29. Rendezvous

98 14 13
                                    

Daffa berjalan cepat mengikuti konsulennya yang melangkah terburu-buru menuju ruang perawatan intensif luka bakar di lantai tiga. Mereka baru saja menerima kabar bahwa ada seorang pasien dari Indonesia yang kondisinya cukup parah dan berencana melakukan bedah plastik dalam waktu dekat.

Setelah keluar lift, mereka menyusuri lorong yang cukup panjang dan sepi lalu berjalan lurus sekitar dua puluh meter kemudian berbelok ke kanan. Setelah itu keduanya masuk ke dalam sebuah ruangan besar yang terdiri dari beberapa kamar yang tampak ekslusif dan elegan.

Daffa memejamkan mata lalu menarik udara dalam-dalam untuk memenuhi ke paru-parunya seraya mengatur napas yang tak beraturan sebab di sepanjang lorong tadi jantungnya berdebar lebih kencang. Selain karena ini adalah kali pertama harus berhadapan langsung dengan pasien, pemuda tampan itu juga merasa gugup karena orang Indonesia yang akan dihadapinya  saat ini diduga adalah Sabira, gadis impiannya sejak zaman putih abu-abu yang sudah lama ia dambakan untuk bertemu.

Tiba di depan kamar perawatan intensif, Daffa malah membeku karena napasnya tiba-tiba sesak akibat jantungnya yang semakin berlompatan. Dokter muda itu sungguh merasa tak sanggup melangkahkan kaki ketika membayangkan pertemuan dengan gadis itu.

"Daffa! Sedang apa di situ? Ayo masuk!" tegur Dokter Park Jung Ho konsulennya yang masih tampak muda meski usianya sudah berkepala lima.

Daffa tergeragap lalu mengangguk dan berjalan pelan memasuki ruangan sambil menatap lurus ke depan.

"Well, welcome to Korea, Mrs. Wina. Glad to see you again," ucap Park Jung Ho menyapa wanita di hadapannya dengan tubuh membungkuk sebelum mengulurkan tangan.

"Thank you, Dokter. Senang juga bisa bertemu Anda kembali. Yah, meski dalam kondisi seperti ini." Wina tampak lemah karena baru saja melewati penerbangan yang cukup panjang. Setelah mendarat di Incheon International Airport, dia hanya mampir ke hotel sebentar untuk menaruh barang-barang lalu bergegas ke rumah sakit karena ingin segera mendapatkan penanganan terbaik untuk putrinya. Sementara itu, Ola dia biarkan berada di hotel untuk istirahat agar nanti bisa bergantian menjaga Sabira.

"It,'s ok. Let's talk about your princess, Mrs. Wina," ucap Dokter Park Jung Ho sambil mempersilakan pasien lamanya itu duduk di sofa. Sedangkan Daffa masih saja berdiri kikuk di samping Park Jung Ho sambil menunduk.

Wina menatap bingung ke arah Daffa lalu mengalihkan pandangan ke dokter senior di hadapannya dengan tatapan penuh tanya.

"Oh, mianhae, saya lupa memperkenalkannya. Ini Daffa, koas yang sedang menjalani program clinical rotation di sini. Dia adalah mahasiswa terbaik dan sangat curious dengan stase bedah plastik sehingga saya memintanya untuk ikut mendampingi kasus ini sebagai sarana belajar agar bisa mengerti lebih dalam tentang bedah plastik. Saya berharap dia menjadi penerus di era selanjutnya." Dokter Park Jung Ho tersenyum menatap Daffa. Sorot matanya menyatakan kebangaan yang mendalam pada dokter muda yang satu itu.

Hati Daffa melambung tinggi dipuji sedemikian rupa oleh dokter bedah plastik terbaik di Korea. Pemuda itu tersenyum lalu mengangguk hormat ke arah Wina yang kemudian dibalas dengan sikap serupa oleh wanita paruh baya itu.

"Senang bertemu orang setanah air di sini," ungkap Wina ramah sambil meminta Daffa untuk ikut duduk bersama di sofa, tepatnya di samping Dokter Park Jung Ho.

Setelah itu, Daffa hanya membeku sambil mendengarkan perbincangan mereka yang full bahasa inggris. Wina bercerita tentang kronologis kejadian bagaimana putrinya bisa menjadi korban penyiraman air keras dan bagaimana analisa dokter di Indonesia tentang kondisi terakhir putrinya. Wina tampak sibuk menunjukan beberapa berkas seperti hasil laboratoriun dan CT scan terakhir yang dilakukan putrinya di Indonesia.

Dari penuturan tersebut, Daffa yakin yang sedang diceritakan adalah Sabira karena kisahnya tak berbeda dengan apa yang telah didengarnya selama ini dari Aryo maupun dari media sosial.

"Untuk luka akibat air keras, ada memang yang bisa kembali seperti semula, tetapi semua tergantung tingkat derajat luka bakarnya. Saya tidak bisa berjanji pasti akan bisa mengembalikan lagi wajah putri Anda sesempurna ciptaan Tuhan, But, i'll do my best. Just relax, and trust me!" ucap Dokter Park Jung Ho dengan yakin. Pengalamannya selama bertahun-tahun sebagai dokter bedah plastik membuatnya tenang menghadapi kasus ini.

"Tentu saja saya amat percaya Anda sehingga jauh-jauh datang ke sini. Thank you for helping us, Dok."

"Ah, don't mention it! Itu sudah tugas kami sebagai dokter. So, let's check your daughter condition!" Dokter Park Jung Ho bangkit dari sofa lalu meminta Daffa mengikutinya. Pemuda itu mengangguk dan mengikuti konsulennya dari belakang.

BERSAMBUNG...

Plisss vote dan komen yaa supaya aku semangat terusss.. Makasiih..
Luvluv.💓💓
-DIA

MY SEOUL-MATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang