Bagian 8

35 3 0
                                    

Assalamualaikum wr.wb


Koridor rumah sakit lumayan sepi pada malam hari, dharma dan farel tidak pulang sedari tadi siang menunggu keadaan salma. Keadaan salma memang sudah mendingan namun kedua pria ini tidak mau pulang sebelum keluarga salma datang.

"Pulang aja, kak salwa udah gue telfon kok." Pinta salma.

"Gue bisa disini jagain lo selama kak salwa belum dateng." Ucap farel.

Salma beralih memandang dharma yang sedari tadi diam. "Kak lo gak pulang?"

Dharma menoleh dan tidak ada Jawaban apapun menandakan tidak. Salma hanya mengangguk mengerti, ia mengambil buah apel hendak memotongnya namun tangan darma dengan cepat mengambil pisau dan apelnya, lalu memberikan sepotong apel pada salma.

"Kak gue udah sembuh, lo kalo mau pulang aja." Ujar salma sembari memakan apelnya.

Sedangkan darma hanya diam. Memang susah bicara dengan manusia es, farel pun meminta darma untuk ikut sebentar keluar bersamanya. "Gue keluar dulu sama kak darma nanti balik lagi." Farel berpamitan pada salma. Salma pun menganggukkan kepalanya.

"Ada apa?" Tanya darma to the point saat mereka berdua tengah berada di kantin rumah sakit.

"Ada yang mau gue tanyain." Ucap farel.

Darma mengisyaratkan farel agar segera bertanya. Farel menghembuskan nafasnya pelan lalu melihat ke arah darma kembali. "Gue lihat kayaknya lo suka ya sama salma."

Darma mengerinyitkan dahinya, mengapa farel menanyakan hal ini. Mungkinkah farel suka pada salma?

"Emang kenapa kalo gue suka?"

"Gapapa gue cuma tanya doang. Jangan sakitin salma kalo lo emang suka sama dia." Farel lalu meninggalkan darma sendirian.

Tak bisa dibohongi lagi, darma memang menyukai salma. Ia suka dengan kepribadian salma yang terkesan pemberani dan manis. Darma tak bisa memungkiri bahwa salma mampu membuatnya merasakan jatuh cinta yang sebenarnya.

Tapi lagi lagi ia harus menghempaskan perasaannya karena mereka berbeda. "Gue suka sama lo sal tapi gue gatau perasaan lo sama gue nantinya gimana." Darma mengambil sebuah kitab lalu membacanya sembari menunggu waktu adzan isya tiba.

Di lorong rumah sakit, tiga orang tengah berjalan menuju ruang opname salma. Di dalam kamar salma tengah membaca novel, ia melihat orangtuanya serta kakanya datang.

"Bunda ayah." Salma merentangkan tangannya.

"YaAllah salma kenapa kamu kok bisa gini?" Tanya ayah salma.

"Gapapa yah cuma kecelakaan tadi."

Salwa ikut duduk disamping salma dan menaruh bingkisan di meja. Salma melihat bingkisan tersebut dan membukanya, "Cepat sembuh sal."

Salwa tersenyum. "Dari temen kakak."

"Siapa?"

"Sinta." Ucap salwa.

"Kok dia tau aku dirawat."

"Iya kakak tadi beli buah buat kamu katanya sinta titip."

Bunda salma lalu duduk disamping salma sembari memegangi dahi salma yang dilapisi perban. "Udah ga sakit lagi ama?"

"Udah gapapa bunda. Salma kangen banget." Salma memeluk bundanya erat, sang ayah dan salwa pun ikut berpelukan layaknya teletubis.

Tok tok..
Mereka berempat menoleh kearah pintu yang terbuka, farel dan darma datang. "Asaalamualaikum" ucap farel.

"Waalaikumsalam." Mereka kompak menoleh ke sumber suara, darma mengambil tasnya dan juga berpamitan pada orang tua salma.

"Om tante saya pulamg dulu ya." Salam darma lalu menuju kearah ranjang salma.

"Baik baik, gue pulang dulu." Setelahnya salma mengangguk mantap dan melihat darma yang perlahan membuka pintu.

"Kak." Salma memanggil darma dan si empunya menoleh.

"Take care." Ucapnya sembari menunduk, darma hanya tersenyum simpul lalu melanjutkan langkahnya keluar. Darma memegang dadanya yang tiba tiba berdegup kencang, ada apa dengannya kini? Setiap kata yang keluar dari mulut salma, senyumannya, tingkah bar barnya membuat darma menjadi kegirangan sendiri.

"Astaga salma gue bener bener suka sama lo." Darma menahan senyumnya dan melangkah pergi.

"Cie, suka ya sama darma." Ejek bunda salma, salma sendiri hanya tersenyum kikuk mendengarnya. Ia juga tidak tahu kenapa perasaanya berbeda jika berada di dekat darma.

Farel yang menyaksikan kejadian itu hanya tersenyum tipis, tak tahu apa yang harus dilakukaknnya sekarang. "Om tante saya juga pulang dulu."

Bunda dan ayah salma menoleh kearah farel. "Buru buru amat, disini aja temenin salma." Ucap ayahnya.

"Engga deh om kan disini juga ada om, tante sama kak salwa. Jadi saya pulang dulu."

"Makasih ya nak udah jagain salma." Ucap bundanya.

"Iya tante, assalamualaikum." Farel lalu melirik salma sebentar dan membuka pintu. Salma yang heran dengan sikap farel lalu memanggilnya "Rel, lo ga pamit sama gue?"

Farel menoleh sebentar lalu memaksakan tersenyum untuk salma. "Pulang ya."

"Oke hati hati." Salma melambaikan tangannya pada farel dan dibalas anggukan pelan olehnya.

"Dek, farel kok mukanya masam gitu kenapa?" Salwa tiba tiba bertanya pada salma, salma sendiri tidak tahu mengapa sikap farel tiba tiba berubah saat kembali bersama darma tadi.

"Mungkin farel capek kali." Ucapnya lalu membaringkan badannya kembali.

Ting..
Dering ponsel salwa membuyarkan lamunannya, ia melihat ponselnya yang hidup dengan nama "Lv" dilayarnya. Salwa bingung harus menjawab atau tidak, ia memilih  mematikannya dan memasukkan kedalam sakunya kembali.

"Loh kok gak diangkat?" Tanya ayahnya yang masih fokus dengan koran didepannya. Bunda salma pun mengisyaratkan agar salwa mengangkat saja karena sudah berkali kali membuat ruangan ini berisik.

"Baiklah, aku angkat dulu." Salwa membawa ponselnya keluar. Ia bersuara lirih agar tidak ada orang yang mendengar "Waalaikumsalam." Ucapnya.

"Aku ingin cepat mengkhitbahmu sal."

"Hei aku kan sudah bilang biarkan aku mencoba meyakinkan semuanya jangan terburu buru."

"Percuma saja karena jika tidak segera aku takut akan zina pikiran jika harus selalu mengingatmu."

Salwa tersenyum tipis mendengar suara diseberang.

"Kamu sabar dulu aku pasti segera memberi tahunya agar kita secepatnya menikah."

"Baiklah jika itu pilihanmu aku menurut saja, aku tutup ya assalamualaikum."

"Waalaikumsalam." Salwa menutup teleponnya menghembuskan napasnya kasar berusaha menetralkan detak jantungnya setiap mendengar suara seseorang yang bertahun tahun ia cintai dan kini mereka akan segera menikah.

Salwa membuka kembali pintu kamar inap salma dan melihat sang adik yang tertidur pulas. Salwa menuju sofa dan membaringkan tubuhnya di samping bundanya, "bun dia tadi telfon salwa lagi, katanya mau cepet khitbah."

Bunda salwa menatap anaknya dengan penuh harapan. "Bunda bakalan seneng kalo kamu segera menikah dengannya, tapi tunggu dulu ya kita harus sabar dulu."

Salwa menganggukkan kepalanya dan membaringkan kembali tubuhnya. Salma diam diam membuka matanya perlahan dan tidak sengaja mendengar obrolan bundanya dan kakanya seputar kakanya yang akan menikah. "Kenapa kak salwa gak cerita sama gue kalo mau nikah."  Batin salma membuat jiwa intelnya hidup kembali, ia tipe manusia yang tidak suka dengan rahasia apalagi tentang orang terdekatnya. Ia akan mencari tahu sampai rahasia ini benar benar terbuka.

Hai, maaf ya ga update selama gatau kurang lebih berapa lama😭 Ga ada ide dan belum mood waktu itu wkwkw

Wassalamualaikum wr.wrb

BERBEDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang