Selamat datang di sini kamu yang di sana. Walau kita tidak saling sapa. Setidaknya kita masih sama-sama menghirup O2 dan melepas Co2 dengan baik.
Alhamdulillah...Happy reading!!!
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Hari demi hari terus berganti, sekarang Tara tidak mengerti lagi bagaimana cara membuat Rei berteman lagi dengannya.
Tara bingung dan menyerah untuk berbicara dengan Rei. Tara berpikir Rei tidak ingin berteman lagi dengannya. Andai saja Tara tahu karena apa Rei berubah begitu kepadanya.
Walaupun begitu, Tara tahu betul kalau sepertinya Rei memiliki teman baru di luar kelas. Yap, dia adalah Aldi. Bisa dibilang, mereka sering terlihat duduk di kursi ataupun di ayunan berdua. Sembari berbicara sesuatu yang tak begitu Tara mengerti. Walau lebih banyak diamnya sambil mengamati lingkungan sekitar.
Di lain sisi, Rei sebenarnya tidak tega berbuat dingin seperti ini kepada Tara. Ingin sekali Rei bertanya tentang bagaimana luka yang ia sedang rasakan. Bahkan, jika bisa, Rei ingin memindahkan luka yang dialami oleh Tara kepada dirinya.
Kali ini, Rei duduk tenang dengan Aldi di sampingnya. Tara duduk agak jauh mendengarkan mereka berdua.
"Apa kau tidak bosan hanya duduk begini, Rei? Kau lebih cocok untuk bermain dengan penuh semangat seperti anak-anak lainnya," ucap Aldi setelah lama duduk bersama mengamati anak-anak bermain bersama Rei.
"Kamu juga kenapa gak ikut bermain, Di? Aku lihat, kamu cuma bermain ayunan dengan sedikit berayun saja. Padahal, lebih seru kalau ayunannya lebih dicepatkan," balas Rei dengan wajah datar ke depan.
"Aku beda sama kamu, Rei. Aku emang sukanya begini," kata Aldi membela diri.
"Oh iya, aku jadi penasaran. Kamu biasanya ngamatin yang lain kayak gini, 'kan?! Apa kamu lihat saat Tara jatuh dan terkena benturan kuat dari ayunan yang sedang dimainkan saat itu, Di?"
"Ya, aku melihatnya. Tapi, aku tidak tahu siapa pelakunya."
"Aku ingin tahu siapa pelakunya. Apa kamu mau membantuku, Aldi?"
"Dengan senang hati, Rei. Aku bantu semampuku, ya."
Tara yang mendengar hal itu tersenyum sangat riang. Ternyata Rei masih mau berteman dengan Tara. Bahkan, Rei tampak keren karena sedang berusaha menegakkan keadilan.
"Besok kita akan mulai melakukan pengintaian." lanjut Aldi.
"Baik, besok Kita lakukan sesuai rencana!"
Tara tidak begitu mengerti dengan apa yang sedang dibicarakan Rei dengan Aldi. Namun, yang Tara tahu, itu adalah hal yang baik, karena Tara melihat Aldi dan Rei tertawa ceria setelah itu.
Rei kembali berpikir serius dengan kerut didahinya.
***
Pada waktu yang sama, tapi pada tempat yang berbeda, tepatnya di belakang sekolah, dua orang terkuat di sekolah, sedang melakukan pertemuan rahasia mereka.
"Hahaha ....! Sungguh tidak terduga, ya!? Bisa-bisanya kamu salah mengenai target." Baron tertawa jahat dan berbicara dengan seseorang.
"Ini di luar rencana. Sial, aku jadi melukai anak yang tidak terlibat," ucap Fauzan dengan kesal.
"Tidak, itu sudah bagus. Anak perempuan itu juga terlibat karena sudah membantunya melarikan diri waktu itu," sanggah Baron.
"Bukannya kau juga beruntung sama perbuatan gadis itu? Aksi palakmu jadi tidak ketahuan, 'kan!?" Fauzan duduk dan melotot kepada Baron.
Baron yang berdiri tidak ambil pusing dan berkata,"Ya sudah, lagian sudah lewat. Tapi, aku belum puas selama bocah tengik itu belum hancur. Dia belum menerima ganjaran langsung dari kita!" Baron seketika itu menggeram penuh emosi, tidak sabar meremukkan kepala bocah yang tidak lain adalah Rei.
"
Aku sudah cukup dengan aksi balas dendam ini. Bocah itu sudah cukup hancur secara batin. Dia sudah jadi anak yang suram dan tidak lagi bermain seperti biasanya," kata Fauzan.
"Apa? Kau sudah puas dengan begini saja? Kita jadi dapat bintang merah karena dia, 'kan? Aku tidak terlalu masalah karena baru mendaapt satu bintang merah. Tapi kau, sudah dapat dua bintang merah, 'kan! Kau tidak kesal?!" Baron berucap seakan menghasut Fauzan untuk melanjutkan aksi balas dendamnya.
Oh, iya. Di sekolah ini, terdapat suatu sistem bintang. Ada dua jenis bintang. Bintang jenis pertama berwarna kuning terang seperti cahaya bintang yang biasa muncul di malam hari mendampingi bulan. Bintang ini digunakan untuk penilaian. Murid yang terbanyak memperoleh bintang akan diberi penghargaan sebagai murid terbaik di akhir sekolah.
Jenis yang kedua adalah bintang berwarna merah. Bintang ini digunakan sebagai peringatan pelanggaran berat yang dilakukan murid. Pelanggaran berat yang dimaksud adalah pelanggaran yang menimbulkan keributan dalam sekolah.
Tiga bintang merah berarti orang tua murid akan dipanggil ke sekolah. Jika, mendapat lima bintang merah, maka dikeluarkan dari sekolah. Terkadang bintang merah diberi lebih dari satu pada kasus sangat berat, sesuai dampak yang diakibatkannya.
"Diam kau! Bukankah ini juga kesalahanmu yang meleset melemparkan benda itu?!" balas sinis Fauzan.
Fauzan berdiri dan berjalan kembali ke halaman sekolah, diikuti oleh Romi yang menunggu di samping. Romi dimintai oleh Fauzan untuk berjaga dan melihat kalau-kalau ada orang lain yang datang.
***
"Jangan mengikut terus padaku! Kau ingin Ku hajar?! " ucap Fauzan dengan lantang saat masuk ke dalam kelas."Ba-baik. Maafkan Aku. Tapi bangkuku tepat dibelakangmu, Zan, " Romi beralasan.
Kemudian, Romi bergumam di dalam hati,"Sepertinya anak ini kangen masuk ruang guru lagi. Kalau memang begitu, akan kubuat kau kembali ke sana berulang kali, sampai kamu dikeluarkan dari sekolah ini. Hihihi ...!" Romi memasang senyum liciknya diam-diam.
***
Bel lagi-lagi bersuara nyaring, menghipnotis anak-anak untuk tertawa riang gembira. Semua murid keluar ruangan dengan tertib. Tiba-tiba, bahu Fauzan ditepuk seorang pria yang sekelas dengannya."Boleh minta waktumu sebentar? Ada yang ingin Aku bicarakan," ucap Aldi.
"Ha? Berani-beraninya kau memegang pundakku. Kau telah menghambatku untuk kembali pada latihan neraka itu. Punya nyali juga kau!" geram Fauzan.
To be continued~
.
.
.
.
.
.
.
.
Thanks for reading. Please like, coment and sub- , eh false. Sorry...
I mean please vote, coment, and share for you friends when you like my story.Mohon sarannya ya kak, bang, teman-teman... Aku butuh untuk perkembangan ceritaku selanjutnya.
Terim kasih...See you next chapter, Gaes....
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Friend | [Selesai]
Ficción GeneralDi rumah, Rei telah diajari untuk disiplin dalam hal kebersihan. Dengan umurnya yang baru empat setengah tahun, ia sudah bisa menyapu dan merapikan tempat tidurnya sendiri. Fazal, adiknya Rei, sering bertengkar dengan Rei di rumah. Rei sungguh jenu...