14. Cinta Terpendam

104 20 3
                                    

Shin Seung Chan masih terpaku di tempatnya berdiri dengan dada seakan dihajar palu gada. Menguatkan diri, perempuan muda itu meninggalkan Aryo dan Daffa yang masih terkesiap melihat kehadirannya.

"Nuuna, tunggu!" Aryo berlari mencoba mengejar Shin Seung Chan yang berjalan terburu-buru.

"Nuuna, mianhae, aku ..." Aryo belum sempat menyelesaikan kalimatnya, tetapi Shin Seung Chan sudah berjalan lebih kencang meninggalkannya. Wajahnya memerah menahan malu yang tak terkira karena isi hatinya untuk Daffa telah terbongkar dengan nyata. Gadis itu terus berjalan menyusuri koridor rumah sakit dengan air mata yang menggenangi pipi. Di pikirannya saat ini hanya satu, segera pulang ke rumah dan entah kapan akan berani menemui Daffa lagi.

"Nuuna! Tunggu, please!" Aryo tak mau menyerah. Pemuda itu terus mengejar Shin Seung Chan lalu berdiri di hadapannya.

"Nuuna, aku minta maaf telah lancang membaca sesuatu yang sangat privasi. Mianhae," ucap Aryo sambil membungkukkan badan di depannya.

Wanita di hadapannya itu hanya mematung dan menunduk dalam-dalam. "Permisi, aku mau lewat." Shin Sheung Chan yang biasanya ramah kini nampak ketus. Nada suaranya tegas sehingga membuat Aryo kaget dan langsung menyingkir memberi jalan. Gadis itu menyibak anak rambut yang menutupi mata lalu berjalan melewati Aryo dengan tergesa-gesa. Lelaki itu menggaruk-garuk kepala yang tak gatal lalu memukul-mukul dengan kencang karena menyesali perbuatannya tadi.

"Duh, Kak, gimana, nih, kayaknya dia marah banget, deh!" ucap Aryo panik setelah kembali berada di samping Daffa. Pemuda yang biasanya cuek itu kini tampak panik dan benar-benar merasa bersalah.

Daffa mengembuskan napas pelan. "Kasih dia waktu dulu, deh. Nanti, kalau marahnya sudah reda baru ajak bicara lagi. Aku akan coba juga bicara sama dia," ujar Daffa mencoba tenang meski hatinya juga bergemuruh dan bingung ketika mengetahui perasaan Shin Seung Chan padanya. Daffa tak menyangka gadis Korea yang sudah ia anggap sebagai saudara itu justru malah jatuh cinta padanya. Daffa tak menampik bahwa wanita itu memang cantik dan sangat baik, tetapi dia tak bisa membalas cintanya karena tak memiliki perasaan yang sama. Namun, Daffa tak suka membuat orang lain sedih apalagi sampai patah hati.

***

Keesokan harinya, Daffa mendapat kabar dari dokter bahwa dia sudah diperbolehkan pulang karena semua hasil pemeriksaan lab dan CT scan telah menunjukkan hasil yang bagus. Lelaki itu sangat bersyukur karena akhirnya bisa kembali pulang ke apartemennya yang nyaman.

"Kak, Nuuna nggak ke sini?" ujar Aryo sambil memasukkan beberapa pakaian dan barang-barang Daffa ke dalam tas.

"Iya. Nggak apa-apa. Mungkin lagi ada urusan lain. Emang kamu keberatan nemenin aku?" tanya Daffa sinis.

"Ya nggak, lah. Aku mah santai. Senang malah bisa nemenin Kak Daffa. Toh hari ini aku libur. Aku cuma nggak enak sama Nuuna. Takutnya dia masih marah. Kakak udah coba hubungi dia?"

Daffa menggeleng dengan tatapan lurus ke depan. "Sudahlah biarin aja dulu. Mungkin dia butuh waktu."

Aryo mengangguk lalu terus sibuk merapikan barang-barang Daffa untuk dibawa pulang. Setelah rapi, mereka bergegas meninggalkan rumah sakit dan berjalan beriringan menuju lobi dan kembali ke apartemen dengan menggunakan taksi.

Cuaca hari ini masih bersalju, tetapi tidak setebal beberapa hari lalu sehingga perjalanan mereka cukup lancar.

Saat itu, Daffa dan Aryo sama sekali tak menyadari kehadiran Shin Seung Chan di rumah sakit yang mengawasi mereka dari jauh. Sebenarnya, gadis itu ingin menyapa dan turut menjemput Daffa pulang, tetapi rasa malu yang teramat sangat mencegahnya. Shin Seung Chan menatap nanar taksi yang membawa Daffa dan Aryo lalu ia memutuskan kembali ke rumah dan tak jadi berangkat ke kampus untuk belajar seperti rencana semula karena konsentrasinya sudah berantakan.

***

Tiba di apartemen, yang pertama Daffa lakukan setelah mandi dan menelepon sang bunda di Indonesia adalah membuka buku. Dengan tekun, lelaki itu membaca lalu menandai beberapa bagian penting dari buku tersebut. Ujian semakin dekat dan dia tak boleh menyia-nyiakan waktu yang semakin sempit. Sementara itu, Aryo yang sejak tadi membantunya beres-beres terlihat telah tertidur dengan lelap.

Dua jam kemudian, Daffa yang telah selesai belajar mencoba menelepon Shin Seung Chan, tetapi gadis itu tak menjawab. Akhirnya dia hanya mengirim sebuah pesan singkat untuk sekadar mengabari keadaannya saat ini.

"Hai Seung Chan! Apa kabar? Aku sudah pulang ke apartemen."

Daffa merasa canggung dan aneh ketika membaca lagi pesan itu. Terlalu kaku dan kikuk rasanya. Namun, lelaki itu berusaha mengabaikan perasaan tersebut.

Lelaki tampan itu merebahkan diri di kasur mencoba terlelap, tetapi matanya begitu sulit terpejam. Alih-alih istirahat, dia malah mengambil kembali ponselnya lalu membuka instagram dan seperti biasa langsung membuka profil Bia, gadis yang sudah mencuri hatinya sejak masa SMA.

Keningnya berkerut. Tumben, hari ini gadis itu tidak memposting apa pun. Bahkan instagram story-nya pun sama sekali tak terlihat.

Daffa cemberut dan diam-diam mengkhawatirkan gadis pujaannya yang biasanya selalu memperbaharui postingan maupun instagram story-nya. Hatinya merindu dan merasa kehilangan ketika gadis cantik itu tak meng-upload foto terbaru hari ini.

Saking penasarannya, Daffa memberanikan diri mengirim direct message (DM) pada selebgram itu untuk sekadar bertanya kabar. Tentu saja sebelumnya dia memperkenalkan diri bahwa dirinya adalah mantan ketua OSIS di SMA Nasionalis.
Jantung Daffa berdegup lebih kencang karena ini adalah pertama kalinya Daffa mengirim pesan langsung padanya. Pemuda tampan itu tetap berharap Bia membaca dan membalas meski dia tahu sebagai selebgram dengan hampir satu juta pengikut, gadis itu pasti banyak mendapat DM serupa yang mungkin hanya akan dianggapnya sebagai sampah.

BERSAMBUNG..

Ada nggak sih temen kalian yang kaya Daffa? Udah jatuh cinta sejak lama tapi dipendam-pendam dan nggak berani deketin gebetannya? 😁

MY SEOUL-MATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang