Malam ini Prilly di undang ke acara salah satu rekan bisnisnya. Setelah segala urusannya tadi di kantor sudah di selesaikannya, ia segera menuju rumah dan mengganti pakaian formalnya menjadi dress non formal walaupun masih ada sedikit unsur keformalannya.
Sedangkan kedua anak itu tidak terlalu lama berada di pusat perbelanjaan. Mereka pulang saat langit berubah warna menjadi jingga, mereka tidak ingin saat Mamanya pulang ke rumah tapi mereka tidak ada di rumah, bisa-bisa hal itu akan berdampak kepada uang saku mereka dan mereka tidak mau hal itu terjadi.
Saat akan berangkat Prilly kembali memberikan wejangan kepada keduanya anaknya, karena anaknya walaupun terlihat patuh dan menurut tapi sebenarnya suka sekali memberontak dengan cara halus. Dan Prilly tidak berdaya akan hal itu.
"Theo jaga kakakmu dengan baik-baik, sepertinya Mama akan pulang larut malam sekali. Walaupun Lisy lebih tua dan kamu lebih muda 10 menit dari Lisy, tapi kamu bisa lebih di andalkan daripada Lisy." Jelas Prilly.
Theo menganggukkan kepalanya menanggapi ucapan Mamanya, sedangkan Lisy mengerutkan wajahnya cemberut. Lisy adalah yang paling tua dan dia adalah seorang kakak, seharusnya Mamanya mempercayakan semua itu kepadanya bukan kepada Theo yang bernotabe sebagai adik. Lisy merasa dirugikan.
"Jangan tidur terlalu malam. Terutama kamu Theo! Awas aja kalau Mama sampai tau!" Lanjut Prilly dan memberikan penekanan di akhir kalimat.
Setelah itu Prilly segera pamit pergi, saat sosok Prilly telah hilang di balik pintu Lisy menatap Theo tidak bersahabat, sedangkan Theo hanya menatapnya malas.
"Apa? Tidur sana."
"Huh!"
~•o•~
Saat sudah sampai di tempat acara, Prilly segera turun dari mobilnya di bantu seorang bodyguard karena ia kesusahan dengan dress yang ia kenakan.
Prilly dengan anggun berjalan memasuki aula tempat yang di selenggarakan, tempat ini bernama Stately home sekelas dengan kastil-kastil mewah bergaya Eropa Klasik. Cukup untuk membuat mata para tamu yang hadir di manjakan akan keindahan interiornya.
Tak terkecuali Prilly, interiornya sangat mewah dan unik membuat Prilly yang melihatnya berdecak kagum di dalam hati. Walaupun hanya wajah datar yang ditunjukkannya, tapi kedua matanya yang berbinar itu tidak bisa membohongi orang yang melihatnya.
Prilly berjalan lebih dalam lagi, banyak pasang mata yang memperhatikannya terlebih kaum adam. Dengan tubuh mungilnya dan paras cantiknya, Prilly mampu membuat orang-orang tertarik akan wajah cantiknya yang terkesan polos.
Sesampainya di samping podium, Prilly menyapa pasangan yang mengadakan acara ini. "Jessy!" Panggil Prilly.
Pemilik nama yang di panggil Prilly melebarkan kedua bola matanya. Dengan hati-hati ia menuruni podium. "Astaga! Ini beneran Prilly kan?! Apa aku hanya bermimpi." Seru wanita itu dengan menahan pekikan suaranya.
"Apa kabar Jessy?" Prilly tersenyum kecil melihat respon seseorang yang sudah lama tidak ia temui.
"Tentu saja aku baik-baik saja! Apa kau lupa siapa diriku?" Jawabnya dengan nada sombong, tapi Prilly tidak mempermasalahkan itu karena ia tahu Jessy hanya bercanda.
"Seorang model yang tersesat dan tidak tahu arah jalan pulang."
Jessy mengerucutkan bibirnya dengan kesal ia mencubit kecil punggung tangan Prilly. "Kenapa kau masih mengingatnya? Sudahlah lupakan saja itu. Itu sungguh memalukan." Kesalnya, Prilly menanggapinya hanya dengan tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pretentious
FanfictionAverlia Prillyns Grace, ketika masih diusianya yang baru meginjak 19 tahun dirinya malah dijebak oleh saudara angkatnya. Serta fakta bahwa kedua orangtuanya juga telah tiada. Prilly kabur layaknya seorang buronan. Ia tidak ingin mati sebelum dendam...