Berita yang sangat mengejutkan untuk seluruh karyawan IOC Company, bahkan mungkin bukan hanya karyawan dari IOC Company saja. Namun semua pengusaha juga tak kalah terkejut. Karena tiba-tiba saja, pimpinan sekaligus pemilik IOC Company ingin melalukan konferensi pers ke publik dalam rangka memperkenalkan dirinya sebagai ahli waris sah dan satu-satunya yang dimiliki IOC Company.
Pukul sembilan pagi, Prilly telah bersiap dengan dress formal satin berwarna putih dengan bagian bawah roknya yang bergelombang dan juga salah satu lengannya. Rambut bagian bawahnya ia buat bergelombang. Dengan makeup simple yang nampak natural.
Dibelakangnya, Dishitha nampak sedikit cemas akan keputusan tiba-tiba sang nona. Yang ia cemaskan dari pengungkapan identitas ini, Prilly akan diincar dengan mudah oleh para musuhnya. Dunia bisnis itu tidak ada bedanya dengan dunia politik. Keduanya sama-sama ingin menjadi yang terbaik diantara yang terbaik, melalukan segala cara agar bisa menduduki puncak nomer satu. Serta tak segan untuk memusnahkan seseorang yang menjadi penghalangnya.
Dishitha hanya takut jika musuh mengetahui hal lainnya tentang Prilly, seperti Prilly yang memiliki seorang anak. Maka sasarannya pasti kedua bocak cilik itu. Tak hanya itu, jika banyak orang yang membenci Prilly, maka bisa dipastikan kehidupan Prilly tidak akan berjalan seperti biasanya. Meskipun dia dulu hidup dengan menyembunyikan identitasnya dan menggunakan identitas orang lain. Tapi kehidupan yang ia jalani tampak normal, seperti seorang single parent's pada umumnya.
"Apakah nona yakin dengan keputusan nona?" Dishitha bertanya sekali lagi, entah berapa kali dia bertanya tentang hal ini kepada Prilly. "Jika nona berubah pikiran, masih ada waktu untuk membatalkan semuanya."
Prilly menghela napas lelah, ia ingin diam saja tidak menjawab pertanyaan Dishitha. Tapi jika mulut wanita itu tidak segera dibungkam, maka sampai akhir pun Dishitha akan menanyakan hal yang sama berulang kali.
"Dishitha kau tidak perlu khawatir. Aku sudah mempersiapkan segalanya dengan matang. Lagipula jika yang kau khawatirkan adalah si kembar, kau tidak perlu khawatir. Mereka berada dibawah perlindungan yang tepat." Prilly berbalik menghadap Dishitha, memengang kedua bahu wanita itu dan sedikit menekannya. "Jadi kau diam saja dan tidak perlu bertanya lagi! Jika tidak, aku akan mengurungmu berdua bersama Lewis!" Ancamnya.
"Tidak mau!" Tolak Dishitha keras. Hal yang paling benci saat ini adalah satu ruangan dengan Lewis! Apalagi jika sampai berduaan dengan pemuda itu! Dishitha tidak mau!
Dishitha masih berada dalam kesalahpahaman itu, bukannya Lewis tidak mau menjelaskan. Hanya saja Dishitha masih ingin mempercayai spekulasinya sendiri. Padahal Lewis sudah menjelaskan kesalapaham yang terjadi dengan mati-matian. Tapi Dishitha malah merespon dengan cuek. Sejujurnya saja Dishitha mulai melupakan kesalapahaman yang ada. Hanya saja, dia marah kepada pria itu karena telah menghilang tanpa mengabarinya!
"Baiklah aku tidak akan bertanya lagi." Final Dishitha. Prilly pun mengangguk puas dan keluar dari ruang tunggu menuju tempat dilakukannya konferensi pers.
Dishitha mengekor dari belakang, tangannya sibuk dengan tablet yang ada ditangannya. Mengatur semua hal agar tidak terjadi kesalahan dan pengacau disana. Tapi tiba-tiba saja gerakannya terhenti saat memikirkan sesuatu yang mengganjal dikepalanya.
"Nona, yang kau maksud 'berada dibawah tangan yang tepat' adalah?" Tanya Dishitha yang sudah memikirkan ini. Dia merasa ini benar, tapi juga tidak benar.
Dengan ragu pun Dishitha menyeruarakan isi kepalanya. "Bukan yang seperti dipikiran saya kan? Benar bukan?!"
Prilly tidak berhenti berjalan, wanita itu hanya menoleh sedikit dan menyunggingkan senyum miring.
Dishitha berhenti berjalan, pikirannya mendakan blank. Ingin menyangkal, tapi itulah kebenarannya. Jadi selama ini dia sia-sia mencari secara diam-diam ayah dari si kembar dong?
KAMU SEDANG MEMBACA
Pretentious
FanfictionAverlia Prillyns Grace, ketika masih diusianya yang baru meginjak 19 tahun dirinya malah dijebak oleh saudara angkatnya. Serta fakta bahwa kedua orangtuanya juga telah tiada. Prilly kabur layaknya seorang buronan. Ia tidak ingin mati sebelum dendam...