Notes :
Chap by : BucinSamaIchi
.
.
.Jantung Samatoki seolah berhenti berdenyut, tulang-tulangnya ngilu tak mau bergerak. Nafasnya tercekat melihat benda kecil yang dipegang Ichiro. Dadanya seperti akan meledak karena ia sampai lupa untuk bernafas.
"Ichiro.."
Samatoki menyela tangis lelaki itu. Tangannya melayang di udara, hendak menyentuh bahu sang omega namun tertahan. Ichiro mungkin akan menolak semua sentuhannya.
Lelaki itu masih terisak, tak memberi respon apapun pada panggilan Samatoki. Samatoki bagai dibombardir rasa bersalah. Berbagai dugaan dan pikiran negatif memenuhi kepalanya.
Ichiro mungkin tak mau mengandung anaknya, Ichiro mungkin sudah memiliki kekasih, Ichiro mungkin memiliki Alpha yang disukainya, Ichiro mungkin membenci Samatoki.
Samatoki mengontrol napas, mencoba menenangkan diri. Perlahan ia mendekati omega dengan iris hijau merah itu. Lalu melingkupi ruangan dengan feromon menenangkan.
Pemuda serigala itu menepis pikiran negatifnya, saat ini ia hanya harus menenangkan Ichiro.
Samatoki meraih tangan Ichiro, membawa tubuh lelaki itu ke dekapannya. Ichiro masih bungkam dengan isakan, diluar dugaan Samatoki, Ichiro malah menyamankan diri dalam dekapnya.
Aroma feromon Samatoki mungkin membuatnya lebih tenang. Samatoki mengelus helaian hitam Ichiro dengan lembut, ekornya melingkar ke pinggang Ichiro sambil mengelusnya pelan.
Ichiro menenggelamkan wajahnya ke ceruk leher Samatoki, menghirup aroma segar menenangkan Alpha itu. Kedua tangannya masih bertengger di dada Samatoki. Telinganya fokus mendengarkan detak jantung.
Beberapa menit setelahnya, lelaki berhelai malam itu sudah lebih tenang. Isak tangisnya sudah berhenti, tergantikan oleh deru napas halus.
Samatoki masih setia pada posisinya, tak membiarkan kontak fisik mereka menjauh atau terlepas. Kecuali jika Ichiro yang menginginkannya. Kedua alis pemuda putih itu bertaut ketika Ichiro sama sekali tak berkata-kata setelah sepuluh menit.
"Uhh... Ichiro?"
"Hmm?"
Ichiro hanya membalas dengan gumaman, masih enggan mengangkat kepalanya untuk menatap lawan bicara.
"Kau mau bicarakan ini?"
Samatoki berusaha bertanya selembut mungkin. Ekor putihnya masih bersarang di pinggang Ichiro, memberi sebuah kehangatan kecil.
Ichiro memberi jeda yang cukup lama untuk sebuah respon. Ia akhirnya mengangguk di dada Pemuda itu.
"...Oke, mau begini saja?"
Surai hitamnya ditepuk-tepuk. Sejujurnya Ichiro malu untuk mengangkat kepalanya dan memperlihatkan wajahnya. Ia tak pernah menangis langsung di hadapan Samatoki. Ia cukup terkejut juga saat Samatoki malah berhasil membuatnya tenang.
"Baiklah kalau itu maumu. Jadi, uhh.. Kau hamil anakku?"
Pemuda itu bertanya ragu-ragu, bingung memilah dan memfilter kata-katanya.
Ichiro menggigit bibir bawah, gemas dengan pertanyaan bodoh Samatoki. Memangnya itu anak siapa lagi kalau bukan anaknya, apa Samatoki berpikir ia melacur?
"... Hm, anak siapa lagi? Dasar bodoh."
Omega itu memegangi perutnya, merasa miris dengan bapaknya yang bodoh.
"Ichiro, dengarkan aku, aku akan bertanggungjawab. Jadi aku mohon kau jangan menggugurkan anak ini."
Ichiro tersentak, sebegitu dungunya kah alpha di depannya ini?
Siapa juga yang mau menggugurkan calon bayi ini? Lagipula hal seperti itu juga dapat membahayakan nyawa Ichiro.Tak bisa Ichiro pungkiri, ia memiliki sebuah rasa kepada Samatoki. Rasa yang berbeda, bukan sebagai bocah hybrid yang ia temukan beberapa tahun lalu. Tetapi sebagai seorang Samatoki. Awalnya Ichiro menepis perasaan dan pikiran itu, berdalih bahwa mungkin itu hanya perasaan sayang kepada keluarga seperti perasaan seorang ibu pada anaknya.
Namun lama kelamaan Ichiro tersiksa juga, Ichiro dalam keadaan sepenuhnya sadar ketika meminta Samatoki mengisinya. Demam heat yang memicunya mengatakan itu, namun ia sadar, ia memang membutuhkan Samatoki, menginginkannya.
Lelaki itu memukul perut Samatoki, membuat Samatoki mengaduh kemudian.
"Itte- kenapa malah mukul?!"
Samatoki tak sadar meninggikan nada bicaranya. Ichiro abai, memang sudah biasa mendengar nada bicara Samatoki yang semacam itu.
Omega manis itu mendongak, menatap kesal dengan wajah merah sembab.
"Memang siapa yang mau menggugurkan anak ini, ha?! Jangan sok tahu, Samatoki."
Samatoki berjengit, telinganya reflek berdiri.
"Kau.. Aku pikir kau belum mau mengandung. Mengingat hal ini terjadi secara... tidak sengaja?"
Samatoki kembali menggunakan nada ragu, takut dengan kemungkinan Ichiro sakit hati dengan kalimatnya.
Ichiro diam, kembali mengubur wajahnya ke ceruk leher Samatoki. Ia tak mau menjawab pertanyaan memalukan semacam itu.
"Aku, aku tak bisa mengontrol diriku saat itu. Aku minta maaf..."
Ichiro menggeleng, ini bukan salah Samatoki.
"Bukan salahmu. Sudahlah, Samatoki."
"Hei, tenang saja, aku akan bertanggung jawab."
Pipi Ichiro memanas, walaupun ia sudah menduga Samatoki akan mengatakan itu. Tetap saja saat telinganya mendengarnya langsung itu berbeda.
"Aku ambilkan minum sebentar."
Samatoki menepuk punggung Ichiro dengan ekornya, meminta Ichiro melepas peluk. Ichiro menurut, membiarkan Alpha itu berjalan ke dapur. Toh dia memang sedang butuh air.
Ichiro kembali memegangi perutnya, bertanya - tanya apakah keputusan yang dipilihnya benar. Ichiro tahu Samatoki adalah orang baik, alpha yang bertanggungjawab, alpha yang tidak mungkin menyetubuhi dan menandai omega tanpa ijin.
Tunggu, tanda?
Tangan Ichiro naik ke tengkuk, tak ada tanda disana. Jujur saja, ia kagum bagaimana Samatoki dapat menahan instingnya untuk tak memberi gigitan pada tengkuknya.
Ichiro membuka suara ketika Samatoki kembali dengan segelas air di tangannya.
"Kau tak menandaiku, Samatoki?"
Samatoki memberikan gelas itu pada sang lelaki lalu kembali duduk di sampingnya.
"Yah, aku pikir kau sudah punya kekasih."
Ichiro menenggak habis air dalam gelas. Jadi karena itu Samatoki tak memberinya bond.
"Samatoki, tandai aku."
.
.
.
.
.
.
.Dah, aslinya mau tadi malem ngeupdate nya, tapi batre HP habis. Jadi lanjutin pas sahur aWok.
-BucinSamaIchi
-𝓜
KAMU SEDANG MEMBACA
From Now Till The End [Completed]
Romance[Cerita Lengkap] "Samatoki.. Tandai aku" Ucap sang manusia omega yang menatap lekat sang hybrid Pertemuan pertama sang samatoki dan ichiro adalah pertemuan yang bisa dibilang tidak special, tapi akankah hubungan mereka Special? Atau tetap sebagai pe...