Daffa bangun pelan-pelan. Sebelah tangannya memegang buku yang hendak dibaca dan tangan sebelah lagi yang masih diinfus diletakkan di atas pahanya. Ia mengembuskan napas panjang dan tampak muram. Sudah tiga hari Daffa bermalam di rumah sakit. Tubuhnya sudah terasa lebih segar, tapi ketika dipaksakan berdiri, lehernya masih terasa nyeri. Semua ini tentu saja menghambatnya untuk belajar dengan nyaman karena ruang gerak yang terbatas dan rasa pusing yang tiba-tiba datang. Betuntung, Shin Seung Chan setia menungguinya di ruang perawatan sambil mempelajari bersama materi yang akan keluar di ujian nanti dengan metode diskusi dan tanya jawab. Gadis Korea itu tampak bersemangat belajar dengan kehadiran Daffa di dekatnya.
"Gomawo, Shin, sudah mau menemaniku di sini," ujar Daffa saat Shin baru saja tiba dari membeli makan di kantin rumah sakit.
Gadis itu tersenyum dan mengibaskan tangan. "Anggap saja ini untuk menebus kesalahanku, Daf."
Daffa menggeleng. "Aku kan sudah bilang, ini bukan salahmu."
"Baiklah. Kalau begitu berhenti mengucapkan terima kasih. Aku senang, kok, belajar di sini sama kamu." Shin terkesiap dengan kalimatnya sendiri. Buru-buru dia menutup mulut dan mencari topik pembicaraan lain. Namun, Daffa malah santai menanggapi ucapannya.
"Mudah-mudahan nanti aku bisa tetap ikut ujian dan bisa mengikuti clinical rotation dengan baik," ucap Daffa sebelum kembali membaca buku.
Shin mengangguk yakin seraya menarik kedua ujung bibir untuk menciptakan senyuman yang merekah lebar membayangkan kebersamaan dengan Daffa di masa clinical rotation nanti. Ketika itu, tiba-tiba pintu kamar perawatan Daffa terbuka lebar. Awalnya mereka kira itu Aryo, tetapi ternyata yang terlihat adalah sosok pemuda tinggi, putih, sipit dengan wajah oval dan rambut cepak. Dia terlihat yakin memasuki ruangan dengan dagu terangkat.
"Lee! Ngapain lagi kamu ke sini? Belum puas sudah membuat temanku sakit seperti ini?" bentak Shin sambil memandang lelaki itu dengan tatapan muak.
Dengan santai, Lee membuka mantel yang dikenakannya lalu melipat tangan di depan dada. "Aku ke sini cuma mau minta maaf," ujarnya sambil memandang Daffa dari atas kepala hingga ujung kaki.
"Ppeongchijima!" Kamu pasti mau berbuat jahat sama Daffa, kan? Pergi kamu dari sini!" usir Shin sambil mendorong tubuh tinggi lelaki itu.
"Gwaenchana, Shin. Tinggalkan kami berdua dulu," perintah Daffa tegas.
"Tapi, Daf?" Shin ingin memprotes ucapan Daffa, tetapi lelaki itu cepat-cepat menggeleng dan mengedipkan kedua mata seolah sedang meyakinkan bahwa semua akan baik-baik saja. Melihat itu, Shin menurut dan meninggalkan mereka berdua. Namun, mata dan telinganya tetap mengawasi dengan saksama dari luar.
"Tolong jangan macam-macam lagi, Lee!" bisik Shin sebelum keluar meninggalkan kedua pemuda itu.
Lee menarik kursi lalu duduk tak jauh dari Daffa. Matanya memandang tajam seolah ingin menghakimi pemuda yang tengah tak berdaya itu.
"Daffa, katakan kalau kamu memang menyukai Shin!"
"Maksudmu?" Kedua alis Daffa bertaut. Tak mengerti ke mana arah pembicaraan lelaki di hadapannya ini.
Lee mengembuskan napas kasar. Tangannya terkepal kuat-kuat untuk menahan emosi yang bergejolak di dalam dada. "Aku tahu, kok, selama ini kalian dekat. Tak mungkin kalau kamu tidak punya perasaan apa-apa pada Shin."
"Aku rasa, perihal itu, bukan menjadi urusanmu," jawab Daffa santai.
"Sekarang jadi urusanku karena setelah dekat denganmu, Shin banyak berubah dan perlahan menjauhiku."
"Loh, bukannya kamu yang mengkhianati Shin dengan tidur bersama wanita lain?" serang Daffa tanpa rasa takut.
Lee tampak gusar. Sepintar apa pun dia berkelit toh tak bisa menghapus fakta itu. "Aku begitu karena Shin tak mau memenuhi hasratku. Tapi tentu saja cintaku hanya untuk Shin!" ujarnya melemah.
"Ya silakan kamu jelaskan saja pada Shin. Kenapa jadi bicara padaku?" Daffa memandang lelaki di hadapannya dengan tatapan aneh.
Lee menelan ludah lalu mengusap wajah kasar. "Baiklah, to the point saja, aku minta tolong kamu bujuk Shin untuk mau kembali padaku. Dan, tolong jauhi Shin. Aku sungguh-sungguh mencintai dia," ucap Lee memohon. Pemuda Korea itu seolah telah kehabisan cara untuk mendapatkan Shin kembali hingga harus memohon seperti ini.
"Lee, pertama, mianhae, aku nggak bisa membujuk Shin untuk kembali padamu karena aku rasa dia sudah dewasa dan bisa menentukan hidupnya sendiri. Kedua, aku juga nggak bisa menjauhi orang dengan alasan yang nggak masuk akal seperti ini," jelas Daffa dengan nada datar. Meski cintanya hanya untuk seorang gadis di Indonesia dan bukan untuk Shin, ia tak mau mencampuri urusan orang lain seperti apa yang diminta Lee. Lagipula siapa dia berani memerintah seenaknya.
"Terserahlah! Yang jelas, jika aku tak bisa memiliki Shin, maka kamu atau siapa pun juga tidak!" bentak Lee dengan wajah merah. Tak lama kemudian lelaki itu mundur dan melangkah keluar.
Daffa hanya mengembuskan napas dan menggeleng pelan. Urusan cinta memang terkadang aneh dan tak mengenal logika.
"Lee, apa yang kamu bicarakan dengan Daffa?" desak Shin. Meski sedari tadi dia mengintip, dia tetap tak bisa mendengar apa yang mereka bicarakan karena suara keduanya terlalu kecil.
"Aku hanya minta maaf. That's all!" kelit Lee seraya mengambil kedua tangan wanita di hadapannya dan menatapnya penuh harap. "Aku masih sayang kamu, Shin. Kumohon kembalilah! Kamu nggak akan pernah bahagia dengan siapa pun kecuali denganku."
Shin melengos, enggan menatap wajah Lee yang memelas. "Lee, kamu sudah melakukan kesalahan fatal. Jadi, jangan harap aku mau kembali!" pungkas Shin sambil meninggalkan Lee yang menunduk dalam-dalam menyesali perbuatannya.
***
BERSAMBUNG....
Keterangan :
Ppeongchijima : Jangan bohong!
Halooo teman-teman, gak berasa ya udah part 10. Gimana komenmu tentang part ini? Tulis di bawah yaa dan jangan lupa vote supaya aku semangat terusss ngelanjutin sampai tamat.
Makasiii💓💓
--DIA
KAMU SEDANG MEMBACA
MY SEOUL-MATE
RomanceSabira Aninria, seorang selebgram berjiwa rapuh harus merasakan toxic relationship yang membuatnya frustrasi dan depresi. Gadis itu tak menyadari bahwa sebenarnya ada seorang lelaki yang mencintai dan mengamatinya jauh-jauh dari Seoul, Korea Selatan...