Happy reading!
==============
Dengan niat yang bersungguh-sungguh, Rei terus berusaha untuk merebut kembali posisi bintang teratas di kelas walau cuma pernah sementara. Tidak hanya Zifan seorang yang sekaran yang ia harus kejar, tapi juga Tara yang sudah melebihi perolehan bintang dengan bakat mewarnainya.
Ketertinggalan Rei dengan Zifan saat ini sebanyak 7 poin, sedangkan dengan Tara sebanyak 4 poin.
Sementara itu, di saat jam keluar main, Rei sangat waswas terhadap Baron yang mengintai dirinya karena Rei tidak menurut kepada Baron waktu itu.
Untuk menghindari Baron, Rei menahan diri untuk tidak bermain seluncuran dulu yang antri dan kemungkinannya akan dicelakai Baron lagi di saat di sana.
Hari berganti terus maju ke depan dan kemampuan Rei dalam mengerjakan tugas semakin baik saja. Gambar yang diwarnai sudah mulai tidak keluar garis lagi. Dalam hal membaca, walau terbata dan belum selancar Zifan, dia sudah semakin bisa.
Hal itu terjadi hingga selisih dengan Zifan tidak semakin melebar. Akan tetapi, Tara yang semakin semangat saja melebarkan selisih dengan Rei sebanyak 6 poin atau 1 poin di bawah Zifan.
Tiba-tiba di kelas, ibu guru mengumumkan sesuatu.
"Baik, Anak-anak semua. Berhubung akan ada acara 17 Agustusan, maka kita akan adakan pawai bersama. Sebelum itu, kita akan melakukan upacara bendera. Ada yang mau ikut serta?"
Anak-anak di kelas pada kebingungan. Sepertinya tampak tidak ada yang tertarik untuk ikut. Ibu guru menambahkan, "Bagi yang ikut akan ibu kasih bintang biru dan dapat 3 stempel bintang, lho."
Beberapa tangan langsung terangkat ke atas. Beberapa anak diantaranya menunjuk tangan senbari berseru untuk memilih dirinya.
Ada seorang anak yang mengangkat tangannya setinggi yang ia mampu, kemudian menurunkannya segera. Anak itu adalah Rei.
Soal upacara dan baris-berbaris, ia teringat akan waktu keterlambatannya waktu itu. Rasa tidak enak berdiri di depan dan banyak orang itu membuat Rei menjadi bimbang dan akhirnya tidak ikut serta.
Padahal ini adalah kesempatan Rei untuk menyusul ketertinggalan poin dari Zifan yang tidak ikut menunjuk tangan. Di sampingnya, Tara juga tidak menunjuk dirinya.
Seseorang dipilih, yaitu anak yang tenang dan menunjuk dengan sopan. Dia tidak ikut bersorak atau menunjuk dengan malas. Perawakannya yang tampak tegas membuat kesan bahwa dia bersungguh dan niat untuk ikut.
"Meri, kamu ikut ya, Nak. Ketika bel keluar main berbunyi, ikut ibu, ya." Bu Mira menunjuk Meri.
Seketika, tubuh Meri sedikit gemetar dan mengatakan, "Baik, Bu."
Anak yang lain malah pada mengeluh karena tidak dipilih.
Di saat jam keluar main, Meri dan beberapa anak tampak berlatih berdasarkan pembagian tugas yang telah ditentukan oleh bu guru.
Rei yang sekarang banyak berlari dari jangkauan Baron, terhenti dan menyimak dengan seksama latihannya. Terlihat Meri yang dapat bagian pembawa bendera.
Dengan mata amatiran seperti Arata, malah melihat gerakan Meri mirip seperti robot di dalam film yang ia tonton.
Kemudian, Rei berlalu. Hingga sampai ketika pulang sekolah, Rei melihat raut Meri tampak gundah dan gelisah. Ada sesuatu yang Meri khawatirkan saat itu.
Keesokan harinya, Rei bangun cukup sangat pagi sehingga berkesempatan untuk berangkat bersama ayahnya. Tidak lupa ia sarapan terlebih dahulu. Ketika akan berangkat ke sekolah, langit tampak masih agak gelap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Friend | [Selesai]
General FictionDi rumah, Rei telah diajari untuk disiplin dalam hal kebersihan. Dengan umurnya yang baru empat setengah tahun, ia sudah bisa menyapu dan merapikan tempat tidurnya sendiri. Fazal, adiknya Rei, sering bertengkar dengan Rei di rumah. Rei sungguh jenu...