Prilly keluar dari dalam kamar mandi dengan rambut yang masih sedikit basah. Tetesan-tetesan air membasahi baju tidurnya. Ia duduk ditepi tempat tidur dan membuka handphonenya.
Prilly pun mendial nomer seseorang dan menghubunginya. Pada dering ketiga, orang diseberang sana mengangkat teleponnya.
"Bagaimana?" Tanya Prilly kepada orang itu.
"Aku hanya bisa menemukan informasi umumnya dan beberapa informasi yang mungkin tidak ada keuntungannya untukmu." Jawab orang diseberang sana dengan sedikit ragu.
Prilly menghela napas dan mengelus alisnya yang tidak gatal. "Kirimkan apa yang telah kau dapat melalui email sekarang."
"Baik Nona."
Sambungan telepon pun terputus. Prilly berdiri dan berjalan ke single sofa yang ada didalam kamarnya. Ia meletakkan handphone miliknya dimeja sebelah single sofa. Prilly pun membawa laptop yang telah ia hidupkan kedalam pangkuannya.
Saat ia mengecek email. Dikotak masuk banyak email yang belum ia baca, karena ia rasa Dishitha pasti sudah membacanya untuknya. Ia pun segera membuka email yang baru saja masuk ke dalam laptop miliknya.
Prilly membacanya dengan teliti dan hati-hati ia bahkan sampai membacanya berulang kali agar tidak ada satupun informasi yang terlewat. Tapi sepertinya apa yang dikatakan oleh seseorang yang ia telepon tadi sepertinya benar. Bahwa tidak satupun dari informasi orang yang sedang ia selidiki akan menguntungkannya.
Prilly pun menyandarkan tubuhnya, ia menengadah melihat langit-langit kamarnya yang remang-remang. Saat matanya hampir terpejam. Handphonenya bergetar, menandakan ada sebuah pesan masuk. Prilly pun langsung menegakkan tubuhnya dan segera membacanya.
“Tanggal 13 Juli sekitar pukul 23.35 di daerah Rausky, terlihat Kayanna Zachery sedang bertemu dengan seseorang yang diketahui memiliki identitas di dunia bawah. Sumber yang melihat mengatakan bahwa mereka sedang melakukan negosiasi tentang sesuatu yang penting.”
Saat membaca pesan itu, Prilly langsung menghubungi orang yang tadi ia hubungi. Selama beberapa dering tidak ada jawaban sama sekali. Prilly mencoba menghubunginya lagi, tapi malah telepon diluar jangkauan.
Prilly menggeram kesal, ia menggenggam handphonenya dengan erat. Yang mengirim pesan adalah nomer tidak dikenal. Dia pikir itu adalah salah satu anak buahnya, tapi sepertinya pemikiran itu salah.
Karena tidak adanya titik temu yang pasti. Prilly hanya bisa menunggu kabar anak buahnya yang lain. Karena ia tidak bisa bertindak gegabah. Pihak yang dicurigai kemungkinan mengetahui dirinya.
Suara dering telepon menyadarkan Prilly dari lamunannya. Tanpa melihat siapa yang menelpon Prilly segera mengangkat teleponnya.
"Siapa?"
"Ini aku Lewis, Nona. Apakah kau mendapat pesan dari nomer yang tidak diketahui?"
Kedua mata Prilly terbelalak. "Apakah kau juga mendapatkan pesan?" Tanya Prilly dengan hati-hati.
"Ya, Nona. Aku telah menyelidikinya tapi tidak menemukan pemilik nomer itu. Sepertinya orang itu menggunakan nomer sekali pakai Nona." Jelas Lewis.
Prilly menggigit kuku jempolnya. Siapakah orang ini? Apakah begitu mudah mencari tahu tentang dirinya? Apakah ini adalah Kayanna Zachery? Ataukah ini Ali? Itu tidak mungkin!
Beberapa pemikiran melintas dalam otak Prilly. Tapi itu tidak mungkin! Dia telah bersembunyi dengan sangat lama dan ia tentu saja sudah melindungi identitasnya dengan sangat baik. Siapakah pihak lain ini?
"Kalau begitu, jika terjadi hal-hal seperti ini atau hal yang mencurigakan segera selidiki!" Prilly mematikan sambungan telepon dan menggenggam handphonenya dengan erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pretentious
FanfictionAverlia Prillyns Grace, ketika masih diusianya yang baru meginjak 19 tahun dirinya malah dijebak oleh saudara angkatnya. Serta fakta bahwa kedua orangtuanya juga telah tiada. Prilly kabur layaknya seorang buronan. Ia tidak ingin mati sebelum dendam...