Santapan Malam

53 10 3
                                    

***

Arkan yang baru pulang dari kantor tengah menyantap makan malam ditemani istrinya, Nira. Perempuan yang sudah dinikahinya sejak empat tahun lalu itu duduk di sisi lain meja, berseberangan dengan Arkan.

"Kamu kok nggak makan, Yang?" tanya Arkan ketika menyadari kedua tangan sang istri tak nampak di atas meja semenjak selesai menyajikan makanan untuknya.

"Masih kenyang, Yang. Aku udah makan duluan tadi, sama anak-anak sebelum mereka tidur." Nira tersenyum tipis.

Arkan mengangguk sembari meneruskan gigitannya, mengunyah daging yang dimasak sang istri dengan lahap.

Ketika Arkan hendak memasukan sesuap nasi, tiba-tiba ponselnya berdering. Arkan mendapati nama pemanggil yang adalah Lulu, perempuan simpanannya sejak setahun belakangan.

Dengan segera Arkan meraih ponselnya sambil menatap Nira dan berucap, "Bentar, ya, Yang. Dari klien. Penting."

Nira mengangguk. "Oke!"

Begitu keluar dan tak lagi terlihat oleh Nira, lewat telepon yang masih terhubung itu Arkan segera berujar, "Aku udah di rumah, ini lagi sama Nira. Ntar aja telfonnya." Arkan lantas buru-buru mematikan sambungan telepon itu sesaat setelahnya.

Ketika hendak kembali ke meja makan, ponsel Arkan kembali berdering singkat. Arkan menerima pesan berupa gambar dari nomor ponsel Lulu yang memperlihatkan Lulu sedang disekap dengan kondisi tanpa busana.

Seketika tubuh Arkan gemetar. Dengan panik Arkan kembali menghampiri Nira.

"Yang, maaf, ya. Tapi aku harus pergi sekarang. Klien-nya minta ketemuan saat ini juga soalnya." Arkan segera memutar badan hendak berlalu.

"Klien yang namanya Lulu itu, ya, Yang?" tanya Nira dengan santai.

Arkan lantas memutar badan dengan heran dan penuh dugaan. "Kok kamu tau sih, Yang?"

"Tau lah, Yang. Bahkan sampe tato nama kamu di bawah payu dara kirinya pun aku tau kok." Nira menyenyumi suaminya begitu tenang.

"Maksud kamu apa sih, Yang? Aku nggak ngerti," elak Arkan berpura-pura bodoh.

"Yang ... Yang, masih aja berusaha bohong." Nira menyengir sinis. "Kamu tau kan, ini hape siapa?" Ia menunjukan sebuah ponsel yang dikenali Arkan sebagai ponsel Lulu.

"Dia kamu apain, Nira? Jangan macam-macam!" tegas Arkan dengan nada mulai kasar.

Nira terus menyunggingkan senyum santai. Perlahan ia menggeser sebuah wadah yang masih tertutup ke hadapan Arkan yang berdiri di sisi lain meja. Nira juga meletakkan ponsel Lulu di samping wadah tersebut.

Penutup wadah itu lalu dibuka oleh Nira. Sepenggal kulit dengan tato yang bertuliskan nama Arkan nampak di atas tumpukan penggalan daging dalam wadah tersebut. Tak hanya itu, pada layar ponsel juga tertera foto selfie Nira dengan pose memegang kepala Lulu yang sudah terlepas dari badannya.

"Gimana, Yang, enak nggak, makan dagingnya selingkuhan kamu?" tanya Nira dengan senyum puas.




VOTE
   

HITAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang