Halo gaes. Pencoret pemula kembali lagi nih.
Ini cerita lanjutan dari cerita sebelumnya ya gaes.
Ada beberapa ralat nama tokohnya sih, maaf ya gaes. Hehe..
Happi Reading!
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Suasana masih saja ramai di taman bermain. Rei masih saja duduk tersipu disamping Tara. Ia baru berkenalan dengan seorang anak perempuan dan menjadi teman pertamanya di sekolah. Namun ia bingung harus berkata apa setelah memperkenalkan nama. Karena emang hanya sebatas itu yang diajarkan ibu tadi pagi.
Setelah itu Rei hanya diam dan mencoba menikmati suasana gembiranya anak-anak bermain di taman bermain sekolah.
Rei sebenarnya ingin banyak bertanya kepada Tara untuk lebih berkenalan. Akan tetapi, entah kenapa dia tiba-tiba merasa kikuk ketika diperhatikan oleh ibu Tara yang duduk di sebelah Tara. Rei melihat ibu Tara dan tersenyum kaku.
Karena tidak tahu juga caranya memulai obrolan yang baru saja berhenti, Rei memilih untuk diam dan pura-pura santai saja.
Di luar pagar sekolah, terlihat pedagang keliling mulai berjajar di sepanjang tepi jalan dekat pagar sekolah.Mereka datang satu per satu dengan mengatur posisi agar mudah untuk melakukan transaksi dagangannya dengan anak-anak yang di dalam pagar. Hal itu menarik perhatian anak-anak yang terkuras energinya karena asik bermain.
Ada makanan dan minuman yang beragam yang disukai anak-anak. Rei ingin ikut membelinya. Namun karena banyaknya anak yang membeli sehingga menimbulkan suasana berdesak-desakkan, Rei mengurungkan niatnya untuk ikut terjun membeli hal yang diinginkannya.
"Kamu gak ikut jajan Rei?" ucap seorang teman baru yang sedari tadi duduk di sebelah Rei.
"Gak Tara, Aku belum haus ataupun lapar."
Terus Tara bertanya, " Tapi Rei, Kamu lihat kesana terus dari tadi. Kayaknya kamu beneran mau membeli sesuatu deh. Hihihi...."
Mendengar ucapan itu keluar dari mulut Tara membuat Rei tersadar bahwa ternyata teman barunya ini memperhatikannya sedari tadi. Rei pikir Tara hanya fokus melihat suasana taman bermain yang meriah.
"Hehehe... gak kok Tara." Isi pikiran Rei seakan dibaca oleh teman barunya ini. Merasa telah terciduk, Rei mengalihkan kembali perhatiannya pada taman bermain.
"Oke deh," ucap Tara sembari tersenyum membuat Rei lagi-lagi merasa melayang dan mengalihkan pangdangannya ke arah berlawanan dengan Tara untuk menutupi merah pipinya. Lagi-lagi Rei menyadari sorot mata dengan kekehan dari orang tua Rei dan Tara makin menjadi.
Setelah cukup lama waktu berselang. Terdengar suara yang cukup keras. Seperti kokokan ayam yang menyentakkan namun ini dengan deringan yang khas. Terlihat seorang perempuan dari sekolah mengenakan seragam berwarna coklat keluar dari ruang sekolah.
" KEPADA ANAK-ANAK DAN ORANG TUA / WALI PENDAMPINGNYA, DIPERSILAHKAN MASUK KE DALAM RUANGAN SEKOLAH!"
Ucapannya begitu lantang karena menggunakan benda ajaib pengeras suara yang dikenal dengan Microfon. Semua orang tua termasuk ibu Rei menggandeng anak-anak untuk di bawa ke dalam ruangan sekolah.
Saat di dalam, Rei dan Tara berpisah karena diatur duduknya dipisah antara laki-laki dan perempuan. Lalu diintruksikan untuk duduk membentuk lingkaran menempati tempat yang sudah tersedia susu juga roti yang terhidang di atas lantai. Lalu ibu yang mengintruksikan masuk tadi memperkenalkan diri dan mengucapkan kata-kata selamat datang kepada semua anak-anak didik baru di sekolah kanak-kanak ini.
Seorang perempuan dewasa dengan seragam dinasnya memperkenalkan diri bahwa namanya Mira. Ibu Mira mengatakan di sekolah ini jangan takut dan sebagainya, kita akan belajar sambil bermain , bernyanyi, serta melakukan hal menyenangkan lainnya bersama. Di sini kita gak sendiri ada ibu-ibu yang siap membimbing dan teman-teman yang menemani.
Rei menyimak dengan seksama. Lalu beberapa saat kemudian terdengar suara lantang dari seorang anak laki-laki, "Apa saya boleh minta tambah, Bu Guru?"
Anak itu berkata keras sambil menyodorkan gelas kosong ke arah bu guru yang di dekatnya. Situasi ruangan emang ditempatkan guru-guru di tepi-tepi ruangan. Walaupun begitu, belum ada yang mempersilahkan untuk menyicipi hidangan yang disediakan.
Seorang perempuan dewasa disampingnya, sepertinya ibunya langsung mencegat anak itu. Namun, perhatian sudah terlanjur tertuju ke arah ibu dan anak itu. Ibunya terlihat malu dan segan, sembari mencubit daging dekat pinggang anaknya itu. Raut wajah anak itu mengerinyit sejenak. Lalu terlihat ibu guru yang menyiapkan hidangan langsung saja mengantarkan minuman susu yang baru kepada anak tersebut.
"Ini, Nak. Silahkan," penyampaian sambutan dari bu Mira pun terhenti sejenak, teralih pada anak lelaki tersebut.
Tak tanggung-tanggung anak dengan tubuh gendut itu complain pada ibu guru yang telah berbaik hati memenuhi permintaan anak itu, "Gak ada yang rasa coklat,Bu?"
Lalu ibunya memotong, "Eh Baron, gak boleh gitu! Bilang terima kasih ke bu gurunya!" sambil mencubit paha besar anaknya dengan apitan lebih kuat dari sebelumnya.
"Aw, baik, Mi. Terima kasih, Buk!" dengan nada yang cepat.
Sembari melepaskan cubitannya, ibunya meminta maaf atas kelakuan anaknya.
Ibu guru tersebut membalas dengan senyuman ikhlas., memaklumi sikap anak itu. Situasi cukup hening dan bu Mira melanjutkan ucapan sambutannya. Rei memiliki feeling kalau anak tersebut adalah anak yang cukup merepotkan bila berurusan dengannya. Rei berharap tak mendapat masalah dengannya.
Setelah selesai, bu Mira mempersilahkan semuanya untuk mennyicipi hidangan. Sebelum itu bu Mira memandu untuk membaca doa terlebih dahulu. Sungguh cukup enak Rei merasakan perpaduan susu dan roti yang dihidangkan.
Setelah habis, bu Mira memandu kembali untuk membaca doa setelah makan. Setelah itu bernyanyi lagu anak-anak bersama. Hingga akhirnya pulang dengan riang.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.HEHE.. Gimana-gimana? Bener kan ini lanjutan cerita sebelumnya.
Iya dong, hehe..
Maafkan typo atau kesalahan penyusunan katanya ya gaes.
Vote ya kalau suka ceritanya. Mohon kritik dan sarannya, gaes.
Terima kasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Friend | [Selesai]
General FictionDi rumah, Rei telah diajari untuk disiplin dalam hal kebersihan. Dengan umurnya yang baru empat setengah tahun, ia sudah bisa menyapu dan merapikan tempat tidurnya sendiri. Fazal, adiknya Rei, sering bertengkar dengan Rei di rumah. Rei sungguh jenu...