Setelah tiga jam berkutat dengan buku dan berbagai jurnal di perpustakaan, Daffa dan Aryo memutuskan untuk pulang. Kebetulan saat itu, salju juga telah berhenti menghujani kota Seoul sehingga mereka bisa lebih leluasa berjalan menuju apartemen. Meski demikian, hujan salju yang cukup deras selama hampir dua jam tadi sukses meninggalkan tumpukan es di mana-mana. Angin juga masih bertiup cukup kencang menghantam wajah dan tubuh Daffa dan Aryo yang telah dibalut mantel tebal.
Hawa dingin semakin menyeruak tepat ketika mereka baru saja keluar dari gedung perpustakaan. Hal ini membuat Daffa harus merapatkan mantel dan berjalan sambil mendekap tubuhnya erat-erat untuk menghalau rasa dingin yang semakin menggila. Gigi Daffa sudah bergemeletuk dan tangannya mengeriput. Sementara Aryo malah terlihat sedang tertawa-tawa bahagia sambil berswafoto di tengah-tengah hamparan salju yang berada di sekitarnya.
"Yo, kamu nggak kedinginan apa?" tanya Daffa dengan suara gemetar. Mulutnya terlihat mengeluarkan asap yang cukup tebal ketika berbicara. Suhu saat ini mencapai -7 derajat celcius sehingga Daffa yang tak tahan dingin berkali-kali harus mempercepat langkah untuk tiba di kediamannya.
"Ya dingin, Kak, tapi kan jarang-jarang aku nemu kaya gini. Tuh lihat! Indah banget kan, Kak? Jalanan, pohon-pohon, dan bangku taman pada putih gitu. Romantis, ya?" tanya Aryo sambil tersenyum dan menunjuk ke beberapa titik. Ponsel di tangannya tak henti mengambil gambar dan video dari tempat-tempat yang dilaluinya.
Daffa hanya menggeleng pelan sambil menahan rasa dingin dan angin yang semakin terasa menusuk tulang. Jauh di dalam hatinya, lelaki itu menyimpan rasa kesal dengan kelakuan Aryo, tetapi ketika teringat Ishvara, adiknya sendiri yang sangat antusias dengan salju, lelaki itu tersenyum kecut. Batinnya berbisik, jangan-jangan, Ishvara juga akan norak seperti ini jika ada di Korea ketika musim salju.
Daffa dan Aryo terus mengayunkan langkah menyusuri jalanan yang memutih. Beberapa kali Daffa harus terperosok ketika melewati tumpukan salju yang cukup tebal karena ia berjalan terburu-buru tanpa melihat sekitar. Melihat itu, sontak saja Aryo langsung menertawakan seniornya itu sambil sesekali iseng melemparkan bola-bola salju ke arahnya.
Daffa menghela napas dan mengembuskannya perlahan untuk menahan emosi menghadapi Aryo yang sangat ke kanak-kanakan. Juniornya itu hanya menanggapi dengan tertawa lebar dan merangkul seniornya itu dengan hangat.
"Maaf, Kak, becanda. Serius banget, sih!" ucap Aryo sambil tertawa. "Kan seru main lempar-lemparan bola salju gini. Aku baru pertama kali, loh, Kak!" lanjutnya lagi.
Daffa menepuk dahi pelan. "Aku nih lagi kedinginan, Yo. Hadeh! Ayo, ah jalannya dipercepat!" perintah Daffa tegas.
"Hehe iya, siap, Bosku!" jawab Aryo sambil berjalan beriringan di samping Daffa.
Sepanjang perjalanan mereka berpapasan dengan beberapa orang lain yang diduga mahasiswa juga. Mereka sepertinya baru ada kelas siang atau sore hari sehingga baru berangkat ke kampus pada saat ini. Orang-orang itu tampak serius dan tidak mempedulikan sekitar. Pandangan mereka lurus ke depan tanpa mau berbasa-basi atau tersenyum pada orang yang tak dikenal meski berpapasan. Hal ini berbeda sekali dengan di Indonesia apalagi di daerah-daerah pedesaan yang mana seseorang masih mau menyapa dan tersenyum pada orang lain yang berpapasan di jalan meskipun tidak mengenal satu sama lain.
Ketika awal-awal kuliah di Korea, Daffa merasa janggal dengan hal ini, tetapi lama kelamaan dia bisa mengerti bagaimana kebiasaan di negara tersebut dan bahkan mengikutinya.
Tiba di apartemen, Daffa langsung menyalakan pemanas ruangan karena tubuhnya sudah terasa kebas dan membeku. Setelah itu, dia membuka mantel dan melepas semua perlengkapan musim dinginnya. Dengan penuh rasa lega, ia merebahkan diri di kasur sambil membuka instagram. Matanya terbelalak ketika melihat sebuah foto yang muncul di eksplor instagramnya.
Di sana terpampang foto gadis yang dicintainya dengan seorang lelaki muda dengan judul yang sangat provokatif. Di bagian caption mengatakan bahwa selebgram cantik itu dipergoki sedang selingkuh dengan lelaki yang jauh lebih muda darinya. Diduga lelaki itu masih berstatus sebagai pelajar SMA.
Daffa mendesah pelan dan mengusap wajahnya kasar. Dia tak menyangka jika gadis pujaannya bisa berbuat seperti itu. Lelaki bermata hitam itu berusaha tak mempercayai apa yang dilihatnya sampai benar-benar mengetahui bagaimana kebenarannya. Namun, tampaknya pihak manajemen selebgram cantik itu belum meluncurkan klarifikasi karena ketika Daffa membuka laman profilnya, tak ada postingan atau klarifikasi apa pun terkait berita yang sudah merebak.
"Kenapa, Kak?" tanya Aryo yang baru saja keluar dari kamar mandi. Wajahnya tampak segar setelah membersihkan diri. Namun, pemuda itu mendadak bingung melihat seniornya yang tiba-tiba bengong dengan wajah pucat.
"Eh, enggak. Nggak apa-apa, yo," kilah Daffa sambil menutup media sosialnya. Pemuda itu termenung lagi dan mulai memikirkan kata-kata Aryo di perpustakaan tadi. Mungkin ada benarnya yang Aryo bilang bahwa sudah seharusnya dia berhenti mengharapkan sesuatu yang tak pasti dan belajar membuka hati. Lelaki itu mengusap wajahnya lagi dengan kasar sebelum memutuskan untuk menuliskan pesan whatsapp untuk Shin Seung Chan. Gadis cantik Korea yang mencintainya.
"Seung Chan, aku minta maaf soal sikapku di perpustakaan tadi. Kamu jangan khawatir soal surat itu karena aku pun memiliki rasa yang sama."
Setelah menuliskan itu, darahnya seolah berhenti mengalir dan peluhnya mendadak bercucuran. Dengan hati yang tak sepenuhnya yakin, Daffa mengirimkan pesan itu.
Baru kali ini Daffa merasa telah mengkhianati dirinya sendiri dengan mengatakan hal yang tak sesuai dengan isi hati, tetapi dia hanya tak mau hubungannya dengan Seung Chan jadi renggang karena hal ini.
Lelaki cerdas itu berharap seiring berjalannya waktu perasaannya terhadap Shin Seung Chan bisa tumbuh dan dia bisa berlapang dada menerima bahwa mungkin gadis Indonesia itu memang bukanlah untuknya.
BERSAMBUNG..
KAMU SEDANG MEMBACA
MY SEOUL-MATE
RomanceSabira Aninria, seorang selebgram berjiwa rapuh harus merasakan toxic relationship yang membuatnya frustrasi dan depresi. Gadis itu tak menyadari bahwa sebenarnya ada seorang lelaki yang mencintai dan mengamatinya jauh-jauh dari Seoul, Korea Selatan...