Recommended song : Words of my heart – Kim Yeon JiAku nulis sambil dengerin ini dan dapet banget feelnya. Terima kasih spotify playlist yang tiba-tiba ngeplay random lagu ini. Setelah aku cari-cari judul inggris plus liriknya, saya rasa ini pas dengan chapter kali ini. enjoy~
Pukul 23.45 hujan turun dengan begitu lebat malam ini. Situasi canggung menjadi latar di antara Seokjin dan Yeon Ah. Bermula ketika wanita yang mengenakan gaun tidur ini mulai membaca selembar surat yang diserahkan suaminya. Menghela napas sarat beban, ini tidak seperti yang Yeon Ah inginkan.
Menilik sosok suaminya yang hanya menyandarkan punggung kokohnya pada kursi. Memperhatikan untuk kesekian kali raut yang sama lelahnya. Yeon Ah pikir jalan ini memanglah yang terbaik bagi mereka. Tidak ada seorang pun yang menginginkan perceraian dalam ikatan pernikahan yang telah dijalani. Namun untuk satu atau dua alasan, perceraian merupakan langkah yang harus diambil demi kebaikan bersama.
Tidak, Yeon Ah tidak pernah menyesali semua ini. Ia telah belajar banyak mengenai arti kehidupan melalui semua ujian yang telah dilewati, begitupun dengan Seokjin. Menyematkan doa bagi ia dan suaminya agar selalu menjadi pribadi yang semakin dewasa di setiap langkah. Ia tidak boleh bersedih ataupun menyesali semua proses yang terjadi. Menganggap semua ini merupakan imbalan yang pantas bagi mereka berdua atas dosa yang telah mereka perbuat di masa lalu.
"Seokjin," panggil wanita tersebut mengalihkan atensi pria jangkung itu. Mengulaskan senyum simpul bermaksud menularkan sisa-sisa energi positifnya pada sang suami. Meski mungkin semua itu hanya hal yang percuma. Yeon Ah tidak akan pernah menjadi alasan kebahagian seorang Kim Seokjin. Menyodorkan balik map merah yang dipegangnya, "Maafkan aku, tapi aku tidak menginginkan semua kopensasi ini."
"Tapi aku menginginkannya. Kau berhak atas semua kopensasi tersebut."
Menggeleng masih menyempatkan menarik ujung birai seadanya, "Tidak, aku tidak apa-apa. Tujuan awalku menerima pernikahan bukan untuk materi tersebut. Aku hanya ingin kita berpisah baik-baik saja."
"Kenapa kau tidak bilang?"
"Aku sudah mengatakan hal itu sejak jauh-jauh hari Kim."
"Kenapa kau tidak bilang bahwa mereka mengata-ngataimu di belakangku."
Awalnya Yeon Ah merasa kebingungan atas ucapan Seokjin. Menatap sosok yang duduk di depan dengan tidak mengerti, apalagi dengan sorot tajam dan tatapan mengeras yang Seokjin tunjukan. Hingga akhirnya wanita itu tersenyum lebar ketika memahami maksud dari ucapan pria tersebut, "Oh, kau juga mendengarnya."
"Kenapa kau tidak bilang padaku?"
"Untuk apa? Lagi pula dari dulu aku sudah terbiasa dengan makian. Cacian dan makian juga masuk dalam daftar resiko pekerjaanku, jadi tidak ada gunanya aku mengambil hati. Mereka tidak tahu aku begitu pun sebaliknya."
KAMU SEDANG MEMBACA
IN A BIND
FanficJika saja Seokjin di beri kesempatan sekali lagi, maka ia tidak akan pernah sudi datang ke acara reuni sialan itu. Tidak akan ada malam panas antara ia dan mantan kekasihnya, tidak akan ada pernikahan atau bahkan seorang anak di antara mereka. Satu...