17. Ramalan✋🏻🍃

1.3K 182 16
                                    

Setelah kejadian semalam, Draco, mengantar Luna ke Asramanya, lalu ia kembali ke asramanya dan beristirahat.

Kini, pagi harinya, Luna berjalan sendiri dengan riang menuju Great Hall.

"Hai Luna" Sapa seseorang, Luna menengokan kepalanya ke arah sumber suara.

"Hai Ginny" Sapa Luna, rupanya yang memanggil adalah Ginny.

"Kau tampak senang sekali hari ini" Ucap Ginny.

"Tentu saja" Jawab Luna tersenyum.

"Memangnya apa yang membuat senyummu sangat mengembang hari ini?" Tanya Ginny.

"Tak ada" Jawab Luna, mereka sampai di Great hall, Luna langsung duduk di meja makan asramanya.

Ginny duduk di meja makan Gryffindor dengan keheranan karena Luna.

Luna menatap meja Slytherin, ia menemukan sosok yang ia cari, Draco Malfoy. Draco sedang menatap Luna, ketika Luna menatap Draco, Draco langsung tersenyum pada Luna, begitu pula dengan Luna.

Luna buru buru mengalihkan pandanganya, ia segera memakan makanannya. Sebenarnya, dari tadi matanya tidak bisa berhenti menatap Draco, setiap kali Luna menatap Draco, Draco pasti sedang menatap Luna juga.

---

Selesai makan, Luna dan teman teman asrama Ravenclaw-nya menuju kelas Ramalan.

Sampai di kelas Ramalan, entah sial, beruntung atau memang sudah takdir, kelas Ramalan kali ini, Ravenclaw di gabung bersama Slytherin.

Luna, Padma dan Cho mencari tempat duduk, tapi hanya ada satu meja yang tersisa, yaitu meja dekat murid Slytherin, tepatnya di samping meja Draco dan dua teman Slytherin nya.

Lalu, Luna, Padma dan Cho langsung duduk di meja yang kosong itu, tak lama, Professor Trelawney datang.

"Halo anak anakkk" Sapa Professor Trelawney.

"Hari ini aku akan mengajari kalian cara meramal dengan metode Cheiromancy, apakah ada yang tau apa itu metode Cheiromancy?" Tanga Professor Trelawney.

Luna mengangkat tangannya.

"Oo.. muridku.. ya.. silahkan" Ucap Professor Trelawney pada Luna, pasalnya, Luna memang salah satu murid kesayangan Professor Trelawney.

"Cheiromancy, atau Lebih dikenal sebagai Palmistry, adalah ramalan yang menafsirkan bentuk garis tangan" Jawab Luna tersenyum pada Professor Trelawney.

"10 poin untuk Ravenclaw" Ucap Professor Trelawney, lalu seluruh murid Ravenclaw bertepuk tangan, sedangkan murid Slytherin menatap tak suka pada murid Ravenclaw.

"Nah, sebagai contoh awal.. mari Luna.. aku akan membaca garis tangan mu" Ucap Professor Trelawney mendekat kemeja Luna, Luna langsung menjulurkan tangannya.

Trelawney mulai membaca garis tangan Luna.

"Oh tidak.." Ucap Professor Trelawney.

"Ada apa?" Tanya Luna.

"Ini buruk Dear.. tidak tidak tidak.." Lanjut Professor Trelawney.

"Ada apa? Kau membuat kami penasaran" Ucap Padma yang berada di sebelah kiri Luna.

"K- kau.. kau.. tidak boleh Luna.. i- itu berbahaya!" Ucap Professor Trelawney yang kini semakin membuat para murid penasaran.

"Hey Professor! Beritahu kami cepat ada apa!" Ucap Crabbe yang duduk di belakang meja Draco.

"K- kurasa i- ini privasi.. aku yakin kau bisa menanganinya Luna" Ucap Professor.

"Aku tidak bisa mengartikan dengan jelas, tapi.. yang pasti.. kau dan orang yang kau sayang akan berada di dalam kebahagian.. tenang saja.. itu pasti.." Lanjut Professor Trelawney.

Luna yang mendengar itu sebenarnya sedikit kebingungan, tapi ia memilih untuk menghiraukannya, karna, masa depan siapa yang tau?

Luna membalas ucapan Professor Trelawney hanya dengan senyum.

"Baiklah.. sekarang mari aku ajarkan kalian cara meramal menggunakan Cheiromancy

---

Pelajaran Ramalan pun selesai, Luna, Cho dan Padma keluar kelas. Cho dan Padma pergi ke perpustakaan, sedangkan luna memilih pergi ke asramanya. Ketika ia berjalan menuju asramanya, seseorang memanggil.

"Luna" Panggil orang itu. Luna menengokan kepalanya.

"Hai Draco" Sapa Luna, lalu Draco mendekat pada Luna, dan tersenyum.

"Kau ada kelas lagi setelah ini?" Tanya Draco.

"Tidak.. kenapa?" Ucap Luna.

"Ayo ke Danau Hitam" Ajak Draco yang segera menggenggam tangan Luna dan menariknya ke Danau Hitam. Luna hanya bisa mengikuti langkah Draco.

Sampai di Danau Hitam, Luna dan Draco duduk di tepi danau dan bersandar pada pohon yang ada disana.

"Jadi bagai mana?" Tanya Draco.

"Apanya?" Luna balik bertanya.

"Bagai mana rasanya menjadi pacar dari seorang pelahap maut?" Tanya Draco, memelankan suaranya saat menyebut pelahap maut.

"Draco.. apapun yang akan terjadi, aku berjanji akan selalu bersama mu" Jawab Luna, yang mengerti maksud Draco.

Luna tersenyum menatap Draco, begitupula Draco, lalu Draco menidurkan kepalanya di paha Luna.

"Apa kau ingin tau apa tugas ku?" Tanya Draco.

"Jika kau mau memberi tau ku.." Luna mengusap rambut Draco lembut.

"Aku harus membetulkan Lemari Penghilang yang ada di kamar kebutuhan" Ucap Draco. "Agar para pelahap maut yang lain bisa datang ke Hogwarts" Lanjut Draco, raut sedih mulai terlihat dimukanya.

Luna menghela napasnya pelan.

"Jika itu yang deperintahkannya (Kau-Tau-Siapa) lakukan saja.. demi keselamatanmu" Ucap Luna "Aku yakin suatu saat keadaan akan baik baik saja" Luna tersenyum pada Draco.

"Justru aku malah mengorbankan orang lain demi diriku.." Draco menatap langit.

Belum sempat Luna menjawab, Draco langsung meneruskan ucapannya.
"Tapi.. tugas terberatnya bukan itu.." lirih Draco.

Tangan kiri Luna menggenggam tangan Draco, tangan kanannya mengelus kepala Draco.

"Kau tak perlu memberi tau ku jika kau tidak siap, tapi jika kau ingin berbicara padaku, aku akan selalu ada.." Tangan kiri Luna mengelus tangan Draco lembut.

Draco tersenyum pada Luna sambil menggenggam tangan Luna erat.

"Terimakasih kau sudah mau mengerti diriku.." Ucap Draco tersenyum pada Luna, lalu mencium tangan Luna. Luna tersenyum manis pada Draco.

Tanpa mereka sadari, ada seorang murid yang melihat mereka dari kejauhan.

- - - - -
Aku ngebayangin Draco sama Luna beneran kayak gini😭😭😭
Sweet banget pastiiiiiiii😭

Together [Draco x Luna]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang