Juyeon membuka pintu kamar, dia menemukan sesosok pria yang tengah membereskan ruang makan. Minho, sodara kembarnya itu sepertinya sedang membuat sarapan.
Tadinya Juyeon akan marah ketika Minho dengan lancangnya memakai rumahnya saat ini, belum lagi keadaan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan-dapur terlihat berantakan, piring belum dicuci, dan kursi meja makan di letakan di sembarang tempat. Itu membuat Juyeon sendiri kesal, dia tidak suka seseorang merubah apa yang telah ia buat. Termasuk tindakan yang dibuat Minho sekarang.
"Kapan lo balik, sih?" tanya Juyeon ketus.
"Lo ngusir gue ceritanya?" Minho yang sedang menguyup kopi langsung menatap Juyeon jengkel.
"Iya, kenapa? Lo gak suka?"
Minho yang mendengar jawaban Juyeon itu menghela nafas, "tenang kok, gue juga gaakan lama-lama disini. Gue cuman mau mastiin lo baik-baik aja."
"Minho...gue bisa jaga diri, kok. Gausah khawatir. Gue tau perusahaan lo lebih penting daripada ngurus semua kebutuhan gue disini." Sindir Juyeon yang sukses membuat Minho sedikit sedih saat mendengarnya. Juyeon hanya mengatakan itu kalau memang sedang kesal. Dan ternyata ini juga berlaku pada sodaranya sendiri, Minho.
"Gue bicara sama psikiater kemarin, dia bilang bakal bantuin lo." Kata Minho di tengah topik mereka.
"Gue gak sakit, Minho. Lo tau itu'kan?" Juyeon mengeram, dia tak terima apa yang akan dilakukan Minho padanya.
"Lo jelas sakit, Juyeon." Namun jawaban Minho yang demikian, membuat Juyeon semakin kesal.
"Lo selalu menganggap ini adalah penyakit, Minho." Kata Juyeon dengan tatapan menajam.
"Kalau ini bukan penyakit, lo gaakan hampir mati seperti waktu itu." desis Minho dengan tatapan nyalang.
Dan yang dilakukan Juyeon...hanyalah diam.
ii
Juyeon malam itu mabuk berat, dia berpesta dengan teman-teman, rekan kerjanya sebagai bentuk 'pendinginan' pekerjaan yang akan mereka mulai. Tim Juyeon selalu melakukan ini jika akan menyelesaikan sebuah kasus baru, mungkin bisa dibilang seperti pembukaan untuk sebuah pertunjukan yang akan terjadi.
Usai menjauhi bar dan turun dari taxi, Juyeon membayar dengan lagat aneh-khas orang mabuk yang kentara. Jalannya gontai, pandangannya kabur, Juyeon seperti orang ling-lung dan tidak tahu arah pulang. Dia buta arah dan malah nyaris muntah di perjalannya, taxi barusan yang ia naiki nampaknya juga sudah tidak bersedia kembali menampungnya untuk masuk, dia mungkin agak risih dengan penampilan Juyeon yang kacau sekarang. Yah mungkin benar, Juyeon memang harus berjalan sendiri ke rumah.
Di saat yang sama, Yura tiba-tiba keluar dari rumahnya. Wanita itu sedang membuang sampah.
Loh bukannya itu, Juyeon?
KAMU SEDANG MEMBACA
2 Mask ┊ Lee Juyeon✔
FanfictionLee Juyeon memiliki dua topeng, dia bisa berkamuflase sebagai pria yang baik dan sebagai pembunuh yang gila. 𝒀𝒂𝒏𝒈 𝒎𝒂𝒏𝒂 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒌𝒂𝒖 𝒔𝒖𝒌𝒂? ©Jstminegrint