Bagian 11

31 3 0
                                    

Assalamualaikum wr.wb

"Kak salwa besok akad, jangan lupa dateng buat temenin gue ya."

"Iya tenang aja sal."

"Oke gue tutup dulu ya telfonnya mau nyiapin baju."

"Oke selamat malam." Darma menutup telponnya dan menghampiri sang ibu yang sudah datang jauh jauh dari Bali untuk menemuinya. Darma mengambilkan air minum untuk ibunya.

"Telfon sama siapa hayo?" Goda ibunya. Darma tersenyum tipis lalu menunjukan foto salma di ponselnya kehadapan ibu.

"Cantik sekali." Ucapnya.

"Bu maaf kalo darma udah mulai suka dan sayang sama salma, walaupun darma tau ini berat kalo darma teruskan." Ucapnya sambil menunduk, takut ibunya akan kecewa akan keputusannya. Sang ibu duduk mendekat disamping darma dan menepuk pundak pelan.

"Nak semua keputusan sudah ada di tangan kamu. Kamu sudah dewasa dan berhak menentukan apa yang terbaik buat kamu. Keyakinan memang terasa berat apalagi ini soal cinta, bijaklah memilih apa yang bisa membuat kamu nyaman dan tenang."

Darma tersentuh Dengan ucapan sang ibu, bagaimana pun juga kalau cinta dan keyakinan memang sulit jika harus disandingkan saat itu juga.

"Darma akan siap dengan segala konsekuensi nya bu. Kalo gitu darma tidu dulu besok mau ke kondangan kakaknya Salma."

"Oh iya nak jangan lupa kalo dandan yang ganteng."

Darma tersenyum malu dan berlari kecil kearah kamarnya. Ia menggantung baju yang Salma pilih dan itu couple dengan Salma. Ia melihat ponselnya yang ramai karena grup WhatsApp dari teman teman darma.

Vino: darma lo udah sampai mana nih deketin Salma?

Ivan: buset udah hampir jadian kayaknya Mereka berdua

Vino: bener nih gimana dar lo ga mau cerita gitu ke kita?

Darma hanya membacanya tanpa niat untuk membalas, kini hari harinya lebih berarti semenjak salma hadir di hidupnya. Darma mengambil ponselnya untuk menghubungi steffi jika besok ia tidak bisa mendampingi mahasiswa yang akan masuk kedalam organisasi BEM diakrenakan ia akan menghadiri pernikahan kakak salma. Dan darma telah mendapat izin dari rektor.

lebih mentingin hal yang ga penting sih dar? Besok itu lo harus Dateng karena lo ketuanya." Steffi berucap keras saat darma tengah menelponnya.

"Maaf, gue udah izin sama rektor dan dibolehkan. Lo wakil gue kan? Jadi besok tolong lo yang handle semua."

Steffi mematikan teleponya sepihak, ia merasa sangat marah pada darma yang lebih mementingkan salma daripada urusan organsiasi. "Gue ga akan biarin salma bakal terus sama darma."

**********

Keesokan harinya darma sudah siap dengan setelan kemeja yang senada dengan salma. Ia menuju ruang tamu untuk berpamitan pada sang ibu. "Bu, darma berangkat dulu."
Ibu darma tersenyum dan memberikan tangannya untuk dikecup darma.

"Hati hati ya."

Darma menganggukkan kepalanya dan menuju depan rumah untuk menyalakan motornya, setelah lebih dari 20 menit akhirnya darma sampai di gedung tempat resepsi kak salwa. Darma memakirkan motornya dan berjalan pelan menuju ballroom hotel, ia mencoba menghubungi salma namun tidak ada jawaban. Darma melihat sosok wanita tengah duduk dikursi taman dengan tatapan sendu.

"Tiwi?" Darma melihat wajah perempuan ini dengan tatapan yang terkejut. Perempuan ini mendongak lalu memeluk darma dengan cepat.

"Kamu kemana dar? Kenapa selama ini hilang dari aku." Darma mencoba melepaskan pelukan Tiwi namun ia malah memeluknya erat.

"Maaf aku ga bermaksud menghilang, tapi kamu tau sendiri kan kita dulu masih kecil jadi aku ga ada perasaan apa apa selain sebagai sahabat."

Perempuan ini perlahan melepaskan pelukannya dan menyeka Air matanya. "Maaf kalo aku gabisa nerima kenyataan ini."

"Kamu kenapa disini?" Tanya darma mengalihkan percakapan.

"Nyari kamu dan aku menginap disini, aku rindu kita yang selalu pergi ke pura bersama, rindu saat hari raya nyepi kamu ajak aku nonton festival." Tiwi menundukkan kepalanya dan menatap kebawah.

Darma berubah menjadi sedikit tersentuh dengan ucapan tiwi yang seakan kenangan mereka memang sangat sulit dilupakan.

"Maaf ya wi kalo kamu masih menyimpan rasa sama aku, jujur kamu udah aku anggap sebagai adik ga lebih." Ucap darma sembari terus melihat tiwi yang menunduk.

"Mungkin memang aku harus melupakan kamu, maaf ya kalo kamu ga nyaman." Tiwi lalu melepaskan genggaman tangannya dan pergi dari tempat itu meninggalkan darma yang masih termenung.

"Astaga gue lupa, nanti kalo ga cepet cepet bisa dimarahin salma." Ia berlari kecil menuju lobi hotel dan brukk..

"Kak darma kemana aja sih? Udah ditungguin dari tadi juga." Salma menarik lengan darma Agar sejajar dengan dia dan masuk menuju ballroom tempat pernikahan kakaknya.

"Tadinya mau Nelfon kamu tapi takut ganggu."

"Enggak kok tadi juga salma nungguin kakak." Salma terus memandangi darma yang terlihat sangat tampan memakai setelan kemeja yang senanda dengan kebaya miliknya. Mereka seperti sepasang kekasih.

"Kamu ngapain ngeliat aku kaya gitu?" Tanya darma.

"Ganteng."

Darma menyunggingkan senyumnya menatap salma yang baru saja sadar dengan apa yang ia katakan. "Eh engga maksutnya cocok pake itu."

"Gapapa kali sal kamu juga cantik."

"Iya lah gue gitu loh." Salma dan darma pun tertawa hingga tak sadar ayah dan bunda salma mendatangi mereka menyuruh mereka agar cepat masuk ke ballroom hotel. Sesampainya di sana, salwa dan Hisyam telah duduk didepan penghulu dan salma menggandeng lengan salwa dengan senyum yang manis, darma yakin salma perlahan telah mengihlaskan semuanya.

Kini tiba saatnya untuk berfoto dengan memepelai, salma mencari keberadaan darma yang tengah ikut mengobrol bersama rekan kerja ayahnya. Salma perlahan tersenyum melihat darma yang tampak sudah akrab dengan sang ayah, ia harap darma mampu menjadi pelabuhan hatinya.

"Permisi, kak darma mau saya ajak foto dulu." Salma pun meminta izin pada ayah dan rekan kerjanya.

"Ganteng ya pak calon mantunya." Ucap salah satu pria yang berkumis itu. Ayah salma tersenyum dan menepuk pelan pundak darma.

"Doakan saja pak."

Keduanya saling pandang sebelum salwa memanggil mereka untuk segera berfoto. Salma sedikit ragu untuk berhadapan dengan Hisyam, hati salma terasa nyeri namun ia harus tetap tersenyum karena ini hari bahagia kakaknya.

"Selamat ya kak, maafin gue udah jadi adik yang nyebelin buat Lo. Jagain kakak gue juga." Salma memeluk salwa erat sambil menangis, darma dan Hisyam turut tersenyum bahagia melihat keduanya yang sudah terlihat baik baik saja.

"Kalian cepet nyusul ya." Ucap salwa tiba tiba, membuat darma dan salma saling pandang karena malu.

"Salma kan masih kuliah kak."

"Ya gapapa sal nikah sambil kuliah." Ucap Hisyam membuat darma menggaruk lehernya yang tak gatal.

"Iya kak doain aja." Jawab darma dengan raut wajah yang sulit dijelaskan sedangkan salma dengan cengiran khasnya.

Holaaaaa, maaf ya kurang ngefeel dan updatenya lamaaaa. Aku bingung harus nglanjutin kaya gimana lagii huhu😭

Wassalamu'alaikum wr.wb

BERBEDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang