#16 | Pelaku dan Ganjaran

28 12 29
                                    

Hai guys, jumpa lagi nih...

Semoga sehat selalu yaa...

Happy reading~

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Aduh, sakit! Lepaskan!" seseorang menjerit dengan kerah baju yang ditarik kasar oleh Rei.

Ia yang tersenyum jahat itu pun seperti terciduk entah bagaimana.

"Kau yang melakukannya, 'kan?! Kau juga yang melakukan hal ini pada Tara waktu itu, 'kan?" bentak Rei pada anak itu.

Ibu Desi yang sedang memegang pundak Fauzan, terheran akan kegaduhan lain dari Rei di ayunan yang jaraknya beberapa meter dari TKP. Bu Desi langsung saja menuju Rei dan melerainya.

"Hei Rei, Kamu ngapain? Ibu sudah bilang untuk gak boleh bertengkar, 'kan," bu Desi menarik kedua tangan Rei yang sedang mencengkram kerah seseorang itu.

Entah kenapa Rei sebegitu marahnya dengan anak itu.

Fauzan ikut menggeram, wajahnya penuh warna merah, menandakan dia sangat marah. Hampir-hampir mengeluarkan uap mendidih dari telinganya.

Fauzan berlari ke arah tempat Rei dilerai bu Desi.

"Kurang hajar, Kau!" Dengan gercepnya Fauzan menggantikan Rei memegang anak itu.

Bedanya, Fauzan sudah siap dengan satu tangan dengan kepalan yang siap menghancurkan wajah anak di ayunan itu.

"Aduh ... sakit, Bu." Telinga Fauzan dijewer bu Desi sehingga menyelamatkan anak yang tampak tak berdosa itu.

"Baiklah, ayo kalian berdua ikut ibu ke ruang guru!" kata bu Desi sambil menjewer telinga Rei dan Fauzan.

"Sebentar, Bu." Aldi mulai bicara."Dia sendiri yang seharusnya ibu bawa, Bu," tunjuk Aldi ke anak yang sudah tidak duduk lagi di ayunan tadi.

Bu Desi terheran-heran, keningnya mengerut saat itu. Langkah bu Desi terhenti. Mega juga ikut mengerutkan dahinya karena terheran dengan ucapan Aldi.

Aldi melanjutkan,"Aldi sama Rei lihat tadi, Bu, kalau anak di ayunan itu, sengaja meletakkan kulit pisang di jalanan itu, Bu."

Sontak Rei dan Fauzan memberontak ingin segera melepaskan amarah ke bocah licik itu.

"Benar, Bu. Aku yakin, dia juga yang buat Tara jatuh waktu itu, Bu. Biarkan aku memberi dia pelajaran, Bu!" Rei mengucapkannya sembari berusaha lepas dari jeweran bu Desi.

"Romi ...! Beraninya kau menjebakku selama ini?! Biarkan aku membonyokkan wajah jeleknya itu, Bu!" amarah Fauzan juga ikut menggebu.

Benar saja, ternyata Fauzan sudah sudah dijebak oleh Romi beberapa kali. Ternyata Romi bermuka dua dan berpura-pura patuh kepada Fauzan selama ini.
(Terlihat pada part 7,10, dan 15)

Ketahuan telah melakukan itu semua, Romi langsung ketakutan membayangkan betapa mengerikannya Fauzan kini siap untuk menerkamnya. Ditambah, Rei yang saat mengamuk, dapat membuat hidung Fauzan berdarah saat itu.

Romi tidak bisa mengelak lagi. Perbuatannya sudah begitu jelas disaksikan oleh Aldi dan Rei yang melakukan pengintaian tadi.

Romi benar-benar tertangkap basah sekarang.

"Apakah semua itu benar, Romi?" tanya bu Desi.

"Udahlah, ngaku aja kau, cecunguk pengecut!" Fauzan makin meronta-ronta untuk segera dilepaskan.

"I-iya, Bu. Maafkan saya," Romi menunduk pasrah dan pasrah dengan apa yang akan diterimanya.

"Kalau begitu, ikut ibu ke ruang guru juga!" perintah bu Desi dengan senyuman halus, membuat orang yang melihatnya merinding.

Sweet Friend | [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang