Untuk Gala

29 5 0
                                    

***

Aku melahirkan anakku satu-satunya ketika umurku baru menginjak 16 tahun, setahun setelah aku dianiaya dan diperkosa hingga hamil oleh tetanggaku yang sudah kuanggap seperti kakak sendiri. Tetangga yang setelah kejadian menjijikan itu menjadi orang yang paling kubenci selamanya.

Meski bukan lahir atas keinginanku, namun sedikitpun tak pernah terlintas dalam benakku untuk membenci anakku, si gadis pendiam yang begitu cantik dan kini telah berusia 16 tahun.

Usia anakku kini tepat seperti usiaku saat aku mengalami pelecehan biadab oleh laki-laki terkutuk yang tak bertanggung jawab itu. Mirisnya bukan hanya usia, kondisi anakku kini pun tak jauh beda dengan apa yang aku alami 17 tahun lalu, di mana saat aku pulang dengan rok seragam yang dipenuhi bercak darah.

Harapku saat ini hanya satu, semoga anakku bukan baru terbangun dari pingsan setelah dilecehkan, sama seperti kejadian mengerikan yang kualami setahun sebelum aku melahirkannya.

Dalam gelapnya malam, aku melihat anakku berjalan menuju pintu rumah dengan ekspresi datar sembari berusaha menutupi bercak darah yang mulai mengering di rok seragamnya itu. Seketika hatiku hancur. Pemandangan itu memunculkan trauma masa lalu bagiku. Aku berusaha menepis isi otakku yang berpikir jika kejadian yang sama terhadapku 17 tahun lalu kini terulang pada anakku. Air mataku menetes pelan.

Belum sempat aku mengeluarkan kata untuk menenangkannya, anakku lantas menyodorkan sebuah kotak kue bergambar bunga yang berukuran lumayan besar. Aku yang bingung apa maksudnya dengan perlahan menerima benda tersebut dan hendak membukanya.

"Waktu umur sembilan tahun, aku pernah janji ke Ibu, kalo misalkan aku ketemu sama orang yang harusnya aku panggil ayah itu, aku bakalan ngasih dia buat dimakan sama si Gala, anjing aku." Aku yang sedang membuka kotak kue yang diberikan anakku sontak terkejut mendengar penuturannya.

Lebih terkejut lagi ketika aku melihat isi kotak kue tersebut. Dua biji mata, dua buah ginjal, dua buah paru-paru, hati, jantung, lambung, limpa, gumpalan usus, otak, serta alat kemaluan laki-laki yang terpotong dipisahkan dari tubuh dan sudah hangus terbakar, kesemua organ tubuh manusia yang berlumuran darah itu tersusun rapih dalam kotak kue bergambar bunga yang aku pegang.

"Aku menepati janjiku, Bu. Gala pasti bakalan kenyang," kata anakku datar. Seketika aku terjatuh dan tak sadarkan diri. Aku pingsan.





VOTE
    ⟱

HITAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang