Bincang malam

0 0 0
                                    

Sejujurnya Mr. Robert merasa pegal karena harus berdiri lama-lama sambil meladeni para konglomerat ini. Mereka lebih memilih untuk bercengkrama dengannya daripada menyelesaikan makan malam mereka.

Orang-orang ini memang mempunyai otot yang kuat, mereka sanggup untuk berdiri berjam-jam hanya untuk sekedar beromong kosong. Tak lupa dengan tangan mereka yang terus saja memegangi segelas wine yang tak kunjung mereka cicipi. Mereka jadi terlihat seperti model potret untuk produk iklan gelas kaca.

Krisan menolak untuk mendampinginya di acara pesta penyambutan. Dia mungkin sudah terlalu lelah mengurusi ini itu sendirian. Mr. Robert bukannya tidak sanggup memperkerjakan banyak orang, dia hanya tidak bisa memercayai sembarangan orang. Tapi karena hal itu Krisan harus menerima lebih banyak beban pekerjaan.

Terkadang Mr. Robert merasa bersalah karena terlalu sering mengabaikan keluhan wanita itu. Meskipun begitu, Krisan tidak pernah sekalipun mengajukan untuk mengundurkan diri. Mungkin dia merasa kasihan dengan Mr. Robert yang dirasa sudah terlalu tua, padahal tahun ini umurnya baru menginjak angka lima puluh tiga.

Keriput di wajah Mr. Robert memang lebih banyak daripada pria seumurannya. Dia tidak punya waktu untuk melakukan perawatan kulit. Pun Mr. Robert tidak berniat untuk terlihat awet muda. Menjadi tua tidak akan terasa buruk jika dia tidak hanya duduk-duduk dalam diam sambil menunggu kematian yang sudah pasti.

Banyak hal telah terjadi di hidupnya. Perjuangan Mr. Robert untuk sampai di titik ini tidaklah mudah. Ibaratnya dia sedang melakukan perjalanan jauh yang berliku, lalu berkali-kali harus menuruni lembah yang sangat curam dan tenggelam ke dasar laut sebelum akhirnya bisa sampai di puncak.

Jumlah kegagalan yang dialaminya jauh lebih banyak dibandingkan dengan keberhasilannya ini. Dia bahkan gagal mempertahankan rumah tangganya sendiri, dan karena itu hanya Krisan satu-satunya orang yang dia punya.

Mr. Robert menganggap Krisan seperti anaknya sendiri, sementara anak kandungnya telah melupakannya begitu saja, seakan-akan dirinya sudah tak ada lagi di dunia.

Beberapa bulan lalu Mr. Robert memberikan paket yang berisi surat dan selembar tiket untuk penerbangan Sky Cruiser pada Yurika–anak perempuannya, tapi mantan istrinya memaksa Yurika untuk menolak semua itu.

Pria botak ini tahu betul akan kesalahan yang pernah dibuatnya. Mantan istrinya pergi karena dia terlalu sibuk dengan ambisinya terhadap teknologi. Ambisi itu barangkali memang diturunkan dari ayahnya yang seorang ahli mekanik.

“Kemewahan kendaraan ini mungkin biasa-biasa saja, tapi pemandangan dari dinding kaca ini membuat Sky Cruiser menjadi sangat istimewa.” Seorang pria berkomentar di hadapan Mr. Robert. Namanya Lusso. Pria berumur tiga puluhan ini memang dikenal sebagai pemilik perusahaan properti mewah. Barangkali diam-diam dia tidak terima karena Mr. Robert tidak membeli perlengkapan mewah Sky Cruiser dari perusahaan miliknya.

Kualitas barang perusahaan Lusso sebetulnya sama sekali tidak memenuhi ekspektasi Mr. Robert. Tapi Lusso memberikan harga yang sangat mahal untuk semua barang yang dijualnya. Dia mungkin terlalu meremehkan pria tua seperti Mr. Robert dan menilai bahwa Mr. Robert sama sekali tak tahu apa-apa soal mebel.

“Aku suka lampu gantung itu.” Puji seorang wanita di samping Lusso.

Mereka benar-benar tampak serasi sebagai pasangan konglomerat. Mr. Robert tidak pernah melihat seorang pun di kota yang sanggup memakai setelan amat mahal yang dikenakan kedua orang ini.

“Sayang sekali Mr. Robert terlalu baik untuk mengundang orang-orang dari kasta rendah itu.” ujar Fense, seorang pria terkemuka dari distrik 2. Keluarganya adalah pejabat. Ayahnya merupakan seorang anggota legislatif yang terkenal karena kampanye politiknya yang terlalu mencolok.

Sky Cruiser : After ApocalypseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang