten Jo datang Iqbaal langsung ngacir pergi. Mungkin cowok itu mau merayakan kemenangan tim basketnya. Itukan memang kebiasaan mereka kalau menang. Aku mengangguk setuju dengan apa yang aku pikirkan. Dan tebakkanku ternyata benar, selang berapa menit Cika langsung membagikan foto dan video kumpulan anak basket yang tengah merayakan kemenangannya di Cafe milik Rama. Yah Cika dan Alvian sibuk juga. Mereka mungkin akan mengikuti hingga acara selesai. Memang ada-ada saja.

"Nona Nay, kita sudah sampai." ucap Asisten Jo membuyarkan lamunanku. Aku mengangguk, kemudian turun dari mobil diikuti Asisten Jo dan disambut para servant.

"Satu jam lagi kelas akan dimulai. Nona Nay bisa beristirahat dulu."

Kenapa Iqbaal mudah sekali membolos? Aku juga mau! Bersenang-senang main di time zone atau melakukan hal yang aku biasa lakukan sepulang sekolah. Bukannya terjebak, belajar ini-itu yang bagiku membosankan dan rasanya tidak begitu perlu. Tapi mungkin besok-lusa ada gunanya juga. Aku mengangkat bahu.

👑👑👑

Aku menghembuskan napasku pelan. Menatap macam-macam jenis makanan. Kemudian macam-macam sendok, piring, gelas, dan peralatan lainnya. Yap, pelajaran hari ini adalah tata cara makan—table manner.

Rasanya semua peralatan ini sama. Yang membedakan cuma ukurannya saja. Yaampun aku benar-benar pusing. Apa jadi konglomerat harus begini? Bahkan hal kecil seperti makan saja ada aturannya. Aku makan, tinggal makan saja, tidak ribet. Pun saat di meja makan bersama keluarga Iqbaal. Mereka bahkan tidak protes dengan gaya makanku. Iqbaal juga sama, kemarin dia juga makan roti tawarnya pakai tangan. Tidak pakai sendok garpu begini. Kenapa sekarang?

Little Nyonya [IDR]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang