Awalnya Yeon Ah tidak memahami mengapa Jimin tiba-tiba membatalkan janji temunya, dan mengubah lokasi bertemu seenak jidat tepat di sepuluh menit waktu yang sudah di jadwalkan. Merasa dongkol setengah mati ketika ia sudah berada di perjalanan menuju tempat tujuan. Mengumpati Jimin lewat panggilan suara, merasa kesal karena ia sudah menghabiskan waktu setengah jam demi menjangkau lokasi awal.
"Yaa!! Berisik!" Satu buah bantal tepat mendarat di wajah Jeon Yeon Ah, dengan nada yang melengking Jimin cukup terganggu dengan tawa Yeon Ah hanya karena melihat kucing biru dan buntalan jingga yang dikata ikan mas.
Ganti melempar bantal tadi pada si empunya, "Kau tuan rumah menyebalkan. Mana es krim yang ku minta."
"Ini satu-satunya es krim yang ku punya dan kau menjarahnya dariku tanpa belas kasihan. Benar-benar tamu tidak tahu di untung, tahu begitu aku tidak sudi mengundangmu ke rumahku." Masih meneruskan acara mengomelnya Jimin menatap wanita bar-bar yang saat ini sudah sedikit bangkit dari sofa, menelantarkan bungkus keripik kentangnya untuk mengammbil es krim yang masih di tangannya, "Lihat wanita ini. Kau bahkan juga menjarah camilanku."
"Sebenarnya yang sedari tadi berisik itu kau Park Jimin. Ayolah, sudah sejak empat tahun lalu kita tidak menghabiskan waktu bersama seperti ini. Lagi pula kau itu seorang DJ terkenal yang kaya kenapa ribut sekali soal makanan ringan sih?!'
"Siapa yang lebih kaya di sini? Kau bahkan tinggal di lingkungan paling mahal di Korea. Departement store, hotel, resort, sekolah, restoran, bahkan rumah sakit, kau memiliki semuanya."
"Itu semua milik Seokjin dan keluarganya."
"Hei, memang kau ini apanya Kim Seokjin?"
"Apa ya? Harusnya sih istri, tapi aku selalu geli sendiri setiap mengingat statusku," ujar wanita tadi enteng masih asyik memakan es krim jarahannya.
Jimin memperhatikan sosok temannya yang masih acuh, pandangannya terfokus pada Tv di depan. Melemparkan diri di samping sahabatnya merasa iba mengetahui nasib yang dijalani sang sahabat. Sedikit merasa bersalah juga karena selama empat tahun tersebutlah ia justru sibuk mengejar karir Disk Jockey-nya dan justru absen di tahun-tahun terburuknya.
"Jadi bagaimana rumah tanggamu?" tanya Jimin dengan nada lebih lembut.
"Semakin buruk dan dalam proses perceraian."
Tidak sepenuhnya abai, Jimin sebenarnya tahu semua kisah wanita satu ini. Mulai dari open relationship-nya dengan si suami hingga perceraian, dan masalah psikologis yang di alami. Kedekatannya dengan Taehyung bak pembuluh darah membuatnya mengetahui semua hal tersebut. Namun melihat bagaimana Yeon Ah bersikap saat ini membuat Jimin menyangsikan semua kesaksian Kim Taehyung. Respon wanita ini terlalu santai bahkan ia masih bisa tertawa dengan fokus yang sepenuhnya tertuju pada TV.
"Apa maksudmu dengan semakin buruk? Bukannya hubungan kalian dari awal juga sudah buruk?"
"Ya, kau tahulah. Mungkin kami berdua juga sudah jemu dengan pernikahan palsu yang dijalani."
"Kim Seokjin tidak memperlakukanmu buruk kan?"
"Tidak, dia baik."
"Lalu apa maksudmu dengan semakin buruk?"
Menghela napas Jeon Yeon Ah meletakan es krimnya untuk menatap Jimin yang terlihat bodoh di matanya. Sungguh pria itu tidak pernah berubah, bahkan ekspresi bingungnya pun masih terlihat bodoh di mata wanita tersebut.
"Hubungan kami hanya semakin buruk. Maksudku, kami jadi semakin jarang berbincang, kami selalu saling menyibukan diri masing-masing, karena kami hanya beranggapan bahwa setiap memulai konversasi semua hanya bermuara ke pertengkaran." Tersenyum sambil mengangkat bahunya, "Yah ... kecuali mengenai Yoosun. Percakapan atau pesan singkat kami hanya membahas mengenai Yoosun."
KAMU SEDANG MEMBACA
IN A BIND
FanfictionJika saja Seokjin di beri kesempatan sekali lagi, maka ia tidak akan pernah sudi datang ke acara reuni sialan itu. Tidak akan ada malam panas antara ia dan mantan kekasihnya, tidak akan ada pernikahan atau bahkan seorang anak di antara mereka. Satu...