Bagian 9

31 3 0
                                    

Assalamualaikum wr.wb


"Ish lo curang sih." Salma mengambil kartu uno didepan darma. Darma hanya meringis melihat salma yang cemberut karena kalah dalam permainannya.

"Jangan gampang nyerah kali." Darma memberikan lagi kartu uno nya dan hanya dilirik oleh salma.

"Ga main deh capek." Salma menyenderkan punggungnya di kursi panjang. Ia melihat sekeliling cafe yang mulai ramai pengunjung, dari kejauhan ia melihat sosok laki laki yang tidak asing baginya. Salma melihat laki laki itu berjalan Kearahnya.

"Salma kan?" Sapa laki laki bertubuh jangkung itu. Salma mengangguk dan berdiri menelisik lebih jauh wajah laki laki ini. Darma yang melihatnya sedikit tidak suka. "Lo kak dion kan?" Tanya salma dan dibalas anggukan olehnya.

"Wah gimana kabarnya Kak?" Salma nampak antusias dengan kehadiran pria ini membuat darma sedikit terlupakan kehadirannya.

"Alhamdulillah sal baik kok, lo sendiri gimana pasti baik kan?"

"Alhamdulillah kak."

"Ini?" Dion menunjuk darma yang duduk didepan salma. Darma yang merasa ditunjuk segera berdiri dan memperkenalkan dirinya. "Darma kak temennya salma."

Dion hanya ber oh ria saja. "Gue kira calon suami lo." Dion terkekeh membuat salma dan darma saling pandang tidak jelas.

"Eh iya katanya kakak lo mau nikah ya?" Tanya dion yang duduk disamping salma. Darma berdehem dengan keras membuat dion menoleh. "Duduk disini aja kak gue mau ke toilet sebentar."

"Oke makasih." Dion lalu duduk ditempat darma. Salma melihat darma yang sudah berjalan menuju toilet, nampaknya suasana ini yang membuat darma pergi.

"Lah gue kira nikahnya sama lo?" Salma tertawa melihat ekspresi memelas dion. Ya, dia dion adalah orang yang menyukai kakaknya dari bangku sekolah dasar, dia adalah teman sekaligus sudah dianggap sebagai kakak oleh salma.

"Ah enggak, mungkin bukan jodohnya."

"Gue aja belum tau kak salwa mau nikah sama siapa?"

"Yang bener aja lo, katanya sih mau nikah sama temen masa kecilnya tapi gatau siapa."

Salma yang semula tertawa seketika terdiam karena ucapan dion. Teman masa kecil katanya, siapa? Apa mungkin hisyam? Tidak mungkin hisyam.

"Oh gitu ya nanti gue cari tau dulu." Jawab salma. Dion pun menganggukan kepalanya dan berpamitan pada salma. Setelah kurang lebih 10 menit akhirnya darma kembali.

"Lama amat." Eluh salma.

Darma hanya melirik sekilas lalu duduk kembali di bangkunya. "Takut ganggu lo sama cowo tadi."

"Apa an orang dia temen kaka gue kok." Jawab salma santai.

"Temen tapi demen siapa tau."

Salma tertawa melihat ekspresi darma yang datar. "Lo cemburu?"

"Kalo iya emang boleh?" Darma menaikkan alisnya menatap salma. Salma dibuat memerah pipinya oleh darma. "Y-ya apaan sih gak jelas." Salma membuang mukanya kearah jendela agar darma tidak melihat pipinya yang memerah bak kepiting rebus.

"Pulang yuk udah sore." Ajak darma. Salma pun menurut dan segera keluar dari cafe. Sementara menunggu darma mengambil motornya, Salma memilih duduk dibangku depan samping pintu cafe. Ia melihat banyak pasang muda mudi masuk ke cafe, pandangannya seketika terhenti Karena melihat orang yang sama sekali tidak asing baginya.

Darma yang melihat salma keluar dari arah cafe lantas mempercepat motonrnya untuk mengikuti salma. Ia melihat salma yang menemui seorang laki laki. Tubuh darma seketika membeku melihat salma yang menangis didepan laki laki itu, sedangkan laki laki tadi hanya menangkupkan tangannya lalu pergi.

BERBEDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang