Fight

568 79 12
                                    

Notes :
Chap by : BucinSamaIchi

"Sialan."

Samatoki mengumpat dalam hati, netra rubynya mencuri pandang ke omega yang tengah terduduk di pojok ruangan.

Ichiro tampak pucat, rasa takut tak dapat disembunyikan dari wajahnya.

Mengapa ada Ichiro di sini?

Apa-apaan bajingan di depannya ini memintanya menyerahkan diri?

Dijual, huh?

Ah, Samatoki mengingat obrolannya dengan Jyuto beberapa saat lalu. Alpha itu baru saja akan hanyut dalam amukan sebelum Jyuto berbisik padanya.

"Jangan sembarangan ambil langkah untuk saat ini."

"Baku tembak bisa kapan saja terjadi, kau tak mau Ichiro dalam bahaya kan?"

Lanjutnya pria berkacamata itu.

Decihan meluncur halus dari mulut sang serigala, telinganya mengatup mundur waspada, dengan bulu-bulu putih ekor yang menegak.

"Lalu apa rencanamu, keparat? Cepatlah gunakan otakmu untuk berpikir."

Amarah nampak jelas walau dalam bisikan Sang surai salju. Jyuto mengedarkan pandang, melihat sekeliling.

Sepuluh orang.

Jyuto mengeratkan genggam pada gagang pistol, baku tembak bukanlah hal yang mudah diurus.

"Tunggu apalagi, hybrid manis?"

Nada yang terdengar menyebalkan. Ingin Samatoki merobek mulut keparat ini.

"Serahkan dirimu, dan majikanmu akan bebas."

"Bukankah anjing harusnya menurut kepada manusia?"

Samatoki menggeram, Jyuto yang di sampingnya mencoba tak panik, sifat tempramen Samatoki memang tak pernah bisa hilang.

"Aku sudah mengirim sinyal minta bantuan, tenanglah seben-"

Bang!

Srakk!

Bruagh!

Tiga detik, semuanya terasa begitu cepat. Pria berkacamata itu bahkan tak mengerti apa yang terjadi.

Suara cabikan dan robekan mendominasi sebelum deru peluru ikut menyusul. Empat orang sudah tumbang. Jyuto dengan cepat melesat ke belakang tumpukan karung yang entah apa isinya.

"Amankan sandera!"

Seseorang berteriak, Jyuto melirik sekilas, itu anak buahnya. Tepat waktu. Baru ingin menghela napas sedikit lega, terdengar lolongan serigala.

Sial.

Samatoki mengamuk.

Mata merahnya menyala nyalang, kuku tangan memanjang berlapis warna darah. Empat orang yang tumbang tadi adalah ulah Samatoki rupanya.

Jyuto tak pernah melihat Samatoki yang seperti ini, bahkan Ichiro sekalipun.

Tubuhnya melemas dan ambruk tepat di pundak anak buah Jyuto, ia memaku pandang kepada Alphanya yang tengah mengamuk, mengerikan.

Seperti bukan Samatoki.

Samatoki yang penuh kasih padanya, sekarang nampak seperti monster. Pandangan sang omega perlahan menggelap, sepenuhnya hanyut ke alam bawah sadar.

Sementara di dalam sana, pimpinan grup tadi masih berusaha menghujani Samatoki dengan peluru. Namun serigala salju itu terlalu gesit dalam lompatan zig-zag. Samatoki menumpu kedua kaki ke dinding sebelum melesat menerjang pimpinan kumpulan beta itu.

Ia meraung ketika butir peluru bersarang ke bahunya. Namun tiga belah kukunya berhasil menusuk tepat ke dada.

"Bagaimana rasa kuku 'anjing' ini, bajingan?"

Seringai puas terbit di bibir, Samatoki mencabut kukunya. Pria itu terhuyung ke belakang sebelum akhirnya ambruk dengan darah mengucur deras.

Bang!

"Argh!"

Sekali lagi butir peluru berhasil menembus lengan atasnya. Raungan kembali terdengar. Jyuto mendecih, kepolisian akan segera ikut campur karena keributan ini.

"Samatoki, mundur!"

Ia berteriak, berharap Samatoki mau mendengarnya.

"Kepolisian akan segera kemari!"

Samatoki melirik ke lima orang yang nampak terkejut dengan teriakan Jyuto yang menyertakan 'kepolisian'.

"MUNDUR!"

Akhirnya ia menurut, ikut melesat di belakang Jyuto.

Dimana ichiro?

Benak Samatoki tiba-tiba menyebut nama Ichiro.

"ICHIRO?!"

Pria dengan helaian coklat gelap itu segera memukul kepala Samatoki.

Kesal tentunya.

"Diamlah untuk saat ini!"

Keduanya terburu-buru masuk ke dalam mobil hitam, Jyuto berseru kepada pemegang kemudi untuk cepat. Mobil hitam itu kemudian melesat dalam gelap kota, menghilang setelah sebuah tikungan tajam.

Jyuto akhirnya menyenderkan kepala ke kursi mobil sembari melepas kacamatanya, sedikit lega karena pergi tepat sebelum polisi mengganggu. Ia memijat pangkal hidungnya, menahan emosi dan rasa ingin menghujani Samatoki dengan omelan.

Rencana negosiasinya malah berubah menjadi baku tembak, dan serigala ini nampak seperti membantai isi gedung.

"Jadi apa-apaan ini?"

Ia memperhatikan kuku-kuku Samatoki yang mulai memendek, memberi kode pada Samatoki untuk menjelaskan.

"Dimana Ichiro?"

"Anak ngentod."
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Hai:"v

/ngilang lagi/
-BucinSamaIchi

From Now Till The End [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang