Saat sudah berada didalam mobil Prilly menghapus make up tebalnya yang ia buat sebagai penyamaran. Ia membungkus tubuhnya dengan coat yang ia bawa karena baju yang ia pakai ketat.
Prilly meninggalkan kedua anaknya bersama Dishitha karena tes itu masih berlangsung cukup lama. Sebelum itu ia sudah menelpon salah satu supirnya untuk menjemput mereka bertiga.
"Kita akan kemana Nona?" Tanya Lewis sembari fokus mengemudi.
Prilly terlihat berfikir, ia membenarkan kacamata hitam miliknya yang merosot. "Hm, ke COFFECHO."
Lewis segera mengemudikan mobilnya ke tujuan yang telah disebutkan nona-nya.
Beberapa menit kemudian mereka sampai di tempat tujuan. Prilly turun dari mobil, wanita itu melihat sebuah bangunan dengan gaya klasik yang memiliki papan nama besar bertuliskan COFFECHO.
Dengan langkah anggun Prilly masuk ke dalam cafe itu. Sambutan hangat dari pegawai disana menyapa indera pendengaran Prilly. Wanita itu berjalan menaiki tangga, karena dilantai atas adalah tempat VIP atau tempat khusus ataupun juga tempat privat.
Saat sudah mencapai lantai atas. Prilly memilih meja yang berada di pojok yang memiliki sekat pembatas. Prilly bisa melihat pemandangan luar dari jendela besar yang berada tepat disamping mejanya.
Salah satu pelayan menghampirinya dan memberikan buku menu kepada Prilly. Tapi, Prilly menolaknya karena ia tidak tahu harus memesan apa karena ini pertama kalinya ia berada di cafe ini. Prilly pun meminta pelayan perempuan itu untuk membawakannya menu populer yang menjadi andalan cafe mereka.
Selama menunggu pesanan datang, Prilly menopang dagunya sembari melihat atau setidaknya melamun menghadap ke arah jendela besar. Suara alunan musik yang lembut yang diputar disana, mengalun indah ditelinga Prilly.
Tapi tiba-tiba saja ketenangannya terganggu oleh seseorang yang menggebrak mejanya dengan keras. Prilly memejamkan matanya sejenak, selalu ada gangguan apabila ia menginginkan ketenangan.
Saat ingin menolehkan kepalanya. Orang itu menamparnya dengan cukup keras. Hal tersebut menarik perhatian beberapa pelanggan cafe dan sebagian hanya menoleh sekilas lalu tidak peduli.
Prilly mendengus kasar. "Siapa kau berani menamparku?!" Tanya Prilly dengan dingin.
"Huh! Masih bisa bersikap sombong setelah merayu tunanganku!" Ucapnya. Dia adalah Prita, orang yang mengganggu Prilly juga menampar Prilly.
Prilly tertawa, setelah itu merubah raut wajahnya menjadi datar. "Aku tidak mengenal kau! Sebaiknya kau pergi dari sini, sebelum aku membuatmu merangkak dari tempat ini!!" Tekan Prilly mengintimidasi.
Prita yang geram karena sikap arogan Prilly pun mengambil segelas jus yang kebetulan dibawah oleh pelayan yang berdiri tepat dibelakangnya.
Sebelum Prita berniat menumpahkan segelas jus yang ia pegang kepada Prilly. Prilly lebih dulu mengambil segelas jus itu dan menumpahkannya ke tubuh Prita, lalu ia membanting gelas itu ke segala arah.
Bunyi gelas jatuh pun terdengar nyaring. Prita tersentak karena tidak menyangka, wanita yang ia ingin beri pelajaran ini ternyata memiliki perilaku seperti itu.
"Sudah ku katakan bukan?! Tapi tidak apa-apa, aku akan mewujudkan perkataan ku." Ucap Prilly dengan nada yang dibuat-buat sarkastik.
Ia pun menampar pipi Prita bergantian, lalu menendang tulang keringnya dan terakhir lututnya sampai Prita jatuh tersungkur. Prilly pun berjongkok dan mencubit dagu Prita dengan keras. Kukunya yang tajam pun mungkin akan meninggalkan bekas disana.
"See? Gunakanlah trik yang lebih elegan jika kau ingin menjadi lawanku. Jika tidak, maka aku yang akan memusnahkanmu terlebih dahulu."
Prilly berdiri dari jongkoknya lalu mengambil tas miliknya dan memberikan beberapa lembar uang kepada pelayan tadi untuk mengganti rugi dan pesanan yang belum sempat ia makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pretentious
FanficAverlia Prillyns Grace, ketika masih diusianya yang baru meginjak 19 tahun dirinya malah dijebak oleh saudara angkatnya. Serta fakta bahwa kedua orangtuanya juga telah tiada. Prilly kabur layaknya seorang buronan. Ia tidak ingin mati sebelum dendam...