Back to Our Routine?

556 79 14
                                    

Notes :
Chap by : BucinSamaIchi

Sapuan lembut hangat matahari pagi membelai wajah cantik lelaki omega itu, surai jelaganya yang acak-acakan tampak berkilau bak bentangan sayap gagak. Ichiro mengernyit, badannya menggeliat sekilas sebelum akhirnya manik dwiwarna itu menampakkan keelokannya.

Detik demi detik berlalu, agak lama lelaki itu termenung, memunguti sisa memori atau pikiran apapun dalam di otaknya. Ah, Ichiro ingat, tempat berbaringnya saat ini bukanlah kasur rumah sakit, lembut tekstur sprei dan warna kelabunya ini adalah ranjang Samatoki. Ichiro menarik selimut hingga menutupi leher jenjangnya.

Jujur saja ia ingin bangkit dan mengerjakan rutinitas paginya, namun entah kenapa badannya tak dapat diajak untuk meninggalkan sarang yang menawarkan rasa nyaman tiada tanding.

Lelaki manis itu bergelung dalam selimut, membiarkan kain lembut berbulu itu menyentuh kulitnya, mengurungnya dalam rasa hangat yang menenangkan. Ia menarik napas perlahan, aroma Samatoki mencair dalam rongga dadanya, begitu menenangkan, memadamkan rasa takut dan kekhawatiran dalam benaknya.

Ah, ya. Tengah malam mereka kembali dari gedung berbau obat-obatan itu. Ichiro tak betah berlama-lama di dalam ruangan putih dengan aroma karbol dan obat infus, membuatnya makin mual saja.

Dan Samatoki tentu saja menuruti permintaannya, tak mungkin menolak angan sang omega kesayangan.

Kedua iris dwiwarna itu baru saja hendak kembali mengubur diri di balik kelopak mata jika suara ketukan pintu tak menginterupsi.

"Ichiro..!"

Samatoki berusaha memanggil nama omeganya itu selembut yang ia bisa. Namun, yah, aksennya memang selalu nampak seperti orang yang tengah mencari keributan.

Ichiro mendecak dari balik selimutnya, tak mau diganggu untuk saat ini, tak pula ingin menjawab panggilan Samatoki, malas. Entahlah, moodnya pagi ini hanya ingin bermalas-malasan.

Tak ada jawaban, Samatoki mulai kesal menunggu. Ingin sekali alpha serigala salju itu masuk sekarang juga, namun mengingat terakhir kali ia masuk tanpa izin, Ichiro dengan ganas memukuli kepalanya.

Ekor seputih sayap merpati itu mengibas-ibas, kedua manik rubynya melempar pandangan ke arah jam dinding, hampir pukul sembilan dan Ichironya itu belum sarapan.

Peduli setan.

Samatoki tetap membuka pintu, menepis kemungkinan jikalau Ichiro akan kembali memukulinya.

"Oi, Ichiro."

Kedua alis Ichiro mengerut, beginikah cara memanggil seorang mate? Seperti ingin menantang berkelahi saja.

"Apaan sih, Samatoki?! Ga bisa santai dikit manggilnya?!"

Bentak sang omega sembari menyibak selimut kasar, terpaksa Ia membawa punggungnya tegak untuk duduk agar bisa lebih menghayati tatapan garang yang ia lempar ke alphanya itu.

Samatoki tak dapat menyembunyikan rasa terkejutnya walau ia tahu ada resiko macam ini. Akan tetapi ia mencoba maklum, mood swing dan badai mood merupakan hal yang normal di masa kehamilan.

"Iya iya."

Tak ada yang mampu dipikirkan, Samatoki menjawab sekenanya.

"Iya iya apaan?!"

Nyali Samatoki menciut, Ia sudah sering menghadapi lawan, bahkan sekelas pembunuh bayaran sekalipun, namun Ichiro di hadapannya saat ini seakan lebih menakutkan dari musuh-musuhnya.

"Jangan sekali-kali masuk tanpa izinku, bodoh! Sudah pernah kubilang kan?"

Ichiro meremas kain kelabu berbulu lembut itu dengan kedua tangannya, sekilas nampak menggemaskan.

"Tapi ini kamarku."

Alpha serigala hibrida itu mengumpat dalam hati, apa-apaan jawabannya tadi?

"Hah?! Ini rumahku!"

Benar saja, Ichiro makin dibuat emosi.

"Dan kau milikku, jadi diamlah ayo sarapan."

Tukas Samatoki ringkas tanpa ekspresi. Tak menunggu respon Ichiro, sedetik setelahnya omega itu sudah berada dalam gendongannya.

Otak Ichiro sepertinya tengah loading, menunggu jaringan, lemot seperti indih0mo.

Sampai di pintu dapur, lelaki dengan marga Yamada itu mencium aroma masakan. Ia mengernyit ketika ia sadar tak bisa mengidentifikasikan aroma apa itu, biasanya hidungnya dapat membeda-bedakan aroma masakan dan bahan makanan dengan cepat. Ternyata hamil cukup merepotkan.

Ichiro mengerjapkan pasang matanya saat ia diturunkan ke kursi, ia menjatuhkan pandangannya ke mangkuk putih di hadapannya. Semangkuk bubur dengan banyak toping rupanya, Ia tersenyum kecil menahan tawa geli, tak menyangka Samatoki bisa menyiapkan bubur dengan tampilan semanis ini.

Diliriknya pemuda alpha putih yang duduk di sebelahnya, Samatoki menatap datar.

"Apa?"

Omega manis itu tersenyum, menggeleng pelan.

"Tidak~ hanya terkejut kau bisa semanis ini."

"Allahu Akbar!"

Manis.

Samatoki ingin berteriak, ingin sekali menerjang Ichiro sekarang juga.

Ia membuang pandangan sejenak, menjernihkan isi pikiran.

"Naa, Ichiro."

Pemuda alpha itu mengembalikan fokusnya.

"Huum?"

Ichiro menjawab dengan gumaman, mulutnya masih penuh dengan bubur.

"Akhir-akhir ini aku memikirkan tentang kita,"

"Maksudku, kau tahu? Cih- langsung pada intinya,"

"Ayo kita menikah."

Telinga Samatoki mengatup ke bawah, menahan rasa malu dan gugup ketika mengingat Kata-katanya sendiri. Beberapa detik Ichiro masih diam, Samatoki jadi kesal sendiri. Ia akhirnya mencuri pandang ke omeganya itu.

Datar.

Ichiro menatapnya datar, tak ada keterkejutan atau apapun itu yang diharapkan Samatoki. Ia tampak menelan suapan terakhir buburnya.

"Dengar ya, Samatoki,"

"Cara melamarmu.. J-E-L-E-K sekali."

"... Hah?!"

Rona merah antara karena marah dan malu bercampur menjadi satu dalam air muka Samatoki.

"Aku baru membicarakannya! Bukan melamar!"

"Sama saja! Jelek! Ulang! Pokoknya kalau belum bagus, ga mau."

Damn.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Hai*˙︶˙*)ノ
Mmaaf llaamaaaaaaa Aaaaaaa!!!

Oya, author mau cerita.
Jadi akhir-akhir ini author baru nyemplung ke fandom Stay(*´∇')ノ
Yup, Stray Kids.
Kalian ada yang fandom Stay?
Cara nganunya gimana si? Mulai darimana dulu gitu?
Makasih aaaaaaa
Lopyu

-BucinSamaIchi

From Now Till The End [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang