***
Sejak rumor tentang babi ngepet mulai meresahkan warga, Gusti yang merupakan pengusaha paling kaya di desanya itu sudah tiga kali kehilangan uang yang disimpannya dalam berankas dalam rumah.Jumlah kerugian Gusti bahkan kini mencapai hampir lima belas juta rupiah. Wajar jika ia kesal. Bahkan bukan hanya sekedar kesal, Gusti yang menganggap semua kesialannya itu adalah karena ulah si babi ngepet, memutuskan untuk akan menyebarkan pengumuman.
Barang siapa yang berhasil menangkap sosok babi ngepet yang ia yakini nyata adanya itu, Gusti akan menghadiahkan kepadanya sejumlah uang dengan nominal yang tak sedikit. Rencana tersebut pun disampaikan Gusti pada supir pribadinya, Bima. Gusti bermaksud meminta pendapat Bima.
Bima yang mendengar hal itu, langsung menawarkan diri untuk melakukannya. Bima yakin dia dan teman-temannya pasti berhasil menangkap makhluk jadi-jadian itu.
"Biar saya sama teman-teman saya saja, Pak. Beberapa dari mereka sering melihat seseorang yang mencurigakan, sewaktu mereka ditugaskan untuk berjaga malam," usul Bima yang tengah mengemudikan mobil, mengantar majikannya itu ke kantor.
"Silakan. Kalian bisa bersaing dengan peserta lainnya nanti."
"Maksud saya, Bapak tidak perlu menyebarkan pengumuman untuk yang lainnya. Biarkan saya dan teman-teman saya saja, Pak. Saya yakin kami tidak akan gagal." Bima yang tak menginginkan adanya persaingan mengusulkan niat liciknya.
"Baiklah kalau begitu, saya percayakan sepenuhnya sama kalian," kata Gusti setuju.
Setelah mendapat persetujuan Gusti, malamnya Bima pun langsung memberitahukan rencana itu kepada lima orang temannya yang langsung disetujui mereka. Teja adalah salah satu di antara teman-teman Bima tersebut.
Tiga hari setelahnya, segala rencana sudah dimatangkan keenam pemuda itu. Dan malam ini, sudah dipastikan mereka akan mengeksekusi rencana tersebut. Teja sangat bersemangat menyambut waktu pengeksekusian.
Hendak berpamitan pada ayah dan ibunya, Teja pun menghampiri kedua orang tuanya yang sedang bersantai berdua di ruang keluarga tersebut.
Sesaat Teja membatalkan niatnya untuk berpamitan, sebabnya karena sang ibu tengah tersenyum menatapnya. "Kenapa, Bu?" tanya Teja mengerutkan dahi.
"Ibu nggak nyangka aja, kamu gedenya secepat ini. Padahal, perasaan Ibu kamu masih sekecil ini lima atau enam tahun lalu," kata ibu Teja sembari menunjuk tato suaminya.
Teja membuang mata pada tato sang ayah yang ditunjuk ibunya itu, di sana terlukis wajah Teja sewaktu bayi. "Masa mau kecil terus sih, Bu?" Teja lalu menepuk ukiran tato wajahnya itu sembari tersenyum pada sang ayah dan berkata, "Diganti aja, Yah, sama muka aku yang sekarang."
"Nggak! Yang ini lebih ganteng," celetuk sang ayah bercanda.
Mencopot sepotong pisang goreng dari piring kecil di samping gelas kopi sang ayah, Teja lalu berpamitan, "Aku jalan dulu, Bu, Yah." Ia lantas berlalu keluar dari rumah.
Menggunakan motor baru pembelian sang ayah, Teja langsung menuju tempat yang sudah dijanjikan bersama kelima temannya.
Di tempat mereka berkumpul, sembari menunggu waktu yang sudah direncanakan, keenam pemuda itu terus berdiskusi guna lebih memantapkan proses pengeksekusian.
Hingga pada pukul satu pagi, waktu di mana mereka sudah harus menjalankan rencana mereka. Benar saja dugaan Fadli, Hilman, Galih, dan Darul, keempat teman Teja dan Bima yang sering berjaga malam itu memang rupanya sudah paham betul akan jam beraksi seseorang yang selama ini mereka duga sebagai siluman babi pencuri tersebut.
Tak butuh waktu lama untuk keenam pemuda itu untuk meringkus pelaku. Begitu pelaku sedang melancarkan aksinya dengan cara menggesek-gesekkan bokong di dinding salah satu rumah warga, keenam pemuda itu langsung menyeretnya menjauh ke tempat sunyi.
Di antara puluhan pohon pisang yang berjejer, babi yang sebelumnya mereka karungi itu dihajar hingga sekerat. Beberapa saat sebelum mengembuskan napas terakhir, makhluk itu tiba-tiba berubah wujud menjadi manusia. Hanya saja wajahnya tak lagi bisa dikenali, hancur terhantam benda-benda tumpul yang digunakan Teja dan teman-temannya.
Perubahan makhluk itu sontak membuat keenam pemuda itu melompat kegirangan. Saking gembiranya, Bima yang sedari tadi merekam aksi mereka sebagai bukti untuk Gusti bahkan hampir saja menjatuhkan kamera-nya.
Mereka terus melompat kegirangan tanpa suara, tak ingin diketahui warga lainnya. Hadiah uang membuat keenam pemuda itu harus menyembunyikan misi ini dari para warga.
Di tengah kegembiraan mereka, Teja tiba-tiba terdiam mematung. Di balik lengan baju pelaku yang sudah tersobek, Teja melihat tato dirinya semasa bayi di lengan kiri atas pria itu. Teja pun meneteskan air mata. Teja sadar, siapa laki-laki yang baru saja terenggut nyawa di tangannya itu.
VOTE
⟱

KAMU SEDANG MEMBACA
HITAM
HorrorBerisi kumpulan one-shot story bergenre horor, thriller, kriminal, misteri. Copyright © 2021 FLORIFICTION. All Rights Reserved