Interogasi

58 11 0
                                    

***

Beberapa jam yang lalu, seorang laki-laki berjanggut putih dengan rambut panjang yang berantakan mendatangi kantor polisi tempat aku bertugas.

Laki-laki berumur 61 tahun bernama Fahid Tumikin itu datang dan menyerahkan diri, serta mengaku telah membunuh isteri dan satu anak perempuannya yang masih balita.

Ketika melakukan olah TKP, memang benar kami menemukan mayat isterinya dengan tujuh belas luka tusukan di area perut. Mayat wanita malang itu terbungkus plastik dalam lemari bersama mayat anaknya yang masih balita. Dari hasil penyelidikan sementara, kami menduga jika sepasang ibu dan anak itu sudah tak bernyawa sejak sekitar tujuh jam yang lalu.

Tak hanya itu, kami juga menemukan barang bukti berupa sebilah pisau yang diakui Fahid sebagai alat untuk menusuk tubuh isterinya secara berulang, juga sebuah bantal bersarung hitam yang ia akui digunakan untuk membekap mulut sang anak.

Namun tentu saja, semua bukti itu belum cukup bagi kami. Masih ada beberapa proses yang harus dijalani sesuai hukum yang berlaku. Salah satunya adalah proses interogasi.

Di dalam sebuah ruangan cukup sempit yang minim pencahayaan itu, hanya ada aku dan si bapak tua bernama Fahid tersebut. Waktu kini menunjukan pukul 23.52.

Demi memuluskan proses interogasi, aku menuruti keinginan laki-laki berjanggut putih itu dengan memberinya sebatang rokok untuk dihisap.

"Setelah membunuh, Bapak membungkus mayat mereka dan memasukannya dalam lemari baju. Benar?"

"Iya, Pak, benar," jawabnya terlihat mulai tenang. Mungkin efek dari nikotin mulai bisa menenangkannya.

"Sesudah itu, jam 5 sore, Bapak pergi ke jembatan di atas sungai, tidak jauh dari rumah. Benar?"

"Iya, Pak, benar," jawabnya santai.

"Apa yang Bapak lakukan di sana?"

Dengan begitu tenangnya, Fahid menarik asap rokok dalam-dalam sebelum berkata, "Saya mencari posisi yang tepat di dalam semak-semak, untuk nantinya membuang mayat mereka saat malam tiba, Pak."

Sejenak aku terdiam tak habis pikir dengan perbuatannya. "Selanjutnya apa yang Bapak lakukan?" tanyaku setelahnya.

"Saya ... Saya...." Laki-laki tua itu nampak ragu untuk meneruskan kata-katanya.

"Tidak ada yang menyakiti Bapak. Jawab saja," kataku pelan. Tiba-tiba ponselku bergetar. Aku lantas mengeluarkannya dari saku.

"Saya...." Ia masih ragu ketika aku sedang menunduk menatap layar ponselku.

"Apa yang Bapak lakukan setelah itu?" Mataku tetap pada layar ponsel, hendak membaca sebuah pesan dari bawahanku

"Saya gorok leher saya sendiri, Pak," jawab Fahid yang seketika membuatku terperanjat.

Perlahan aku mengangkat kepala dan meluruskan pandangan ke arahnya. Hanya sebatang rokok yang sedang menyala dan melayang beberapa senti meter di hadapanku. Laki-laki tua itu sudah tak lagi terlihat.

"Ndan, kami baru saja mendapatkan informasi dari warga, mereka menemukan jasad Pak Fahid dalam tempat pembuangan sampah yang tak jauh dari jembatan. Di lehernya ada bekas sayatan bersama sebilah pisau." Kubaca pesan teks dari bawahanku yang lantas membuatku semakin merinding.














Copyright © 2021 FLORIFICTION. All Rights Reserved

HITAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang