31

1.5K 141 9
                                    

Ali sudah menghubungi ponsel Prilly berkali-kali, tapi tidak ada satupun panggilannya yang diangkat oleh Prilly. Ali memang sedari tadi sibuk, bahkan ia baru mengetahui dari sekretarisnya bahwa konferensi pers yang diadakan oleh Prilly telah berakhir sejak tadi.

Ali berfikir bahwa Prilly saat ini sudah berada ditempat yang sama bersama dengan anak kembarnya. Namun nyatanya sesampainya di sana, Ali tidak menemukan Prilly dimanapun. Bahkan supir pribadinya pun tidak ada dan tidak bisa dihubungi.

Saking frustasinya, Ali menyuruh tangan kanannya yang lain untuk melacak posisi Prilly. Walaupun sedikit sulit, Ali menemukan posisi Prilly. Laki-laki itupun dengan khawatir menyusul Prilly, tak lupa dengan anak buahnya yang mengikuti dari belakang.

Sesampainya di lokasi, Ali melihat Prilly yang sedang terkepung dengan segera menembak orang-orang yang membelakangi dirinya. Jalannya yang sepi itu pun berubah menjadi medan perang. Banyak mayat dan genangan darah yang menghiasi jalanan itu.

Mendengar tembakan beruntun itu, Prilly melihat bahwa Ali tengah berusaha menghampiri dirinya ditengah-tengah orang yang sedang baku tembak ataupun baku hantam.

Prilly menekan lengannya yang mengeluarkan darah dan sedikit bersandar pada atap mobil yang terguling miring. Tadi, sebelum orang-orang Lewis datang, sebuah truk besar dari arah depan melaju dengan kecepatan tinggi menuju mobil yang ia tumpangi.

Tidak ada pilihan lain selain supirnya membanting stir, walaupun itu membuat mobilnya harus terguling miring, tak masalah asalkan tidak sampai menghabisi nyawanya. Sedangkan keadaan sang supir kini pun tampak lebih parah darinya. Selain mendapatkan luka dari tergulingnya mobil itu, supirnya itu juga mendapat dua luka tembak yang bersarang ditangan kirinya dan juga bahunya.

Prilly hanya bisa bergantung pada bantuan Lewis, karena senapannya kehabisan amunisi dan tidak ada stok lagi. Prilly bisa saja melawan musuhnya dengan tangan kosong, hanya saja dia tidak bisa bertindak gegabah ketika pihak musuh bersenjata lengkap. Prilly hanya menghabisi musuhnya ketika satu diantara mereka mendekat.

Ali hampir mencapai Prilly. Anak buahnya yang banyak itu segera tanggap dan menjadikan dirinya sebagai perisai untuk melindungi Ali. Hampir mencapai Prilly, sebuah tembakan dilepaskan ke arah Ali. Laki-laki itu segera melompat menghindar, walaupun kaki kanannya tergores peluru.

"Dasar bodoh! Kenapa kau gegabah sekali!" Maki Prilly, dia sangat khawatir. Bagaimana jika tadi peluru itu bersarang di bagian tubuh Ali yang lain? Bagaimana jika pria itu mati?

Tak mempedulikan ocehan Prilly, Ali bersikap siaga. Dia menembaki semua orang-orang itu tanpa ampun. Dengan tangan yang bergerak cepat dan lihai, tembakan Ali tak meleset sedikitpun. Dirasa semuanya sudah cukup kondusif, Ali mengajak Prilly untuk keluar dari persembunyiannya.

Supir pribadi Prilly telah diangkut oleh anak buah Ali yang lain dan beberapa yang terluka segera dilarikan ke rumah sakit. Walaupun banyak korban, tapi Ali bersyukur bahwa Prilly baik-baik saya, meskipun ada luka pada lengannya. Ali menyuruh Danny untuk segera membereskan kekacauan ini, begitupula dengan Lewis yang datang dengan sangat terlambat.

"Ayo, kita kembali." Ajak Ali kepada Prilly. Lengannya telah diobati dan diperban. Tapi sebelum itu Ali juga akan membawa Prilly ke rumah sakit, untuk pemeriksaan lebih lanjut, hanya untuk berjaga-jaga saja.

Setelah dari rumah sakit. Ali segera menuju villa setibanya di disana, keduanya disambut dengan Lisy dan Theo. Kedua anak kembar itu menghampiri Prilly dengan wajah khawatir.

"Mam, mama kenapa? Bagaimana bisa terluka?" Tanya Lisy ketika melihat kemeja yang dikenakan Prilly terdapat bercak darah. "Papa juga? Kenapa kalian berdua terluka?!" Walaupun saat pertama kali terasa canggung saat memanggil Ali dengan sebutan 'papa' tapi ia dan Theo mulai membiasakan diri.

PretentiousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang