#01 | Rumah

170 70 313
                                    


Umii... umii... umii... umiiiiiii....

Alunan musik yang merdu itu, selalu berhasil membuat mataku berat dan pandangan perlahan menggelap. Enak sekali untuk didengar, hingga tak jarang sukses mengantarkanku ke alam mimpi yang seru, meskipun itu siang hari. Akan tetapi, hal itu seringkali membuat waktu menonton dan bermainku dibuat seakan terlewat begitu saja karenanya.

Aku sering mendengarnya di rumah nenek. Seingatku, pertama kali alunan itu ku kenal saat incim menghidupkan video DVD tentang kumpulan beberapa musik.

Waktu itu aku awalnya menyukai musiknya dan meminta untuk didengarkan musik itu berkali-kali. Lalu lama-kelamaan aku mulai mengantuk mendengarnya.

Hari ini aku tidak di rumah nenek, jadi aku dapat bermain ataupun melakukan aktivitas lain tanpa perlu khawatir akan ketiduran tiba-tiba. Di kamar tidur, aku sering bermain robot-robotan ataupun merapikan kamar tidur yang merupakan tempatku bersenang-senang seharian.

"Rei, tolong sapu rumah ya, Nak!" ucap ibu dari kamarnya yang tepat berada di sebelah kamarku.

Langsung saja aku 'iya' kan dan melaksanakan perintahnya. Aku memulai menyapu dari sudut-sudut yang dapat ku raih. Lalu melanjutkannya ke ruang tengah tempat ruang makan , ruang menonton tv, dan ruang tamu menyatu.

"Ni nuu ni nuu ni nuuuu,"sirine dari mulut adikku berdengung.

Oh iya, seperti yang pernah ku bilang di prolog, aku mempunyai seorang adik laki-laki yang berkebalikan denganku. Adikku bernama Fazal. Dia adalah adikku satu-satunya saat ini. Walau sering bertengkar, sebagai seorang kakak, aku menyangi adikku itu.

Saat ini, dia sedang asyik bermain dengan mobil-mobilan baru yang ia minta dengan merengek beberapa hari yang lalu.

Dia bermain dengan menggerakkan mobil-mobilanya kesana-kemari menelusuri ruangan sehingga aku dapat menyapu lantainya tanpa perlu memintanya untuk pindah bermain sebentar.

...

Saat Rei dan Fazal sedang bermain masing-masing, mereka anti sekali untuk diganggu satu dengan yang lainnya. Sekalinya ada salah seorang dari kami saling menganggu yang lainnya, maka akan terjadi perang dunia dengan akhir tidak ada pihak yang diuntungkan. Jalan satu-satunya untuk meminta agar berhenti bermain adalah dengan melapor ke orang dewasa di rumah itu.

Selesai menyapu, Rei langsung kembali ke kamar tanpa menganggu adiknya itu

PRAAANK!!!

Terdengar suara pecahan melengking di ruang tengah, tempat yang baru saja telah Rei bersihkan lantainya. Lalu Rei segera bergegas ke arah sumber suara untuk mengecek apa yang terjadi.

Rei membuka tirai kamarnya, tidak ditemukan seorangpun di sana. Rei merasa ini adalah ulah Fazal yang menghilang entah kemana.

SREEEET

Seseorang keluar dari kamar yang lain. Ia mengamati sudut-sudut ruangan dan menemukan penyebab lengkingan suara yang mengganggu waktu istirahatnya.

Beliau berucap dengan tegas, "Rei, lain kali hati-hati. Cepat bersihkan!" Lalu berlalu kembali ke dalam kamar.

Rei menghirup napas secukupnya dan langsung saja membereskan pecahan gelas itu. Namun, Rei merasa aneh sekali karena suara ramai dari mulut adiknya tadi, tepat tak terdengar ketika pecahan kaca menyentakkan rumah yang sedang tenang.

Seteleh membereskannya, Rei kembali ke kamar melanjutkan kegiatannya tadi.

"NINUUU NINUUU NINUUUU," suaranya kembali terderangar setelah beberapa saat Rei santai di singgasananya.

Suaranya terdengar lebih keras dari yang tadi. Rei mendengar percakapan serius dari arah ruang tengah itu.

"Hey, awas kau!"

"Iya,ini lagi awas dari kamu."

"Maksudku, jangan lari!"

"Gak lari kok, aku cuma bergerak menjauh saja."

"Ya, sudah."

DOOOOR!

Terdengar suara tembakan dari balon. Terdengar ricuh sekali dari kamar Rei. Dengan kecepatan kilat, Rei tiba di lokasi dan menegur orang bising itu,"Hey, jangan berisik, Dek! Pelanin sedikit suaramu!"

"Ssst... jangan berisik, Bang. Aku lagi main. Jangan ganggu!" balas Fazal.

Seketika amarah Rei menggebu dan langsung saja menyerang adik menyebalkannya itu.

"Dek, kalau kamu gak mau kecilkan volume suaramu,Abang akan mute pake tangan, mau? " peringatan dari Rei.

Fazal mengabaikannya dan semakin mengencangkan sirine mulutnya. Rasa jengkel Rei tak terbendung lagi, sehingga ia berubah menjadi mode supernya.

" Berubah!" teriak Rei. Fazal tidak menghiraukan dan melanjutkan mainnya dengan suara yang semakin dikeraskannya.

"Dasar monster jahat. Rasakan ini, HIAAP!" Rei menyerang dengan logat bocah maniak film power ranger-nya. Serangan Rei tepat mengenai pundak kanan Fazal.

Fazal langsung saja menangis sembari membalas Rei dengan memukulkan mobil-mobilannya kepada Rei.Sayangnya Rei menghindar dengan anggunnya karena pergerakan Fazal yang lambat.

"Huaaaa... Ibu... Ayah... huaaa!" Fazal pun menangis sembari berlari ke kamar ibu dengan bercampur emosi di wajahnya. Dia telah siap dengan senjata andalannya.

Tidak lama, langsung saja keluar ibu mereka dengan raut wajah seperti masih mengumpulkan nyawa ketika baru saja terbangun dari tidurnya. Jalannya semakin cepat saja ke arah Rei berdiri.

Rei mundur ketakutan karena tentu saja ibunya akan marah besar mengingat waktu istirahat yang terganggu untuk kedua kalinya serta adiknya yang menangis karena dipukul Rei.

PLAAAK

Sebuah tamparan pelan namun sakit membuat Rei tersentak dan meneteskan air mata. Ibu menghiasi marahnya dengan sedikit kata-kata agar Rei tidak seharusnya membuat adiknya menangis.

Rei kembali ke kamar, lalu menangis pada bantalnya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Haii guys...maaci dah mampir.. yok di vote dengan colek bintang nya.. jangan sungkan...hehe ...

Mohon krisarnya juga, yaa guys...

Maacii~~~



Sweet Friend | [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang