Assalamualaikum wr.wb
Pantulan cermin itu menampakkan gadis dengan wajah yang sangat bahagia. Ia memakai dress navy dengan hijab pashmina nya, memoles wajahnya dengan makeup yang natural dan memakai bros di hijabnya. Senyumnya seakan tak hilang dari wajahnya, suara ketukan pintu membuatnya menghentikan aktivitas.
"Ayah."
Pria paru baya itu duduk disampingnya, Salma menatap wajah ayah yang menahan air mata.
"Ayah kenapa, ada yang sakit?"
Ayah menggeleng tangannya terulur mengelus puncak kepalanya, salma tahu pasti ayahnya sedih jika salma tak lama lagi akan hidup berumah tangga.
"Sebentar lagi kamu akan jadi milik orang lain, ayah harap kamu jadi istri yang baik ya. Jangan melawan sama suami."
"Pasti yah, insyaallah salma akan jadi istri yang baik nantinya. Ayah jangan sedih ya." Salma memeluk ayahnya erat.
Suara dari luar membuat Darma segera mungkin keluar, ia sudah memberi tahu ustadz ilyas dan mbak Rahma tentang ia akan mengutarakan niat Baiknya pada Salma.
"Iya sebentar." Perlahan pintu dibuka menampakkan dua orang parubaya dengan menenteng tas yang lumayan banyak. Darma memeluk keduanya dan bersujud di kaki keduanya, ia menangis haru.
"Maafkan ayah." Pria itu membawa Darma dalam pelukannya, ia tidak percaya kedua orangtuanya datang kesini.
"Ayah ga salah, darma yang meminta maaf yah." Darma masih terus memeluk ayahnya.
"Ayo masuk yah, bu." Darma membawakan tas orangtuanya menuju ruang tamu.
"Ayah sama ibu tahu darimana darma tinggal disini?"
Terlihat kedua orangtuanya saling pandang sebelum sang ibu bersuara. "Maaf ya nak, ibu cari alamat kamu dari ustadz arifin. Dia yang memberi tahu ibu kalau kamu masuk Islam."
Ayah juga mengangguk. "Ayah sudah paham yang kamu alami. Ayah ga akan menentang apa yang menjadi pilihan kamu."
"Terimakasih yah, ibu."
"Ohiya mulai sekarang kalian tinggal disini ya."
Ibu darma mengangguk, sedangkan sang ayah masih diam. "Ayah ga bisa tinggal disini dar."
"Kenapa yah?"
"Tapi boong." Darma yang semula memasang wajah panik lalu tertawa, ternyata ayahnya bisa bercanda juga.
"Ayah bisa aja. Kalau gitu tasnya darma taruh dulu ya." Darma beranjak menaruh tas orangtuanya di kamar. Terdengar suara pintu depan diketuk, ibu membukakan dan terlihat ustadz ilyas dan mbak rahma datang.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam." Jawab ibu. Lalu ayah memprsilahkan keduanya duduk.
"Ibu dan bapak kapan sampainya?" Tanya ustadz ilyas.
"Baru saja ustadz."
"Ngomong-ngomong ini mau kemana kok pakaiannya rapi." Tanya ayah.
"Darma belum cerita sama bapak?"
Ayah dan ibu kompak menggeleng. Lalu Darma datang dengan membawa dua gelas teh untuk orangtunya.
"Ustadz, mbak Rahma jadi sekarang?"
Mereka mengangguk. Terlihat ibu dan ayah bingung, memangnya ada apa?
"Ini ada apa dar?"
Darma duduk ditengah orangtuanya, menggenggam tangan mereka. "Ayah, ibu. Darma memang belum menceritakan hal ini sama kalian, tapi darma ingin meminta restu pada kalian. Anak ayah dan ibu ini akan melamar seseorang."
KAMU SEDANG MEMBACA
BERBEDA
ActionSaat sholatku tak serupa dengan sembahyang mu. Kita sejalan namun tak searah. -Salma- Saat aku melangkahkan kaki ke pura dan kamu berbeda menuju masjid. Kita seamin namun tak seiman, kita hanya dipertemukan bukan untuk disatukan. -Darma-