***
"Tante Vera, tolongin aku, Mama mabuk lagi. Sekarang aku lagi sembunyi dalam lemari kosong di dapur. Kalo misalkan Tante Vera dateng, tapi nggak ketemu aku, coba periksa dalam kulkas, mungkin Mama udah masukin aku ke sana, soalnya dia bilang bakalan menggal kepala aku dan masukin dalam kulkas kalo dia sampe ketemu aku. Tante Vera hati-hati, Mama lagi megang pisau daging sambil nyariin aku." Raut Vera mendadak panik setelah membaca pesan teks dari keponakan perempuannya yang bernama Lastri itu.
Tanpa menunggu lama, dalam gelapnya malam Vera lantas memacu mobil kencang dengan kepanikan sejadi-jadinya. Betapa khawatirnya Vera dengan keponakannya yang masih duduk di kelas dua SMP itu.
Wajar kekhawatiran Vera memuncak. Betapa tidak? Ibu Lastri bernama Hana yang adalah adik kandung Vera itu memang sering bertindak kasar kepada Lastri. Tak hanya melalui perkataan, Hana bahkan tak jarang menciptakan lebam dan luka di sekujur tubuh anaknya yang sebenarnya tak bersalah itu. Semua perlakuan bengisnya tersebut, bermula sejak perceraian Hana dengan suaminya dua tahun lalu.
Sejak saat itu Hana yang depresi sering mabuk-mabukan, dan entah kenapa dengan teganya ia berulang kali memperlakukan Lastri seperti bukan anak kandungnya.
Vera sebenarnya menginginkan Lastri untuk tinggal bersamanya, tapi Hana bersikeras untuk tak mengijinkan hal itu. Alasannya ia tak ingin merasa kesepian. Vera yang tak tega, tentu memaklumi alasan adiknya tersebut.
Tiba di rumah Hana, sejenak Vera nampak curiga dengan pintu rumah yang tak terkunci, namun Vera segera meneruskan langkah dan langsung menuju dapur.
Vera mengendap-endap dengan sangat pelan hingga ia tiba di dapur tanpa terhalangi Hana yang entah di mana. Bahkan suaranya sedari tadi pun tak terdengar oleh Vera.
Dapur gelap, tapi Vera yang terburu-buru tak sempat berpikir untuk menyalakan lampu. Ia langsung menuju lemari yang dimaksud Lastri dalam pesan singkatnya tadi.
Mau menggunakan flash ponsel, tapi Vera baru sadar, ponselnya ditinggalkan dalam mobil saking tergesa-gesa karena panik. Beruntung bagi Vera, sedikit cahaya dari ruangan lain masih terpancar di sebagian area dapur, dan itu masih bisa membantu penglihatannya, meskipun sangat terbatas.
"Tri ... Lastri, ini Tante Vera, Sayang," panggil Vera pelan sambil membuka pintu lemari.
Begitu lemari terbuka, Vera lantas meraba-raba seisi lemari, tapi ia tak mendapati siapapun di sana. Vera yang makin panik lantas menuju lemari pendingin ketika ia teringat pesan yang dikirimkan Lastri tentang niat jahat Hana.
Karena tergesa-gesa, Vera terpeleset ketika ia hendak melangkah. Tangannya terasa mengenai cairan kental saat terjatuh ke lantai. Vera mencium tangannya. Seketika bau amis sedikit menyengat hidungnya. Jantung Vera seakan berhenti berdetak begitu ia mengetahui jika yang tak sengaja mengenai tangannya itu adalah darah segar.
Dalam pandangan yang samar-samar, mata Vera mengikuti jejak darah yang berceceran di lantai, ia akhirnya tahu jika ceceran darah tersebut berasal dari lemari pendingin.
Setelah berusaha menyingkirkan pikiran buruknya yang menduga jika darah itu milik keponakannya, Vera pun segera menuju lemari pendingin untuk membuktikan jika dugaannya itu salah.
Air mata Vera terkumpul. Ia tak sanggup membuka pintu lemari pendingin itu. Sesaat Vera mengumpulkan nyali sebelum pelan-pelan ia memberanikan diri membuka pintu tersebut.
Ternyata dugaan Vera salah. Dalam terangnya sinar lampu lemari pendingin itu, bukan kepala Lastri yang dilihat Vera, melainkan kepala Hana yang tergeletak di salah satu laci. Kepala adiknya itu tergeletak bersama sebuah pesan yang ditulis menggunakan darah pada sepotong kertas.
"Maaf, Tante Vera, tapi aku sudah muak dengan kelakuan Mama. Dia memperlakukan aku seolah aku ini binatang."
KAMU SEDANG MEMBACA
HITAM
HorrorBerisi kumpulan one-shot story bergenre horor, thriller, kriminal, misteri. Copyright © 2021 FLORIFICTION. All Rights Reserved