Hubungan

925 96 10
                                    

Notes :
Chap by : BucinSamaIchi

-

Ichiro meraba tengkuknya, tak ada bond disana. Samatoki tidak menandainya, ia yakin Samatoki juga tak mau membuat bond tanpa seijin darinya. Ia mengerjapkan mata, fakta bahwa Samatoki menyetubuhinya masih mengganggu pikiran Ichiro.

Tak menyangka bahwa hybrid liar yang ia bawa pulang kembali mendapatkan 'first time' nya.

"Oi"

Samatoki melongokkan kepalanya ke dalam kamar. Mengecek Ichiro yang dari tadi tak bersuara ataupun menunjukkan tanda-tanda akan keluar dari kamar.

Ia melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar sambil membawa nampan berisi secangkir teh hangat dan roti bakar dengan isian selai stroberi.

"Sarapan."

Pemuda itu meletakkan nampannya di atas nakas lalu menggoyang pelan tubuh Ichiro. Ichiro hanya mengguman pelan, mengangguk dan mencoba menegakkan tubuhnya.

"Ugh.."

Lelaki itu menatap tajam Samatoki.

"Pinggangku sakit, bantu aku duduk. Dasar tidak peka."

"Makanya bilang tudep, gausah kebanyakan kode."

"Sejak kapan kau melawan begini, huh?"

Samatoki tetap membantu Ichiro untuk duduk, walau keributan kecil menyelip.

"Aku selalu melawan."

Ichiro mencebik begitu mendengar jawaban Samatoki. Serigala ini makin berani saja.

"Hilih."

"Cih, yaudah ini makan."

Samatoki mengibaskan ekornya, meraih piring dengan dua roti bakar di atasnya dan duduk di pinggir ranjang. Ichiro yang melihatnya diam saja, mengira Samatoki akan memakannya sendiri. Alih-alih memakannya, Samatoki malah menjejalkan satu roti ke mulut Ichiro.

"Humph!"

"Lama anjir, ntar keburu dingin."

Ichiro mau tak mau harus memakannya jika tak mau tersedak. Setelah habis, ia hendak protes. Namun dihentikan oleh Samatoki yang menyodorkan secangkir teh. Teh hijau dalam cangkir putih itu tampak segar menggoda, membuat Lelaki heterochromia itu mengurungkan niat untuk mengomeli Samatoki.

Seteguk teh lolos masuk ke lambungnya, meninggalakan rasa hangat di tenggorokan.

Ichiro kembali meraba tengkuknya, meyakinkan diri bahwa tak ada bond disana.

"Samatoki.."

"Hm?"

Yang dipanggil hanya menjawab dengan gumaman seperti biasa, ekornya beralih melingkar ke pinggang Ichiro.

"Kau tak menandaiku?"

Samatoki sedikit terkejut akan kalimat Ichiro, lalu ia menggeleng.

"Aku pikir kau punya alpha lain yang kau sukai, dan tak mungkin aku menandaimu karena keinginan sepihak, Ichiro."

Ichiro mencuri pandang ke wajah Samatoki, tampak hanya ekspresi wajah datar yang biasanya. Apa alpha ini sama sekali tak khawatir dengan kemungkinan-kemungkinan lain?

Lelaki itu terpaku, ragu untuk bertanya lebih lanjut.

"N-nee, bagaimana kalau aku-.."

Samatoki mengeratkan ekornya ke sekeliling pinggang Ichiro.

"Dengar Ichiro, kalau sesuatu terjadi padamu aku akan bertanggung jawab. Aku sudah bilang seperti itu tadi, kan?"

"Aku tau kau takut hamil. Maafkan aku."

Lanjutnya tanpa menoleh sama sekali.

Manik Ichiro membola, terkejut Samatoki mengetahui isi pikirannya sekaligus tak menyangka akan ada kata maaf di kalimat Samatoki. Seingatnya Samatoki tak mengenal kosakata 'maaf'.

"A-ah, begitu ya?"

_"kalau begitu kenapa tak sekalian kau tandai aku saja, bodoh?”_

Ichiro mengalihkan pandangan, ia tak mengerti. Siapa Samatoki?
Siapa Samatoki baginya?
Punya status apa mereka berdua?

Terkadang Samatoki malah nampak seperti adiknya, kadang mereka seperti sahabat, kadang mereka seperti sepasang kekasih, mengingat Samatoki mencuri ciuman dan seks pertamanya.

Ia kembali meneguk teh hijaunya, wangi segar teh sedikit menenangkannya.

"Kau tak apa ditinggal sendiri? Aku ada urusan dengan Jyuto."

Ichiro mengangguk, mengerti Samatoki juga memiliki kehidupan sendiri. Setidaknya ia bisa menata pikirannya dengan lebih tenang saat tak ada Samatoki.

"Tak apa."
.
.
.
.
.
.
Hai kak, saya kembali.
/run/
/ngilang lagi/
-BucinSamaIchi
-𝓜

-

Ookami : kok gw kesel ya?.

From Now Till The End [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang