Di dalam kamar yang begitu mewah dan besar terdapat dua anak kecil yang sedang bermain. Si kembar itu tidak seperti anak-anak yang lain.
Si sulung atau anak perempuan yang bernama lengkap Lisyana Arabella Io sedang menekuni kesenangannya atau hobinya, yaitu mempelajari bahasa-bahasa dari negara yang lain. Sebelumnya ia mampu untuk menguasai 5 bahasa dalam jangka waktu yang pendek dan sekarang ia menginginkan lebih dari itu.
Sedangkan si bungsu atau anak laki-laki lebih suka berkutat dengan laptopnya, tapi jangan salah ia tidak bermain game atau yang lainnya. Anak laki-laki yang bernama lengkap Theodoric Ardolph Io sangat lah mahir dalam bidang IT, bahkan yang selalu melindungi perusahan Prilly adalah Theo.
Selama sistem keamanan perusahaan Prilly terganggu atau ada yang mencoba untuk menyebarkan virus ke sistem keamanannya, Theo yang akan selalu siaga menyingkirkan para pengganggu-pengganggu itu.
Kedua anak Prilly memanglah memiliki IQ yang tinggi, jadi tidak mengherankan lagi jika kepintaran mereka tidak seperti anak berumur 8 tahun.
"Theo." Panggil Lisy dengan nyaring padahal jarak mereka tidaklah terlalu jauh.
Theo mendengus, ia tidak mempedulikan teriakan Lisy dan tetap mengotak-atik laptop yang ada di depannya. Karena kesal tidak di tanggapi oleh Theo, Lisy melemparkan kamus tebal bahasa Belanda miliknya ke arah Theo.
Theo yang mendapat serangan itu menatap tajam ke arah Lisy, jika ia yang terkena lemparan kamus tebal milik Lisy mungkin ia bisa menangkisnya. Tapi, kamus tebal itu malah terjatuh ke atas laptopnya dan menyebabkan laptopnya itu patah menjadi dua.
"Lisy! Kau menyebalkan! Bisakah kau berhati-hati sedikit?! Kenapa kau ceroboh sekali!" Cerca Theo dengan marah. Ia sangat kesal dengan Lisy yang selalu bertindak semaunya.
"Ma--maaf Theo, sungguh tidak sengaja." Jawab Lisy dengan cepat, ia mengacungkan jarinya membentuk huruf V.
Theo membuang muka, ia bangkit dari duduknya serta membawa laptopnya yang sudah rusak. Dia berjalan ke arah meja yang ada di dalam kamar tersebut dan meletakkan laptop itu.
Lalu ia kembali berjalan ke arah walk in closet dan mengambil dua jaket sekaligus, di lemparnya salah satu jaket itu ke arah Lisy yang hanya menonton kegiatan Theo sedari tadi.
"Pakai itu. Kau harus menggantikan laptopku yang kau rusakkan." Ucap Theo sembari berjalan keluar kamar secara bersamaan ia juga memakai jaketnya.
Lisy melongo tapi dengan cepat tersadar, ia berlari menyusul Theo tak lupa membawa jaket yang di lempar Theo tadi. "Theo!" Serunya.
Saat di dalam mobil keduanya hanya diam, tetapi yang sebenarnya terjadi adalah Theo membentak Lisy karena kesal dengan Lisy yang begitu cerewet dan menganggu menurutnya.
Tapi sejujurnya orang yang di bentak tidaklah marah atau merasa tersinggung, malahan terus mencibir Theo dengan diam-diam.
Lisy terus melirik diam-diam ke arah Theo, sedangkan Theo tidak terlalu peduli. "Theo, uang sakuku tidak akan cukup untuk membeli laptopmu! Jadi kita pulang saja, aku yang akan bicara kepada Mama nanti." Bujuk Lisy. Tetapi Theo hanya diam saja.
Dengan kesal Lisy berteriak. "THEO!" Theo mendorong kepala Lisy ke belakang, teriakannya tepat di telinga Theo membuat telinganya berdengung.
Sesampainya di mall Theo langsung menyeret Lisy untuk turun dari mobil. Lisy tentu saja memberontak ingin melepaskan diri, tapi Theo menggenggam tangannya dengan erat dan lama kelamaan membuat Lisy lelah sendiri untuk memberontak.
Saat mereka berdua masuk, banyak pasang mata yang memperhatikan mereka. Bagaimana tidak? Mereka di kawal dengan lima bodyguard sekaligus, tak tanggung-tanggung Prilly bahkan mencari seroang bodyguard yang berwajah menarik alias tampan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pretentious
FanfictionAverlia Prillyns Grace, ketika masih diusianya yang baru meginjak 19 tahun dirinya malah dijebak oleh saudara angkatnya. Serta fakta bahwa kedua orangtuanya juga telah tiada. Prilly kabur layaknya seorang buronan. Ia tidak ingin mati sebelum dendam...